Bab 8. Memasak Untuk Jack.

1020 Words
Tak lama kemudian, Ivy mengeluarkan beberapa macam sayuran dan juga dua potong daging sirloin berukuran jumbo. Sambil mempersiapkan semua bahan-bahan tersebut, secara diam-diam sesekali ia akan mencuri pandang ke arah Jack. Memperhatikan pria itu yang tengah membaca sebuah majalah. 'Sejak kapan seorang pemilik peternakan tertarik pada bisnis saham?' pikirnya, kala netranya memindai nama majalah yang sedang Jack baca. Secara keseluruhan, walau dilihat dari sudut mana pun— Ia benar-benar tidak bisa menganggap Jack sebagai pemilik peternakan yang normal. Contohnya, Jack bangun terlalu pagi untuk pria yang tinggal di pinggiran kota. Dan pakaian Jack, walau untuk bawahannya Jack hari ini mengenakan celana jeans— Tapi Ivy ingat beberapa merek dari kemeja yang Jack miliki. Itu karena kemarin ia sempat ingin menggunakan salah satu dari kemeja tersebut. Namun setelah melihat mereknya, Ivy langsung mengurungkan niatnya itu. Lagipula, mana berani ia menggunakan kemeja yang bahkan harganya jauh lebih mahal dari kemeja milik Bastian. Dan Ivy tentu saja mengerti apa perbedaan baju merek palsu dan juga merek asli. Karena Bastian yang suka membanggakan dirinya itu kerap membawa Ivy ke butik-butik tempat mantan suaminya itu membeli pakaiannya. Dan dikarenakan pakaian miliknya berasal dari barang-barang ternama, Bastian bahkan selalu melarang Ivy untuk menyentuh pakaiannya. Semua yang ingin mantan suaminya itu kenakan, biasanya akan selalu dipersiapkan oleh Samantha. Bukan hanya pakaian, terkadang Ivy juga dilarang untuk memasak. Dengan alasan, Bastian tidak ingin dapurnya menjadi kotor gara-gara ulah Ivy. Namun di belakang Bastian, jika suaminya itu tidak pulang, Ivy akan mempergunakan dapur rumahnya bersama Samantha. Dari sinilah ia mengerti tentang bahan makanan yang berasal dari pasar tradisional atau dari supermarket pilihan. "Hmmm, baunya cukup wangi." Wajah Ivy sontak merona mendengar pujian itu, karena selama ia hidup bersama Bastian— Mantan suaminya itu tidak pernah memujinya sama sekali. "Apa yang kau masak?" Terkejut dengan kehadiran Jack yang tiba-tiba telah berada di sampingnya, Ivy hampir terkena cipratan air panas kala ia memasukkan beberapa sayuran secara serentak ke dalam sebuah panci. Semua itu karena Jack tiba-tiba menegurnya, membuat konsentrasinya sempat teralihkan untuk sesaat. "Aku... Ingin membuat gumbo, kau tahu makanan ini?" "Gumbo? Good, aku suka gumbo. Kamu bisa memadukannya dengan daging barbekyu," tukas Jack. Tanpa menyadari bahwa ucapannya itu membuat Ivy sontak mengernyit heran. Kota N sangat terkenal dengan hidangan barbekyunya. Namun hanya sedikit orang yang menyadari bahwa gumbo adalah makanan yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah dan menengah ke atas. Lalu Jack, bukankah suaminya ini hanyalah seorang pemilik peternakan yang bertempat tinggal di pinggiran Kota N? Di mana mayoritas penduduknya kemungkinan hanya akan menjadikan pizza, kentang goreng, dan juga burger sebagai makanan favorit mereka? "Kau pernah memakannya?" celetuk Ivy sambil mengaduk isi panci, memasukkan beberapa bumbu tambahan lagi untuk menambahkan rasa pada masakannya. Sambil menunggu gumbo, ia juga menyiapkan daging sirloin. Membersihkannya, lalu mengoles kedua sisinya dengan bahan racikan yang telah ia persiapkan sebelumnya. Kemudian menempatkan kedua potongan daging tersebut ke dalam panggangan yang telah ia olesi dengan margarin. Tak lupa, di atas daging itu ia menambahkan beberapa macam sayuran segar juga menaburkan daun peterseli. "Aku pernah memakan gumbo beberapa kali." Jack diam setelahnya, baru menyadari bahwa ia telah salah berbicara. "Well, maksudku di sebuah pesta." Ralatnya cepat. Lalu memalingkan wajahnya, menghindar dari tatapan Ivy yang tengah tertuju padanya. "Kau pasti menghadiri pesta di Kota 'kan? Apa aku benar?" tanya Ivy. "Ya, begitulah." Sahut Jack dengan wajah merona, hampir menepuk mulutnya sendiri yang telah terlalu banyak berbicara. Menyebarkan terlalu banyak informasi tentang dirinya pada wanita yang baru saja ia nikahi kemarin. "Aku juga suka gumbo," celetuk Ivy. "Setidaknya dulu, ketika Ibuku masih hidup dan sangat sehat." Lanjutnya lagi. Ia lalu tersenyum setelahnya. Sama sekali tidak menyadari kalau ucapannya itu sukses mengejutkan Jack. Diam-diam pria tampan itu melirik sang istri yang sedang mencoba rasa masakan yang telah dibuatnya. Sedikit bingung tentang bagaimana seorang wanita biasa bisa memakan gumbo di masa kecilnya. Dua hari yang lalu, ketika Jack menemukan Sally telah tewas tertabrak taksi di saat akan menyebrang jalan menuju ke restoran tempat ia akan bertemu dengan tunangannya itu. Sebenarnya Jack sudah menyelidiki setiap orang yang terlibat dengan kematian Sally. Termasuk Ivy. Dan di dalam berkas tentang wanita ini yang pernah Allan berikan padanya, ia tahu kalau sejak kematian Ibunya— Ivy telah ditinggalkan di sebuah panti asuhan. Itu artinya, sejak kecil Ivy sudah tidak memiliki keluarga lain selain Ibunya dan juga Ayahnya yang telah menikah lagi dengan seorang wanita dan memutuskan untuk tinggal di Kota S. Namun, yang membuatnya bingung adalah, latar belakang apa yang dimiliki oleh Ibu Ivy hingga istrinya ini bisa menikmati gumbo di saat Ibunya itu masih hidup? Karena jika hanya menilai dari pekerjaan Ayah Ivy yang hanya membuka sebuah percetakan di Kota S, seharusnya makanan mewah tersebut tidak mungkin bisa dinikmati oleh keluarga kecil ini. 'Hmmm... Apakah masih ada informasi tentang wanita ini yang terlewatkan oleh Allan?' bisiknya dalam hati, sambil mengamati Ivy yang kini tengah berusaha membalik daging yang sedang dipanggangnya. "Sshh!!" Jack mengerutkan keningnya ketika ia mendengar desisan itu. Ia bahkan langsung melirik ke wajah Ivy. Saat ini wajah cantik itu tampak berdekik menahan sakit, dan kala ia menurunkan pandangannya pada tangan Ivy. Ia melihat jika jari telunjuk istrinya itu tampak melepuh. Menyaksikan hal itu, Jack segera menarik tangan Ivy dan membawa Ivy menuju keran cuci piring. Mengacuhkan tatapan bingung Ivy yang sedang tertuju padanya. "Bodoh, apa yang kau lakukan?" omelnya, sambil menyalakan air keran. Lalu membasahi jari Ivy yang melepuh dengan air tersebut. "J-Jack, i-itu hanya luka kecil." Cicit Ivy takut-takut, takut jika Jack akan menghukumnya seperti yang pernah Bastian lakukan padanya. "Luka kecil, katamu. Tahukah kau kalau luka kecil ini akan terasa sangat menyakitkan nantinya jika kau tidak segera mengobatinya, Ivy Miller!!" hardik Jack. Ivy menelan ludah dengan susah payah, 'Apa dia akan menghukumku sekarang?' ia reflek menutup matanya, menggigit bibirnya dengan keras. Menunggu hukuman yang akan Jack berikan padanya. Namun... "Apa yang kau lakukan? Sekarang, siapkan sarapan pagiku!" titah Jack arogan, melepaskan tangan Ivy, lalu kembali ke kursi yang telah ia duduki sebelumnya. Sementara Ivy, ia sontak membuka matanya. Melemparkan pandangannya pada Jack dengan wajah tak percaya, tak percaya jika pria itu tidak melakukan apapun padanya. Apakah... Tebakannya terhadap Jack selama ini telah salah? Mungkinkah pria ini tidak seperti Bastian? Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD