Kesetiaan Bill

1878 Words
Keesokan harinya konsentrasi Jeff yang sedang fokus bekerja seketika buyar saat mendapat panggilan dari Lauren yang menghubunginya dengan terisak-isak. Hal itu membuat Jeff bergegas pergi meninggalkan perusahaannya dan pulang ke rumah untuk menanyakan apa yang terjadi. Kini Jeff telah tiba di rumah, kedua kakinya melangkah panjang menyusuri rumah yang begitu luas, mencari keberadaan istrinya yang dikatakan oleh ketua pelayan berada di kamar Ryco. Pandangan Jeff menatap penuh selidik saat menemukan sosok yang membuatnya cemas. Ia melihat Lauren yang tengah terduduk lemas di atas ranjang Ryco dengan berurai air mata sembari memeluk buku bersampul biru. "Lauren, apa yang terjadi? Kenapa kamu memintaku pulang dan menangis seperti ini? Ke mana Ryco, kenapa kamu berada di kamarnya?" tanya Jeff penuh selidik. "Dad, kamu baca apa yang Ryco tulis sebelum dia pergi. Anakku pergi, Dad. Aku kehilangan anak satu-satunya yang aku miliki…" dengan terisak-isak Lauren menyerahkan buku yang ia temukan di atas meja kamar tersebut, saat wanita paruh baya yang terlihat cantik dan awet muda itu menghampiri putranya yang tak kunjung turun setelah waktu menunjukkan pukul 11 siang. Jeff segera meraih buku tersebut dan membaca tulisan tangan Ryco yang berisi kata perpisahan. Seketika rahang wajah Jeff mengeras, kedua tangannya mengepal dengan erat, raut wajahnya memerah ditambah sorot matanya yang tajam. "Bagaimana bisa Ryco pergi dari rumah saat aku sudah memerintahkan seluruh anak buahku untuk berjaga ketat di sekeliling rumah agar dia tidak lolos tanpa pengawalan? Sial, malam nanti Daniel beserta keluarganya akan datang ke rumah untuk membicarakan pernikahan Bella dan Ryco!" umpat Jeff di dalam hati yang membatin setelah mengetahui putra semata wayangnya berani pergi untuk menghindari perintahnya. Jeff segera mengeluarkan ponselnya dari balik saku jas, menghubungi Bill agar segera menghadapnya bersama seluruh bodyguard yang ditugaskan untuk mengawal ke mana pun Ryco melangkah pergi meninggalkan pelataran rumah. Setelah selesai menghubungi Bill, Jeff duduk di samping Lauren, memeluk sekilas tubuh gemetar istrinya yang terlihat terpukul dengan kepergian putra satu-satunya mereka. "Mom, tenanglah. Aku janji akan segera membawa Ryco kembali ke rumah ini." Jeff membisikkan kata-kata itu dengan lirih, namun penuh dengan penekanan. Lauren menggelengkan kepalanya dengan perlahan, air mata terus jatuh beruraian membasahi wajahnya yang cantik. "Ryco tidak akan pulang kalau kamu masih keras padanya, Dad. Dia tertekan menjalani hidup di rumah ini karena kita banyak maunya dan selalu memaksakan kehendak tanpa memedulikan perasaannya. Selama ini kita tidak pernah memberikan Ryco kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri." "Kita tidak salah sebagai orang tua karena kita melakukan semua ini demi kebaikan dan kebahagiaannya, Mom. Kamu tenang ya, jangan menangis lagi karena aku janji akan segera membawa dia pulang." Jeff mengusap lembut punggung istrinya untuk menenangkan tangisan itu. Belum selesai Lauren menangis, pintu kamar Ryco terdengar diketuk. Hingga suara bariton Jeff mempersilahkan untuk masuk. Ternyata Bill telah datang, ia melangkah masuk ke dalam kamar Ryco dengan beberapa orang pria bertubuh besar di belakangnya, mereka semua adalah empat bodyguard yang mengawal ke mana pun Ryco pergi karena kesuksesan Jeff Bernard dalam berbisnis di dunia ini membuat ia memiliki banyak musuh, tak jarang mereka membayar orang suruhan untuk mencelakai orang-orang tersayang yang dimiliki Jeff. "Selamat siang, Tuan, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bill setelah membungkuk hormat, diikuti oleh beberapa bodyguard yang berada di belakangnya. Bill segera bangkit dari posisinya, raut wajahnya terlihat gelap dengan aura mengerikan. "Bagaimana bisa Ryco pergi meninggalkan rumah ini tanpa kalian? Bukankah kalian saya tugaskan untuk mengawalnya dengan bayaran yang sangat mahal?" tanya Jeff dengan suara baritonnya yang terdengar berat. Jeff melemparkan buku ke arah Bill yang tadi ia letakkan di atas ranjang. Ia ingin asisten pribadi putranya itu membaca tulisan yang Ryco tinggalkan. Wajah keempat bodyguard itu tercengang tak percaya bahwa mereka dipanggil oleh Jeff dan diberi pertanyaan itu. Pertanyaan yang membuat mereka terhenyak mengetahui tentang kepergian Ryco, tuan mereka. Sementara keempat bodyguard itu berpikir bahwa Ryco masih bersantai di kamarnya sebelum pergi untuk mengunjungi restoran yang berada di Los Angeles, seperti janjinya kemarin. "Ma-maaf, Tuan. Saya tidak tahu jika Tuan muda pergi dari rumah." Jawaban itu terlontar dari mulut seorang bodyguard yang bernama Andrew. "Maaf? Tidak tahu? Lalu kalian ngapain saja di rumah ini?" bentak Jeff penuh raut ketidaksukaan. "Bill, katakan ke mana Ryco pergi? Kau pasti tahu dia pergi meninggalkan rumah ini, kan?" lanjut Jeff menatap tajam wajah Bill yang sedari tadi hanya menunduk. Seketika Bill mengangkat wajahnya, lalu ia menggeleng tanda tidak tahu. "Maaf, Tuan. Saya tidak tahu ke mana dan kapan Tuan Ryco pergi. Dia sama sekali tak mengatakan apa pun pada saya. Bahkan kami semua menunggu kabar dari Tuan muda kapan dia akan pergi ke Los Angeles karena kemarin saat di hotel Tuan Ryco bilang besok akan mengunjungi restorannya yang berada di Los Angeles." Tentu saja jawaban Bill tidak mudah dipercaya oleh Jeff yang kini menyeringai tipis. Jeff pun tak tinggal diam, ia meminta Lauren agar keluar dari kamar tersebut, meninggalkannya di sana bersama Bill dan keempat bodyguard Ryco. "Dad, biarkan aku tetap di sini ya. Aku ingin mendengarkan penjelasan mereka semua tentang ke mana Ryco pergi." Lauren menolak pergi dengan jiwa yang masih rapuh. "Tunggulah di kamar, aku akan segera menemuimu di sana dan mengatakan semua informasi yang aku dapatkan. Berikan aku waktu sebentar untuk menyelidiki kepergian Ryco ya." Dengan begitu lembutnya Jeff berkata sembari mengusap lembut rahang wajah istrinya. "Baiklah." Laura mengalah dan melangkah keluar dari kamar, membawa kesedihan yang masih menyelimuti hatinya. Setelah memastikan istrinya telah keluar, Jeff kembali menatap wajah Bill penuh selidik, logikanya seolah memberitahu bahwa Bill tahu tentang semua yang terjadi. "Cepat katakan ke mana Ryco pergi?" tanya Jeff dengan menuntut jawaban. "Saya benar-benar tidak tahu tentang kepergian Tuan Ryco, Tuan." Tanpa pemberitahuan, Jeff langsung mendaratkan sebuah pukulan keras telak mengenai perut Bill, membuat pria itu melangkah mundur beberapa langkah karena pukulan keras tersebut. Lalu Jeff mencengkram kerah kemeja Bill yang dibalut jas mahal. "Jangan membohongiku, Bill. Jelas-jelas selama kau bekerja dengan Ryco, dia sudah menganggapmu sebagai sahabatnya sendiri, dia selalu memberitahu kau apa pun yang akan dia lakukan. Kepergian dia untuk pertama kalinya ini pun pasti berkat campur tanganmu 'kan sampai dia bisa lolos dari penjagaan ketat di luar?!" Jeff tak dapat lagi menahan amarahnya yang meluap, terlebih saat ini tak ada istrinya yang melihat kejadian itu, maka ia leluasa melakukan apa pun pada Bill yang benar-benar tahan menyembunyikan putra Billionaire yang pergi dari rumah, sekalipun ia harus menahan sakit. "Sungguh, saya tidak tahu tentang semua ini, Tuan." Bill kembali mengelak hingga ia mendapatkan pukulan bertubi-tubi yang mendarat di perut, hidung dan rahangnya. Mulutnya pun tak luput dari bogeman keras dari kepalan tangan Jeff, bos ayahnya dulu. Jeff yang sudah gelap mata terus menghajar Bill untuk meluapkan amarahnya, hingga pria itu lumpuh di hadapannya tanpa perlawanan. Sementara keempat bodyguard yang menyaksikan itu hanya mampu menjerit dalam hati, tak ada yang berani melawan tuan besar di rumah itu. Mereka berusaha menutup mulut rapat-rapat, menyipitkan mata karena tidak tega melihat wajah Bill yang sudah tak terbentuk dengan darah segar yang mengalir dari sudut bibir dan hidungnya. "Tuan Ryco, saya rela mati demi tuan. Saya harap, dengan kepergianmu dari rumah ini membuatmu dapat menikmati kehidupan yang singkat ini dengan beragam pilihan. Bahagialah di sana, tuan." Bill hanya mampu merintih kesakitan sambil bergumam dalam hati, berharap Ryco bahagia menjalani kehidupannya yang baru. Ryco yang kini sudah menempati salah satu rumah sewaan yang terletak di sudut kota Tennessee seketika tersentak dari lamunannya, tatkala bayangan wajah Bill mengusik ketenangannya. "Bill…" ucapnya terdengar lirih. Ryco teringat dengan hidup Bill yang dapat berakhir di tangan Jeff karena insiden kepergiannya dari rumah. "Ya Tuhan, kenapa aku seperti mendengar rintihan Bill? Apa yang telah terjadi padanya? Apa mungkin Daddy menghukumnya atas kepergianku?" gumam Ryco dengan perasaan gelisah tak menentu. Pria itu menyugar rambutnya dan kembali mengacak-acaknya. Saat ini ia tak dapat bernapas dengan tenang sebelum mendengar keadaan di rumah saat ini, memastikan Bill aman dari amukan sang ayah. Ryco pun mulai mengeluarkan ponsel pemberian Bill dari dalam tasnya, karena ponsel miliknya ia letakkan di atas nakas dalam kamarnya sebelum pergi meninggalkan rumah. Bill sengaja memberikan ponsel tersebut sebagai alat komunikasi di antara mereka, pria itu merasa harus selalu mendengar kabar tuannya, walau jarak memisahkan mereka. Ingin memastikan bahwa Ryco selalu dalam keadaan baik-baik saja. Namun, entah mengapa Ryco merasa ragu untuk menghubungi Bill saat ini, hatinya seolah melarang keras pria itu agar menunda niatnya karena kini asistennya masih berhadapan dengan Jeff, menerima hukuman akibat tidak becus menjaga putra semata wayangnya sampai pergi meninggalkan rumah. "Lebih baik aku menanyakan keadaannya lewat pesan saja!" batin Ryco memutuskan karena berusaha mendengar kata hatinya. Pria itu mengetik pesan singkat yang bertuliskan, "Bill, ini aku Ryan. Bagaimana keadaanmu saat ini? Kapan ada waktu, bisakah kita mengobrol?" tanyanya bersandiwara karena takut jika ponsel Bill saat ini disita oleh Jeff untuk menyelidiki keberadaannya. "Semoga saja Bill membaca pesanku dan segera membalasnya," harap Ryco yang kini sudah berganti nama menjadi Ryan Ellison dalam kecemasan. Dan benar saja, saat mendengar ponsel Bill berdering, Jeff segera mengambil ponsel itu dari dalam saku jas yang Bill kenakan. Jeff curiga jika pesan itu berasal dari putranya dan ia berharap dugaannya benar. Bill yang kini terlihat payah, tak mampu berbuat apa-apa. Jantungnya berdebar tak karuan, takut jika pesan itu berasal dari Ryco untuk memberinya kabar bahwa pria itu sudah tiba di salah satu rumah yang semalam telah ia booking untuk tempat tinggal Ryco selama di Tennessee. "Semoga itu bukan pesan dari Tuan Ryco," harap Bill sambil mengaduh kesakitan, merasakan tulang-tulang wajahnya patah karena dihajar secara bertubi-tubi oleh Jeff. Setelah membaca pesan yang masuk ke ponsel yang kini berada dalam genggamannya, Jeff kembali menatap ke arah Bill yang terkulai di permukaan lantai yang bernilai fantastis. "Siapa Ryan?" tanya Jeff seraya membungkuk untuk memperlihatkan isi pesan tersebut pada Bill. Membaca pesan tersebut membuat Bill kesulitan menelan salivanya sendiri begitu mengetahui pesan itu berasal dari tuannya. "Jawab!!" sentak Jeff dengan mengeraskan suaranya. "I--itu teman kuliah saya dulu, Tuan," jawab Bill berbohong, berharap Jeff tak curiga. "Apa kau masih tidak ingin mengakui keterlibatanmu atas perginya Ryco?" Jeff kembali mengalihkan pembicaraannya ke inti permasalahan dan mengabaikan pesan yang dibacanya barusan. "Sungguh, saya tidak tahu apa-apa, Tuan." Bill kembali menjawab, lalu terbatuk hingga mengeluarkan bercak darah. Namun, Jeff sama sekali tak memedulikan hal tersebut. Lalu ia melemparkan ponsel milik Bill ke arah pemiliknya hingga benda pipih tersebut jatuh terbentur kerasnya permukaan lantai. "Kau benar-benar manusia yang tidak berguna, Bill Arnault. Mulai detik ini kau bukan lagi bagian dari pekerja di keluarga Bernard!" kecam Jeff penuh penekanan. Lalu ia melangkah pergi meninggalkan posisinya. Sebelum keluar dari kamar tersebut Jeff menoleh ke arah belakang sekilas, ia menatap keempat bodyguard yang masih diam mematung di posisi masing-masing. "Hei, kalian berempat! Saya minta seluruh rekaman cctv dari rumah ini. Antarkan ke ruang kerja saya dalam lima belas menit ke depan!" titah Jeff pada empat bodyguard putranya yang menganggur. Setelah menyelesaikan kalimatnya, keempat bodyguard yang bernama Andrew, Marcel, Tommy dan Samuel pun segera menganggukkan kepala, bergegas pergi untuk melaksanakan tugas dari tuan besar. Mereka terpaksa meninggalkan Bill di dalam kamar itu sendirian, walau dengan perasaan tidak tega. Sementara Bill yang ditinggalkan sendirian berusaha ikhlas menerima keputusan Jeff yang telah memecatnya. "Walau tugasku di sini sudah berakhir, tapi saya akan tetap menjagamu dari kejauhan, Tuan Ryco," lirih Bill yang sudah menganggap Ryco seperti bagian keluarganya sendiri karena keduanya telah menghabiskan waktu selama 8 tahun bersama-sama. Delapan tahun sudah Bill memberikan seluruh hidupnya untuk mengabdi pada keluarga Bernard yang telah banyak membantu kehidupan keluarganya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD