Kesabaran Angga lagi-lagi harus diuji. Luka bekas kebohongan kemarin saja, masih membekas. Dan hari ini, bekas luka Angga kembali disiram dengan air garam. Rasanya sangat pedih. Angga berusaha untuk menahan diri dari amarahnya. Mengingat posisinya berada di kontrakan orang tua Ranti. Sebagai tamu, Angga harus bisa menjaga sopan santun. Apalagi bu Sumi adalah orang yang sangat baik. Tidak mungkin, Angga meluapkan emosinya di sini. Emosi juga bukan tipe Angga. Karena dengan emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi justru menambah masalah. Angga ingin mengajak Ranti mencari suasana yang dingin. Suasana yang bisa mengubah darahnya yang mendidih menjadi mendingin. “Mas... Mas Angga dari mana saja? Kok ke sini gak kasih kabar dulu sama Ranti?” Tanya Ranti sedikit gugup. Mengingat Angga ya