Samuel argandara, adalah nama seorang laki-laki dengan sikap urakan, keras kepala, arogan dan juga berandalan. Hobi nya setiap hari hanya ber-poya-poya menghabiskan uang, mabuk-mabukan dan juga balapan liar. Terkadang uang yang dipakai untuk ber-poya-poya bersama para temannya, adalah uang yang dihasilkan dari setiap kemenangannya.
Keluar masuk kantor polisi sudah menjadi hal yang lumrah, bagi seorang Samuel. Karna menurutnya, dengan uang apapun bisa terselesaikan, termasuk mengenai jeruji besi. Walaupun sedemikian berandalannya Samuel, dia tetap lah manusia yang mempunyai perasaan dan bisa berubah menjadi pribadi yang baik, ketika hati nya sudah di ketuk dan di berikan hidayah, dan kita tidak pernah tau kapan hidayah itu datang.
Berandalan tapi ganteng. Itu adalah julukan Samuel ketika berada di sekolahnya, karna Samuel juga termasuk salah satu murid most wanted yang paling banyak di kagumi oleh semua kaum hawa disekolah. Sikap berandalan dan juga wajah tampan nya menjadi daya tarik tersendiri dalam diri Samuel.
Tatapan kagum dan memuja sudah menjadi hal biasa bagi Samuel, tidak ada kata risih atau apapun, malah Samuel sangat menyukai itu semua.
Seperti saat ini ketika dirinya sedang bermain basket dengan seragam seperti biasanya, tak beraturan. Baju seragam yang tak di masukan, tiga kancing yang di buka dengan sengaja hingga memperlihatkan sebagian d**a bidangnya yang terlihat nyaman untuk tempat bersandar, rambut hitam yang sedikit mulet dan berantakan, menambah daya pesona Samuel. Dan jangan lupakan tato yang berada di tangan dan juga sedikit di bagian d**a nya membuat Samuel terlihat lebih keren bagi kaum hawa. Tak lupa dengan kalung yang panjangnya sebatas d**a dengan bandulan bertuliskan 'BAD'. Kalung yang tak pernah absen di pakainya itu, menjadi ciri khas bagi seorang Samuel Argandara.
"Samuel, semangat!" Teriak siswi-siswi yang hampir memenuhi seluruh pinggiran lapang basket, hanya untuk menonton seorang Samuel.
Tatapan tajam seperti psikopat yang di tunjukan Samuel, bagikan panah arjuna yang membuat semua kaum hawa histeris kegirangan di buatnya.
Tiga bola berhasil di masukan Samuel dengan mudah ke dalam ring basket, hingga membuat skor menjadi 1 banding 3 dan tentu saja itu sudah membuktikan kemenangan bagi Samuel.
"Gue menang. Kerjain semua tugas sekolah gue selama dua minggu." Ucap suara berat yang keluar dari bibir seksi Samuel.
Terlalu malas berlama-lama, Samuel lebih memilih pergi meninggalkan lapang basket, beralih menuju kantin untuk mengisi perutnya. Tak peduli dengan suara bel masuk yang berbunyi.
"Minggir. lo ngalangin jalan gue!" Sinis Samuel pada siswi berambut pendek yang nampak sempurna dengan wajah cantiknya.
"Lo tuli, hah?!" Bentak Samuel. Saat siswi di depannya tak kunjung bergerak minggir dari depan jalannya.
Siswi itu berusaha memberanikan dirinya untuk menatap mata tajam Samuel, dan tersenyum. "Kamu udah lima kali gak masuk pelajaran geografi, Bu Erna manggil kamu buat ke kantornya." Ujar siswi itu dengan nada yang di lembut-lembutkan.
"Males." Tak ingin membuat mood nya buruk dengan terus meladeni wakil ketua osis yang selalu membuatnya muak, dengan segala sikap yang terlalu di buat-buat. Samuel langsung melengos pergi meninggalkan siswi itu.
Tanpa disadari seorang siswi yang melihat mereka, menyunggingkan sedikit sudut bibirnya, tersenyum tipis.
******
Hari terus berlanjut hingga sampai saatnya bel pulang sekolah berbunyi, membuat semua murid langsung berbondong-bondong keluar dari kelas, namun sebagian dari mereka tak pulang karna harus menjalankan kegiatan ekstra kulikuler yang mereka ambil.
Seorang gadis dengan wajah ceria nya, bersenandung kecil dengan kaki yang terus melangkah melewati koridor menuju parkiran sekolah. Tapi langkah kecil nya tiba-tiba berhenti. "Kalian mau apa lagi?" Tanya gadis itu, pada beberapa siswi yang sengaja menghalangi jalannya.
"Gue di hukum bersihin perpustakaan, lo bersihin sana." Suruh salah satu dari siswi itu, dengan sinis pada gadis berkecamata bulat yang bertengger manis di hidung mancungnya.
"Gak bisa, hari ini aku harus pulang cepet." Tolak gadis itu dan mulai kembali berjalan, namun langkahnya di jengkal oleh siswi lain yang bergabung di antara gerombolan itu.
"Ngelunjak ya lo, sekarang."
Gadis itu memutar bola mata nya malas, di balik kecamata bulatnya. "Hari ini bener-bener gak bisa, kalian juga harus nya sadar diri, aku bukan babu kalian." Ucap gadis itu berusaha sabar.
"Parah Ver, mulai nyeramahin kita, dia."
"Lo mau gue kurung di toilet lagi, hah!" Marah siswi yang paling berkuasa di antara siswi yang lainnya.
"Kalian gak bisa seenaknya terus. Maaf, aku harus pulang."
"Akhhh!" Teriak gadis itu, ketika kaki nya di injak dengan kasar.
"Ups. Sorry. Lo harusnya nurut dan gak bikin gue marah. Ini akibatnya kalo lo ngelunjak sama gue." Ketus siswi bernama Vera itu, lalu pergi bersama teman-temannya meninggalkan gadis yang kini berjongkok sembari meringis menahan sakit di kakinya.
"Heh, nerd."
Kepala gadis itu perlahan terangkat, lalu segera berdiri dengan tegak ketika pandangannya melihat empat laki-laki dengan tampilan urakan, dan gaya khas berandalan. Berdiri beberapa meter di depannya.
"Kalo di bully, lawan. Jangan lemah." Ketus salah satu dari mereka yang menggunakan kalung berbandul 'BAD', siapa lagi jika bukan Samuel. Laki-laki berandalan itu sedari tadi menyaksikan kejadian yang dialami gadis itu, bersama teman-temannya.
Gadis itu sama sekali tak marah ketika Samuel menyebutnya nerd, karna itu sudah biasa bagi gadis yang kini hanya menunduk diam berusaha menahan ringisannya.
"Ck, lemah. Cabut."
Setelah Samuel dan teman-temannya pergi, gadis itu perlahan meluruskan pandangannya ke depan. Fokus pada punggung tegap Samuel, lalu menghela nafasnya pelan.
******
Setelah berkumpul bersama teman-temannya dari waktu pulang sekolah tadi. Samuel memilih pulang saat hari sudah mulai menjelang malam, hal itu tentu saja membuat semua temannya kebingungan, karna pasal nya sudah hampir beberapa minggu ini Samuel sangat jarang berkumpul dalam waktu lama, dan juga sangat malas jika mereka mengajaknya untuk pergi ke club, tak seperti biasanya.
Saat ini Samuel sudah sampai di depan pintu apartemennya, sejenak mata nya menatap buah-buahan segar yang di beli nya sewaktu diperjalanan pulang tadi. Setelah menekan pin apartemennya, Samuel segera masuk dan menutup pintu nya kembali.
"Udah pulang. Aku udah masak, kamu makan dulu gih." Ucap suara lembut. Menyambut kedatangan Samuel.
Samuel menaruh plastik berisikan buah-buahan yang di bawa nya ke atas sofa, dan berdiri tepat di hadapan orang yang kini menjadi teman hidupnya. "Maaf buat yang tadi." Ucap Samuel tanpa menatap mata orang itu.
"Gakpapa, lupain aja." Balas orang itu dengan tersenyum manis pada Samuel.
Dia adalah Karra atau Karra Chandrika. Tunangan Samuel Argandara, laki-laki berandalan yang tiga bulan ini sudah berstatus bertunangan. Dan untuk gadis yang di sebut Samuel, nerd. Itu adalah Kara, Tunangan nya sendiri. Mereka memang menyembunyikan status dan hubungan mereka pada orang lain, terlebih lagi pada sekolah.
Samuel tak ingin Kara dalam bahaya. Karna jika semua orang tau tentang hubungan mereka. Samuel yakin, banyak fans fanatiknya yang akan melakukan hal tanpa berpikir terlebih dahulu pada Kara, dan Samuel tak ingin hal itu terjadi. Melihat Kara yang selalu di bully di sekolah saja sudah cukup membuat Samuel jengah, dan marah sekaligus kecewa karna tak bisa melindungi tunangan nya sendiri. Tapi Samuel tak punya pilihan lain, selain diam.
Mengenai penampilan nerd Kara ketika sekolah, itu adalah kemauan Kara sendiri. Padahal Kara sangat cantik, namun kecantikan itu terhalangi dengan penampilan nerd nya, Samuel sudah berulang kali meminta Kara untuk merubah penampilannya tapi Kara tetap menolak. Satu alasan yang di berikan Kara namun mampu membuat hati Samuel tersanjung.
"Kecantikan gak harus di umbar pada orang lain walaupun tujuannya untuk kebaikan."
Jika kalian pikir mereka bertunangan di usia muda karna cinta, ataupun perjodohan? Itu salah. Latar belakang nya hanya karna ke egoisan Samuel, harus nya Kara tak pernah kenal dengan si berandalan Samuel. Namun karna situasi yang begitu mendesak, terpaksa, Kara mau tak mau harus menerima pertunangan nya dengan Samuel. Bahkan mereka melakukan nya tanpa restu orang tua Kara, sedangkan orang tua Samuel? Mereka terlalu sibuk hingga Samuel menganggap mereka sudah tiada.
Semua tanggung jawab, di tanggung oleh Samuel. Kara tak membawa sepeser pun uang ketika pergi dari rumah orang tua nya. Karna memang perjanjian awalnya mereka harus tinggal di satu atap, sampai menikah nanti.
Menyesal? Kara tak pernah mengeluh akan hal itu, bahkan memikirkannya pun tidak pernah. Kara hanya terus berjalan dengan alur hidupnya, ketika alur hidup nya membawa kepada kebahagian, maka Kara akan bersyukur. Tapi jika alur hidup nya membawa pada ke kecewaan, Kara tidak akan mengeluh, karna mungkin itu adalah takdir hidupnya.
Jadi dirinya bisa apa?