Demi menggapai apa yang Ranti impikan selama ini, dia tak peduli dengan urat malunya. Dia juga tak peduli dengan gengsi nya selama ini. Yang penting keinginannya segera tercapai. Kedua kaki Ranti melangkahkan ke arah meja Anton dan Dicky. Sampai di meja keduanya, Ranti juga tak segan untuk menyapa dulu. “Semua ini demi mimpi kamu Ranti!” Ranti menyemangati dirinya sendiri. “Siang Mas!” Sapa Ranti tanpa ragu. “Selamat siang!” Anton dan Dicky memutar kepala ke arah Ranti. “Eh lo Ran! Sory, dari tadi kita serius. Sampai gak lihat ada lo.” Ucap Dicky sembari mengulas senyum. “Iya Ran, kita lagi bicara serius!” Anton menimpali. “Lo udah pulangan atau baru mau berangkat? Kok bawa tas segala?” Tanya Anton lagi. “Aku baru mau berangkat Mas. Hari ini masuk siang. Nanti jam 1 siang baru masu