SATU
Julie tengah bersiap-siap di depan cermin, memastikan penampilan untuk yang ke sekian kalinya. Ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai seorang guru Sejarah di SMA Cendikiawan III yang tidak lain adalah SMA tempatnya dulu bersekolah. Setelah lulus sekolah, Julie melanjutkan pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Sejarah. Lulus di usia dua puluh dua tahun dan sempat mengajar di SMA Negeri di Kota Bandung sebagai guru honorer, Julie akhirnya memutuskan untuk berhenti dan melamar pekerjaan di SMA Cendikiawan III. Sekolah itu tidak terletak di pusat Bandung melainkan di pedalaman Bandung Barat, lebih tepatnya di Kecamatan Cipatat. Julie lahir di Jakarta dari seorang ayah yang bekerja sebagai Polisi dan ibu yang bekerja sebagai guru sekolah dasar. Dia tumbuh dan besar di Jakarta hingga usia empat belas tahun, atau tepatnya sebelum peristiwa naas itu terjadi. Pada tahun 2009, ketika dia duduk di bangku kelas tiga SMP, Julie dan kedua orangtuanya mengalami kecelakaan dahsyat yang tidak pernah terbayangkan olehnya. Saat itu mereka hendak menghadiri acara pernikahan sahabat ayahnya, namun naas, mobil yang dikendarai oleh Wirawan—ayah Julie—menabrak sebuah truk pengangkut tanah di jalan tol. Saat itu kondisi jalan tol sangat sepi dan licin karena hujan deras yang tak kunjung berhenti sejak pagi hari. Hari itu perasaan Julie sudah tidak enak, beberapa jam sebelum keberangkatan, dia meminta orangtuanya untuk tidak pergi. Tapi ayah Julie tetap ingin pergi karena itu adalah acara pernikahan sahabatnya, Om Rudy. Bisa dikatakan Om Rudy telat menikah karena baru menemukan jodohnya di usia empat puluh tahun. Wirawan dan Rudy bersahabat sejak SMA, mereka juga sama-sama menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian dan dinas bersama di Polda Metro Jaya.
Mereka akhirnya berangkat sore hari diiringi dengan hujan deras dan angin yang cukup kencang. Begitu memasuki jalan tol, posisi mobil Wirawan berada di belakang truk tanah yang kelebihan muatan. Sepertinya sang sopir memaksakan muatan sehingga melebihi kapasitas yang dianjurkan. Di tengah perjalanan, Wirawan sedikit terganggu dengan tumpahan tanah yang jatuh di kaca mobil bagian depan. Selain karena kelebihan muatan, sang supir juga tidak mengendarai truknya dengan baik, dia melaju ke kanan dan ke kiri berbentuk zigzag sehingga menganggu pengendara lain. Apesnya, saat supir truk hilang kendali karena harus menghindari jalanan berlubang, mobil Wirawan tepat berada di sebelahnya. Truk itu kemudian menimpa mobil kecil yang ditumpangi oleh keluarga Wirawan hingga menimbulkan kecelakaan beruntun yang melibatkan tiga mobil pribadi lainnya. Kecelakaan itu mengakibatkan tiga orang tewas dan enam orang lainnya luka-luka. Dari tiga orang yang tewas, dua di antaranya adalah orangtua Julie. Ajaibnya, secara fisik Julie tidak mendapat luka yang begitu parah, tangan dan kakinya hanya robek sedikit dan dapat diatasi dengan beberapa jahitan. Banyak orang berkata bahwa Julie mendapat Mukjizat karena satu-satunya korban yang tidak terluka parah. Julie pun berpikir demikian, sebab sejak kecelakaan itu dia memiliki kemampuan yang tak biasa. Kemampuan yang tidak bisa dicerna oleh akal sehat manusia, itulah mengapa ia tidak pernah memberitahu siapapun tentang kemampuannya itu. Setelah diselidiki oleh pihak kepolisian, diketahui bahwa supir truk berkendara dalam keadaan mabuk. Dan karena kelalaian manusia yang tidak bertanggungjawab, seorang gadis remaja harus kehilangan kedua orangtuanya. Sebagai anak tunggal, Julie terpaksa harus dirawat oleh neneknya yang tinggal di pedalaman Bandung Barat. Julie tidak punya pilihan lain, dia belum cukup dewasa untuk merawat dirinya sendiri kala itu. Begitu menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertamanya di Jakarta, Julie pindah ke Bandung Barat dan melanjutkan pendidikan di SMA Cendikiawan III. Dapat dikatakan, sekolah itu merupakan SMA swasta terbaik yang ada di Kecamatan Cipatat. Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Nenek Julie. Nenek Julie atau yang biasa dipanggil Nek Lastri adalah Ibu dari Wirawan. Nek Lastri merupakan salah satu orang terpandang di Cipatat. Selain karena istri dari seorang Panglima TNI Angkatan Darat, Nek Lastri terlibat di berbagai gerakan sosial. Dia telah mendirikan sebuah rumah singgah yang menampung puluhan anak-anak kaum marginal yang ada di daerah Cipatat dan sekitarnya. Selain pendiri, Nek Lastri juga berperan aktif sebagai pengurus rumah singgah yang bernama “Rumah Harapan.” Waktu kecil Julie sering datang ke Rumah Harapan saat keluarganya berkunjung ke Cipatat. Nek Lastri bilang Julie harus rajin-rajin berkunjung ke sana agar bisa belajar bersyukur. Ada banyak anak di luar sana yang tidak seberuntung dirinya. Ketika Julie bertanya pada Nek Lastri mengapa dia memberi nama rumah singgah itu sebagai “Rumah Harapan”, Nek Lastri menjawab secara sederhana, “Nenek mau semua anak yang datang ke Rumah Harapan memiliki harapan baru. Selama ini harapan mereka mungkin telah hilang, atau bisa saja mereka tak pernah memiliki harapan apapun karena kondisi yang ada.” Jawab Nek Lastri seraya membelai rambut Julie, ketika itu usia Julie masih sembilan tahun.
“Kok bisa mereka tidak punya harapan?” tanya Julie polos, sejujurnya dia lebih tertarik dengan boneka beruang yang diberikan oleh Nek Lastri sebagai hadiah ulang tahun, boneka yang sedang dipeluknya erat-erat. Takut diambil orang, padahal tidak akan ada yang mengambilnya.
“Karena mereka tidak memiliki orangtua. Bagi anak-anak, ayah dan ibu adalah orang yang bisa mewujudkan harapan mereka. Tapi sayangnya, mereka tidak memiliki orangtua. Ada yang ditinggalkan karena maut, ditelantarkan, atau bahkan tidak pernah sekalipun melihat orangtua mereka karena dibuang sejak hari pertama lahir ke dunia.”
Julie meringis ketakutan mendengar perkataan neneknya, seolah Nek Lastri baru saja mendongengkan cerita seram padanya. Julie sendiri tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya jika tidak memiliki orangtua. Dia tidak akan pernah bisa hidup tanpa ayah ibunya. Dan ketika itu Julie tidak tahu kalau beberapa tahun kemudian dia akan menjadi satu di antara anak-anak itu. Hanya saja Julie masih beruntung karena memiliki seorang nenek seperti Nek Lastri.