13. Beautiful nerd

1158 Words
Samuel menatap kesal Kara yang sedang menyiapkan sarapan ke meja makan, bukannya Samuel kesal karna Kara menyiapkan sarapan tapi yang membuat Samuel kesal adalah saat melihat Kara yang sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Bisa-bisa Kara mau pergi ke sekolah dengan keadaan yang baru pulih, bahkan bekas lebam di tangannya saja masih terlihat jelas. "Ganti seragam lo." Suruh Samuel, membuat Kara langsung menoleh kepada nya dan mengkerutkan keningnya bingung. "Kenapa?" Tanya Kara. "Masih tanya kenapa? Lo gak boleh masuk sekolah dulu, tunggu sampai keadaan lo bener-bener sembuh." Ujar Samuel. "Tapi aku udah sembuh, aku mau sekolah." Bantah Kara. "Gue bilang ngga, berarti ngga. Ganti seragam lo." Tegas Samuel. Kara menatap Samuel kemudian menggelengkan kepalanya menolak. Untuk kali ini Kara tidak akan mengikuti ucapan Samuel, dirinya ingin pergi sekolah, dan itu harus terjadi. "Ck. Gak usah keras kepala, ini demi kebaikan lo juga." Cetus Samuel. "Tapi aku mau sekolah Arga, aku bosen di rumah terus." Ucap Kara seraya menatap lekat Samuel dan memelas agar Samuel mengijinkannya untuk sekolah. Samuel mengalihkan pandangannya ke arah lain dan kembali berdecak pelan, entah kenapa hati nya mulai luluh untuk mengijinkan Kara, ketika matanya bertabrakan dengan pandangan memelas Kara. "Aku mohon, Ar. Aku udah banyak banget ketinggalan pelajaran." Mohon Kara, kali ini dengan menyatukan kedua tangannya dan memasang wajah semelas mungkin. Shit. Melihat wajah Kara yang memelas seperti itu, malah membuat Samuel jadi gemas sendiri. Dengan berat hati akhirnya Samuel mengangguk kan kepalanya. "Tapi inget.... kalo ada yang berani bully lo lagi, lo harus lawan dan kasih tau gue, ngerti!" Kara mengangguk. "Makasih, Arga." Ucap Kara tersenyum lebar kemudian melangkahkan kakinya mendekat pada Samuel, tapi saat jarak mereka sudah dua langkah lagi, Kara langsung berhenti dan sadar dengan apa yang akan di lakukannya. "A-ayo sarapan dulu." Ajak Kara. Samuel mengangguk lalu duduk ke kursi dan mulai memakan sarapan yang sudah di siapkan Kara. Begitupun dengan Kara, keduanya pun sama-sama diam dan fokus pada sarapan mereka. Selasai sarapan Kara langsung membereskan piring bekas mereka dan pergi ke kamarnya untuk mengambil tas dan siap berangkat ke sekolah. Tapi saat Kara hendak keluar dari apartemen, ternyata masih ada Samuel yang duduk santai di sofa sambil memainkan ponselnya. "Ar. Kamu gak berangkat?" Tanya Kara. Samuel melirik sebentar Kara lalu menyimpan ponselnya dan berdiri hingga tubuhnya menjulang tinggi di hadapan Kara. "Nungguin lo." "Hah?" Bingung Kara. Kedua matanya berkedip pelan. Belum selesai dengan keterbingungannya tadi, Kara kembali di buat bingung dengan Samuel yang tiba-tiba melepas ikat rambutnya hingga membuat rambut Kara yang tadinya terkuncir rapih kini tergerai indah ke punggung nya. "Lepas kacamata lo." Perintah Samuel. "E-emangnya kenapa?" Tanya Kara. "Lepas." Ulang Samuel membuat Kara langsung melepas kacamata nya. Melihat Kara yang tidak menggunakan tampilan nerdnya membuat Samuel mengangguk puas. "Mulai sekarang, gak ada lagi tampilan nerd, paham!" "Ta-tapi." "Gak ada tapi-tapi, nurut kata gue, ini demi kebaikan lo." Tegas Samuel membuat Kara mengangguk pelan lalu menunduk. "Angkat dagu lo, disekolah Lo pacar gue, jangan mau di tindas orang lain, ngerti!" Ujar Samuel dengan mengangkat pelan dagu Kara agar tidak menunduk. "Ngerti." Ucap Kara pelan. "Bagus, ayo berangkat." Ucap Samuel lalu menggenggam halus tangan Kara dan melangkah keluar dari apartemen mereka dengan berdampingan. Kara melirik tangannya yang di genggam oleh Samuel, lalu menarik kedua sudutnya bibirnya membentuk senyuman tipis tanpa terlihat Samuel. ****** Sampai di sekolah seperti yang sudah di pikirkan Kara, semua orang yang melihat kedatangan mereka langsung menatap kearah mereka dan berbisik heboh terlebih lagi saat Samuel menggenggam tangannya dan mengantarkannya sampai ke depan pintu kelasnya. Samuel melepaskan genggaman tangannya dari tangan Kara lalu beralih memasukkan nya kedalam kantong celananya. "Inget ucapan gue. Kalo terjadi apa-apa, langsung bilang sama gue." Ujar Samuel. "Iya Ar, aku inget." Balas Kara. "Masuk." Perintah Samuel. Kara mengangguk lalu masuk kedalam kelasnya dan langsung jadi pusat perhatian seketika, karna teman kelasnya masih belum menyadari bahwa dirinya adalah Kara si nerd yang sering mereka bully dan kerjai. Setelah memastikan Kara duduk ke tempat nya, Samuel baru beranjak pergi dari sana dan berjalan menuju kelasnya. Kembali ke kelas Kara, semua mata masih tertuju pada sosok Kara yang berhasil menjadi pusat perhatian mereka. Apalagi Valen, cowok itu juga terus menatap kearah Kara yang sedang duduk di bangkunya. Antara percaya dan tidak percaya, cowok manis itu akhirnya memutuskan untuk menghampiri Kara. "Siapa lo?" Tanya Valen membuat Kara mengangkat kepalanya yang semula menunduk, menatap wajah cowok itu. Senyuman tipis Kara tunjukan pada cowok manis itu, yang seketika tersentak kaget saat melihat buku tulis miliknya di keluarkan dari tas Kara. "Punya kamu." "L-lo si nerd?!" Kaget Valen dan langsung membuat seisi kelas kaget. Kara tersenyum kemudian berdiri. Matanya menatap ke setiap penjuru kelas dan melambaikan tangannya. "Hai. Senang ketemu kalian lagi, aku harap kalian gak lupa sama aku." Ucap Kara lalu kembali duduk. Valen tak bisa berkata-kata lagi, mulutnya dibuat bungkam dengan penampilan Kara yang sekarang. Entah harus berbuat apa, Valen terus berdiri diam dan menatap Kara tak percaya. "Jangan berdiri terus, udah bel." Ucap Kara pelan. Valen mengerjabkan matanya lalu segera mengambil buku miliknya dan kembali ke tempat duduknya. ****** Setelah bel istirahat berbunyi, Kara langsung membereskan alat tulisnya dan pergi ke kantin seorang diri, tentunya dengan pandangan orang yang terus-terusan menatap nya, seperti nya perubahan nya kali ini benar-benar membuat semua orang syok. Sampai di kantin Kara langsung memesan satu porsi baso dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari tempat duduk, namun nihil, semuanya penuh. Karna tidak mendapatkan tempat duduk, niatnya Kara akan pergi ke kelasnya tapi lengan seseorang tiba-tiba menghentikan langkahnya saat Kara melewati meja yang diisi sekumpulan siswa. "Hai. Anak baru ya, gue baru liat soalnya." Sapa siswa laki-laki yang mencekal lengan Kara. "Kenalan dong." Kara melepaskan dengan lembut cekalan siswa itu dan tersenyum. "Maaf, tapi aku udah lama sekolah disini." Balas Kara, lalu kaki nya kembali berjalan namun lagi-lagi di hentikan siswa laki-laki itu. "Mau makan kan, disini aja bareng kita. Sekalian ngobrol biar tambah deket." Ujar nya membuat Kara langsung menggeleng menolak. "Eleh sok nolak." Sorak siswa lain yang ada di meja itu. Kara menghela nafasnya lalu kembali menarik senyuman tipisnya. Meladeni tipe cowok seperti ini tidak boleh terbawa emosi dan harus sabar. "Maaf tapi aku mau makan di kelas aja." Ucap Kara lalu berjalan pergi dari sana. "Jual mahal am--" "Tutup mulut lo." Ujar seseorang, membuat ucapan siswa itu berhenti dan langsung menunduk. Kara yang mendengar suara itu langsung menoleh kebelakang dan terkejut saat melihat Samuel yang sedang mencengkram kerah seragam siswa laki-laki tadi. Pandangan kedua nya saling bertabrakan untuk beberapa saat tapi kemudian Samuel langsung mengalihkan pandangannya sekaligus melepas cengkramannya, setelah itu berjalan menghampiri Kara dan langsung merangkul bahunya. "Jangan pernah ada yang berani gangguin pacar gue, atau kalian akan tau sendiri gimana akibatnya." Ucap Samuel lalu mengecup sisi rambut Kara. Sontak saja semua orang yang mendengar dan melihat itu langsung histeris terlebih lagi siswi-siswi nya. Para sahabat Samuel yang melihat itu, juga ikut bersiul dan berteriak, terlebih lagi Bagas, cowok itu yang paling heboh sendiri. "Kasih paham Sam." "Kalian tuh cocok." "Eh ngga, cocok banget!" Kelima cowok itu tertawa kompak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD