He

1963 Words
Pelaksanaan ospek yang diikuti Vina berjalan lancar sejauh ini hingga hari ini telah sampai di hari terakhir. Seperti rundown acara yang sudah ditentukan, hari terakhir merupakan kegiatan ekspo demo untuk unit kegiatan di luar jam perkuliahan yang dapat diikuti mahasiswa dalam bentuk klub-klub. Semua unit kegiatan menyemarakkan acara itu untuk merekrut mahasiswa baru sebagai anggota. Berbeda dengan yang lain Vina yang sudah menyerahkan formulir pendaftaran kemarin sekarang hanya duduk santai di dalam auditorium masih menikmati snack siang yang tadi diberikan panitia. Rasanya pening sendiri melihat kerumunan maba yang berkumpul di masing-masing stan unit kegiatan mahasiswa. Berada di keramaian bukan satu hal yang disukai Vina. Namun sepertinya momen santai-santai gadis itu akan segera berakhir karena dapat ia lihat bahwa salah satu kakak tingkat yang akhirnya ia tahu merupakan ketua komdis berjalan ke arahnya. oh astaga orang itu. ”Ngapain di sini?” “Eh iya kak lagi makan” Vina gugup menjawab. “Iya tau kamu lagi makan” (kenapa nanyaaaa) batin Vina. “Tapi tahu kan sekarang rundownnya apa?” “Ekspo demo kegiatan mahasiswa kan kak?” “Terus ngapain di sini? Har..” Vina memotong kalimat ketua komdis yang ia tahu bernama Dean itu dengan menyerahkan brosur dari klub kesehatan yang telah ia terima. “Aku udah daftar ke sini kak” Hanya menatap sekilas brosur yang ditunjukkan Vina kemudian Dean berkata “Mau jadi komdis gak?” what???? apaan siieee “Komdis emang salah satu unit kegiatan mahasiswa kak?” Vina ragu, bertanya. “Besok pas semester 3 kamu daftar BEM, cocok jadi komdis pas ospek tahun depan” hah???? Vina masih kebingungan apalagi Dean berkata sambil berjalan pergi meninggalkannya tapi masih melanjutkan pembicaraannya. “Ga usah teriak di depan cewek apalagi pas dia lagi sakit. Ga sopan!!” ucap Dean dengan intonasi yang dibuat-buat juga senyum-senyum tidak jelas. Meski awalnya kebingungan namun akhirnya Vina menyadari sesuatu bahwa Dean tengah meledek apa yang dia lakukan tempo hari saat dengan refleks menumpahkan kekesalannya pada ketua komdis itu saat menghalanginya akan melakukan pertolongan pertama pada temannya yang sesak napas. s**l Vina jadi malu sendiri mengingatnya. Acara ospek untuk mahasiswa baru sampai di akhir rangkaian kegiatan. Menutup acara tersebut seluruh panitia berkumpul di hadapan semua mahasiswa sekedar menyampaikan kesan pesan juga ungkapan cerita seru satu sama lain. Ditambah dengan keseruan saling iseng menggoda perihal skandal asmara salah satu panitia dan mahasiswa baru atau juga pengakuan jujur maba tentang panitia paling baik atau juga paling galak. Tentu saja panitia paling galak dari jajaran komdis yang akhirnya saat acara itu sudah tidak lagi menunjukkan muka tidak bersahabat bahkan terang-terangan membuat lelucon muka ketakutan maba saat mereka berakting galak. Sebagai ketua komdis Dean mengucapkan permintaan maaf bila ada yang kurang berkenan di hati seluruh panitia juga maba terkait kinerja komdis. Dia juga berharap bahwa mahasiswa baru bisa mengambil sisi positif dari kedisiplinan yang diatur selama berlangsungnya kegiatan. Satu hal yang mengundang rasa penasaran saat Dean tiba-tiba memberi kode operator layar dan mengungkapkan maksudnya. “Sebelum kita berlanjut ke acara berikutnya saya punya sesuatu yang akan saya tunjukkin ke kalian semua” muka-muka yang awalnya sudah mulai bosan menjadi cerah kembali karena penasaran mendengar penuturan ketua komdis. Begitu pula dengan Vina yang memfokuskan pandangan pada layar besar di depan mereka yang mulai dioperasikan untuk memutar sebuah video. Video dengan kualitas rendah tanpa suara itu diawali dengan pergerakan orang-orang yang berlari memasuki sebuah ruangan. Semua orang mulai menyadari bahwa itu video dari kamera pengawas yang menyorot mahasiswa baru di hari pertama mereka berlarian memasuki auditorium. Kemudian suara-suara penonton yang terkejut melihat video yang menampilkan satu maba tiba-tiba tergeletak. Vina akhirnya menyadari isi dari video ini, astagaaaa apa iniiii? dia menjadi gugup sendiri kemudian teringat bahwa Dean tadi membuat candaan tentang yang dia ucapkan ke orang tersebut. Aduuh apa dia akan dihukum karena terlalu berani meninggikan suara ke ketua komdis itu? serius? di depan seluruh angkatan dan semua panitia ini?? astagaaa. Vina tidak sanggup membayangkan.gadis itu mengedarkan pandang mencari sosok Dean yang ternyata juga menatap ke arahnya oh astagaaaa komdis gajelas itu tahu keberadannya. Vina menutup mukanya friustasi karena Dean jelas-jelas melemparkan senyuman menyebalkan itu ke arahnya. Video sudah sampai di adegan Vina memberikan pertolongan dan berakhir dengan dirinya yang berani menyemprot ketua komdis. Kini ia hanya bisa komat-kamit berdoa semoga Dean tidak membocorkan identitasnya dan tidak ada yang tahu bahwa itu dirinya. Namun sedari tadi korban yang terjatuh karena sesak napas itu sudah mengaku bawa itu dirinya beruntung dia tidak mengenal ataupun mengetahui posisi Vina yang saat ini mati-matian menyembunyikan dirinya. Suara Dean kembali memenuhi auditorium setelah video tersebut selesai di putar "Hari pertama pelaksanaan ospek saat kalian banyak yang takut-takut hanya karena melihat anggota komdis nyatanya sudah ada satu mahasiswa yang dengan lantang membentak anggota komdis oh ralat ketua komdis. Ya saya yang dibentak" . Mampuuuuus. Mendengar penuturan Dean membuat Vina ingin menghilang saja dari ruangan itu. Reaksi yang dia tunjukkan berbeda dengan orang lain yang terkejut mendengar yang disampaikan ketua komdis itu. “Bukan, saya di sini tidak ingin mengadu karena disemprot oleh maba haha saya memang salah hari itu. Jadi saya ingin kita semua yang ada di sini memberikan tepuk tangan untuk maba tersebut karena dia sudah dengan suka rela membantu orang lain yang membutuhkan bantuannya. Berbeda dengan yang lain, ya mungkin ada yang melihat kejadian tersebut namun saat melihat sudah ada petugas kesehatan tentu saja merasa keadaan sudah aman. Tetapi nyatanya bukan hanya sekedar petugas kesehatan saja yang dibutuhkan korban tersebut.” Dean menjelaskan secara rinci tentang kejadian itu dan rasanya keringat dingin sudah mulai Vina rasakan. Ibuuu Vina mau pulang. “Boleh minta tepukan apresiasi untuk teman kalian itu” suara Dean memimpin gemuruh tepuk tangan yang semakin membuat Vina menguburkan mukanya di tas yang ia kenakan. “Saya pikir dia ini sok tahu tapi ternyata memang paham cara menangani korban yang kebetulan mengidap asma” Dean melanjutkan “Saya mau mengundangnya naik ke atas panggung kebetulan saya udah tahu identitasnya” “Cieeeeee Deaaaaan” panitia lain bersorak. Mampus kau vinaaaa “Alvina Putri dari gugus 7 silakan maju ke depan” DEG “Lho gugus 7?” “Gugus kita kan itu” “Vinaaa itu kamu bukan” teman-teman satu gugusnya sudah mulai memojokkan Vina yang masih mengelak hal tersebut. “Mungkin kakak pembimbingnya bisa bantu suruh cepat ke depan agar acara tidak semakin molor” Deaaaaan sialaaaan kalau gitu gausah pake acara buat malu-maluin akuuu umpat Vina sebal dan tidak bisa menahan diri untuk tidak melotot garang ke arah Dean. Tanpa rasa bersalah justru menunjukkan senyuman paling menjengkelkan bagi Vina. Muka gadis itu sudah semerah tomat karena menahan malu yang semakin memuncak kala dia harus berdiri di hadapan ratusan mahasiswa. “Halo Alvina mungkin bisa memperkenalkan diri dulu” ucap Dean yang terdengar menyebalkan bagi Vina. “hehehe ini mau ngapain ya kak” "HAHAHAHAHAHAHA" tawa membahana semua orang menertawakan tingkah gugup yang jelas terlihat dari Vina. Orang yang ditertawakan masih berbisik-bisik memohon negosiasi ke Dean untuk dibiarkan turun cepat dari atas panggung ini. Namun akhirnya Vina kalah dan mulai bersuara memperkenalkan diri “Halo semua,,, aku Alvina Putri,, dari gugus 7 jurusan geografi” “Waaah anak geografi” “Cantiik” “Oh ini yang kemarin dibelain dean” “Aku kira pacarnya” “Jangan-jangan ditaksir dean cie cieee” arrrrrghhh Vina malu teramat sangat, ingin rasanya mengganti wajah setelah ini. “Kak aku turun yaaa” cicit Vina yang tidak dihiraukan Dean. “Saya harap kalian semua mahasiswa baru juga kita semua yang ada di sini bisa mencontoh Alvina yang mau membantu orang lain yang membutuhkan bantuan” Tepuk tangan kembali bergemuruh yang membuat Vina tersenyum canggung menutupi rasa malunya di hadapan banyak orang. “..untuk itu saya ingin memberikan sesuatu untuk Alvina.” “Cieeeee Dean” “Wow ketua komdis jadi manis ni gara-gara maba” Dean segera memotong sahut-sahutan teman panitianya “..sebagai apresiasi,,, yaaa tidak sebanding sih tapi rasanya kurang kalau belum diberi sesuatu sebagai pengingat bahwa ada akhir yang manis untuk segala niat yang baik” kata Dean diiringi senyum gusinya. “Jiaaaakh komdis galak bisa puitis juga" “Waah galak-galak aslinya filosofis eyyy” Dean hanya menimpali dengan senyuman lebar celetukan teman-temannya berbanding terbalik dengan raut wajah Vina yang sudah ingin menangis rasanya. Dua batang cokelat diberikan ke Vina ala-ala seremonial dengan dokumentasi pula. Sorak-sorakkan menggoda semakin terdengar kala Dean menanggapi arahan temannya untuk memposisikan diri lebih dekat ke arah Vina saat foto bersama. Hari yang buruk bagi Vina. “Alvinaaaaaaa” suara nyaring menghentikan langkah Vina yang hendak ke luar auditorium. “AAAAAaa akhirnya aku ketemu kamu lagi, makasih yaa kemarin udah bantuin aku” ooo dia si gadis sesak napas itu batin Vina. “Eh iya haloo, kamu ga sesak nafas lagi kan?” “Hahahaha engga dong, kita belum kenalan ni. Aku Naima dari jurusan ekonomi.kamu panggilannya Alvina?” aahh gadis berjilbab ini banyak bicara juga nampaknya” “Panggil Vina aja” “Okee salam kenal pokoknya, btw aku masuk klub kesehatan lho hahahaha gara-gara kamu keren bgt nolongin aku. Aku jadi pengen bisa, semoga aja asma ku ga jadi penghalang” “Hei sama dong Ma aku juga daftar di situ” Vina antusias. “Nahkan aku udah ngira kamu juga bakal masuk sana, sengaja juga sih biar ketemu kamu lagi hahaha taunya tadi kamu dipanggil ke depan” “Kamu tahu ga Ma seberapa malunya aku tadii” "PPffft ahhahahahaahaa" tawa Vina dan Naima bersamaan. Belum lama berinteraksi Vina sudah merasa akrab dengan Naima apalagi pembawaannya yang ceria. Hingga akhirnya mereka harus berpisah karena Naima sudah ditunggu jemputannya. Tak lupa mereka saling bertukar nomor ponsel untuk menyambung komunikasi. Sebelum berpisah Vina memberikan cokelat yang dia dapat tadi, karena itu merupakan cokelat dengan kandungan kacang. Salah satu makanan yang Vina hindari karena alerginya. “Ga sopan banget pemberian orang dikasihin ke orang lain. Mana aku lihat sendiri lagi” kehadiran Dean menggantikan Naima yang telah berlari menjauh. Oh astagaaa apalagi ini. “Eh kak maaf kak ga maksud buat ga sopan tapi aku alergi kacang” Vina segera mengerti maksud sindiran Dean. “Ooo alergi, oke bentar” setelah itu Dean berlari menjauh. Dibuat binggung akhirnya Vina memutuskan untuk segera berjalan pulang saja. hari ini cukup melelahkn hingga ia tak sabar untuk merebahkan diri di kamar kosannya. SRETT!!! “AAAAA” Satu tarikan cepat pada ransel yang dia gunakan membuat Vina limbung hampir terjatuh, beruntung si pelaku menahan tubuh Vina dengan menstabilkan tasnya kembali. Haruskan Vina marah atau justru berterima kasih atas hal itu./ “Kak Deaaaan” Vina bersungut. “Dibilangin suruh tunggu malah main pergi aja” “Cieeee Dean ihiii beneran lagi pdkt nii” “Iyaa nih sob jangan ganggu sana” “widiiih gerak cepat bgt ahhahaahaha” cih Vina mencibir saat melihat interaksi Dean dan temannya yang lewat. “Ada apa sih kak? aku kira tadi cuma bercanda nyuruh aku nunggu” “Ga sopan banget” lagi-lagi Dean berbicara dengan intonasi dibuat-buat kemudian melanjutkan “Nih buat gantiin yang tadi” Dua benda pipih keemasan plastik mengundang keterkejutan Vina “Risol???” "Apa?? Kamu juga alergi risol?” “Eh ga gitu kak, tapi ini ngapain kasih aku risol” “Kamu alergi coklat kacang makanya aku kasih risol buat ganti apresiasi yang udah kamu lakuin” “Okee makasih kak, tapi bantuin sesama ga harus pake apresiasi gak papa kok kak aku ikhlas lakuinnya. Apalagi sampai di depan ratusan orang kayak tadi. Jujur aku malu banget tadi. Tapi aku tahu kok niat kakak juga baik. Udah ya kak aku balik. duluan” ucap Vina panjang lebar kemudian segera berbalik berjalan pergi meninggalkan Dean. Tempat tidur I'm comiiiing Vina bersemangat pulang ke kosannya. Di lain sisi Dean tengah termangu setelah mendengarkan ceramah Vina. *** "kamu alergi kacang jadi cukup makan coklatnya dan buang kacangnya" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD