Bagian 10

1113 Words
“Saya memotong pisang untuk camilan siang Anda setelah mengonsumsi terlalu banyak kopi, Pak. Ini baik untuk kesehatan. Lalu jangan lupa minum juga air mineralnya sebagai penetralisir zat yang ada dalam kopi.” Ratu masih mencoba untuk serius meskipun ia tahu Harry pasti akan mengartikannya dengan sesuatu yang lain. Ya, misal dengan menyebutnya terlalu perhatian, mungkin. Begitu pikir gadis yang memasuki usia kepala tiga tersebut. “Kau sedang menunjukkan padaku kalau dirimu pantas untuk menjadi istriku, Ratu?” Kan, pertanyaan yang keluar dari mulut CEO-nya ini selalu di luar nalar manusia waras. “Saya hanya ingin mengingatkan Anda untuk menjaga kesehatan.” Harry tersenyum. “Aku tahu, masalahnya di sini apa tujuannya kamu mengupas dan memotong pisang untukku?” “Ini bukan masalah, Pak. Pisang yang saya kupas ini untuk menetralisir kafein yang terlalu menumpuk di tubuh Anda. Saya harap Anda memperbanyak konsumsi serat seperti buah dan sayuran, Pak. Hanya itu.” Ratu mencoba meluruskan selurus-lurusnya kepada sang atasan. Jika ia tak takut dengan potong gaji atau apa pun yang semacam itu, mungkin gadis tersebut sudah menjejalkan potongan pisang ini satu per satu ke dalam mulut sang CEO. Namun itu memang hanya membuat Harry semakin ingin menjahili Ratu. Rasanya melakukan hal semacam ini menjadi bahan bakar untuknya agar semakin semangat untuk bekerja. “Benar, kan? Selain kau ingin menunjukkan jika kau sekretaris yang perhatian, kau juga ingin menunjukkan padaku jika dirimu ini adalah calon istri yang tepat untukku. Ya, kau calon istri yang sangat peduli pada kesehatanku.” Namaste~ Berulang-ulang, gadis itu mengucapkan kata itu untuk menenangkan diri. “Saya tidak berpikir akan bersuamikan siapa, Pak. Apalagi menilai diri sendiri pantas untuk menjadi suami orang Anda.” “Orang seperti diriku? Kau merendahkan aku?” “Sebenarnya, saya sedang meninggikan Anda, Pak.” Dalam hatinya sudah geram, namun seperti yang dikenal. Ratu adalah pengendali mimik muka yang sangat baik. Tak akan pernah terlihat jika dia sedang menahan amarah, namun bersama dengan Harry, apakah itu masih berlaku? “Memang, di matamu aku ini orang yang seperti apa? Sampai kau meninggikan aku?” Sejenak Ratu berpikir, lalu ia mengatakan satu kata. “Sempurna!” “Aku sempurna?” Harry malah balik bertanya. Ratu hanya menganggukkan kepala. Pria itu menyugar rambutnya. Sebuah pose yang mengingatkan Ratu pada kenangan lama. Dengan seorang pria muda yang membuka helm lalu menyugar rambutnya menggunakan cara yang sama. Kepala dimiringkan dari kiri ke kanan, lalu kelingking berada di pelipis dan telunjuk tengah dahi. Jemari itu menyisir rambut ber-pomade mengilap tersebut satu arah ke belakang kepala. Harry melirik pada Ratu. “Kau terpesona pada kesempurnaanku?” Satu kalimat yang membuyarkan Ratu pada lamunan akan kenangan lama. Ratu spontan menggeleng. “Tidak, Pak. Saya rasa, saya harus kembali. Silakan dinikmati kopinya.” Rok sepan yang ia kenakan membuat gadis itu kesulitan berlari, sehingga ia hanya berjalan cepat sambil membawa nampan dalam pelukan. Dia menutup pintu ruangan Harry perlahan, lalu bersandar di sana. Dengan nampan di pelukan, dia terengah-engah meniupkan napas dari mulutnya. Bukan, dia bukan Harry. Dia adalah Harry sang CEO. Bukan dia yang kucari. Berulang kali Ratu mencoba meyakinkan hatinya. Tak ada kemiripan sama sekali dalam latar belakang kedua pria yang ia kenal. Bagi Ratu, mereka berdua hanya mirip dari segi nama. Tidak lebih. Setelah merasa tenang, dia pun langsung duduk kembali di kursi miliknya. Matanya mengarah pada sebuah undangan berwarna biru yang baru saja ia terima. Undangan serupa juga diterima oleh Harry dan dia telah memasukkan dalam jadwal pria itu. “Apa di undangan milik Pak Harry juga terdapat dress code-nya, ya? Retro style? Aku lupa. Seingatku Jesslyn memang menyenangi gaya vintage, namun untuk lebih ke gaya retro? Terlalu nyentrik.” Ratu menggelengkan kepalanya. “Ah, gaya vintage dan retro agak mirip juga, kan? Aku bisa memilih dress yang sesuai denganku saja. Atau lebih aku tidak datang.” Ratu menyimpan kembali undangan tersebut. Ia sama sekali tak berniat untuk datang. Pasti tamu undangannya adalah selebriti dan para petinggi negara. Mengingat siapa Jesslyn dan siapa juga orang tuanya. Jika dirinya dulu bersama dengan Sonya, mungkin ia bisa nyaman saat harus pergi menemani direktur pemasaran itu ke sebuah pesta karena Sonya adalah kawannya. Tapi untuk Harry? Apalagi undangan mereka terpisah. Lalu Harry juga tak pernah menyepakati untuk ditemani ke pesta. Selama ini, Ratu hanya bekerja sampai sore saja. Harry mungkin tak berkenan ia temani hingga malam hari. Layar tablet menyala, Ratu melihat pada tampilan pop up. Pemberitahuan untuk mengirim hadiah pada perusahaan Wijaya yang esok hendak melakukan peresmian hotel. “Nyonya Darwati akan meresmikan hotelnya. Baik, satu kiriman karangan bunga dari Global Chem segera meluncur.” Ratu tersenyum, ia merasa jika peresmian hotel ini cukup penting. Karena Global Chem adalah pemasok hand sanitizer utama untuk hotel ini. Segera dia hubungi outlet karangan bunga langganannya yang bisa mengirimkan langsung untuk esok hari. “Beres.” Setelah melakukan konfirmasi, dia pun kembali pada pekerjaan lainnya. Ratu kembali menghadapi layar dengan tabel-tabel dari jendela excel untuk memeriksa beberapa dokumen. Telepon pun berdering lagi. “Iya, Pak?” “Audit eksternal bulan depan?” “Baik, minggu depan saya akan mengkoordinasi semua pihak untuk melakukan audit internal terlebih dahulu.” Baru saja Ratu mendapat panggilan dari Harry dan menanyakan tentang proses audit yang harus segera dilaksanakan. Sebenarnya ia merasa belum siap untuk menjadi sekretaris CEO dadakan begini, namun apa boleh buat jika dia diminta melakukannya. Seandainya ia diberitahu satu bulan sebelumnya, ah, satu minggu sebelumnya saja, pasti sudah cukup bagi Ratu untuk mempelajari semua dokumen ini dan ia tidak terlalu panik dengan semua jadwal yang akan tiba. Audit eksternal akan dilakukan bulan depan. Maka sebelum itu terjadi, setidaknya bulan ini, Harry harus melakukan proses audit mandiri secara internal terlebih dahulu. Selain untuk memastikan, jika data keuangan perusahaan ini baik-baik saja dengan kualitas yang baik dari waktu ke waktu, juga sebagai kesempatan bagi Harry untuk mempelajari kondisi keuangan perusahaannya secara menyeluruh. Maka dari itu, sebagai sekretaris, Ratu menghubungi tim auditor yang akan memeriksa perusahaan mereka. Baru setelah itu, ia akan menghubungi setiap jajaran direksi dan juga manajerial untuk segera mempersiapkan diri karena minggu akan diadakan audit internal seperti yang dilakukan biasanya. Setiap bulan memang selalu diadakan proses audit internal, namun bedanya jika pada bulan-bulan sebelumnya dia yang mendapat perintah untuk menyiapkan laporan dari divisi pemasaran dan diserahkan pada tim audit, kali ini Ratu yang menyusun semua agendanya. Meski audit dilakukan oleh auditor, bukan olehnya, namun Ratu yang mengkoordinasi seluruh perusahaan agar proses ini berjalan lancar. Dia melakukan semua atas nama CEO tentunya. Dia gugup, memang. Tapi dia harus bisa. Suara pintu kantor CEO pun terbuka. Pria tampan dalam balutan jas itu keluar dari ruangannya dan menatap Ratu. “Pak.” Ratu menyapa sambil berdiri lantas ia membungkukkan badan. “Untuk perkara audit, kau jangan terlalu gugup, Nona.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD