Vanno masuk ke dalam rumah orang tuanya, matanya melihat orang tuanya dan Neofa yang duduk dengan wajah yang masih cemberut dan tidak menatap pada dirinya sama sekali. “Kau kenapa?” Neofa mendengkus mendengar pertanyaan Vanno. Masih saja bertanya ia kenapa. Padahal Vanno sebagai calon suaminya, mengerti apa yang dimau oleh dirinya bukan malah bertanya; Kau kenapa? Cih! Tidak ada pengertiannya sama sekali Vanno pada dirinya. “Masih saja mau bertanya aku kenapa? Kau darimana saja Vanno? Aku sudah mencoba untuk menghubungimu, tapi kau tidak menjawab telepon! Pesan juga tidak dibalas! Sebenarnya kau kemana?!” tanya Neofa geram. Vanno tersenyum tipis. Duduk di samping Neofa, mengusap rambut Neofa lembut. “Aku banyak kerjaan sayang, tidak bisa untuk ditinggalkan. Aku tidak lupa pada diri