Bab 28. Perang Dingin

1101 Words

“Mas, makananmu sudah aku siapkan. Kamu makan saja dulu, aku mau menemani Albert mencari udara segar di luar.” Maura langsung memeluk Dewa dari belakang dan mencium pipi suaminya. Dewa rupanya sudah tidak lagi seperti dulu, yang selalu bersikap hangat. Pria itu lebih terkesan cuek, dan sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Maura. Maura segera meninggalkan kamar itu. Walaupun sebenarnya kecewa dengan sikap suaminya, tapi wanita yang biasa memakai make up di wajahnya itu berusaha untuk terlihat baik-baik saja. “Kita duduk sini dulu ya, Sayang. Kamu harus makan, Mama sudah buatkan bubur kesukaanmu.” Maura meletakkan Albert yang sudah berusia tujuh bulan ke sebuah kursi bayi. Dengan penuh sabar, wanita yang awalnya memiliki sifat manja itu mulai menyuapi sang putra. “Selamat pagi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD