"An ... " Panggil Keanan cowok good looking baik hati dan paling pintar dikelasku, dan rasanya cuma dia yang memanggilku dengan sebutan 'An'
"Kenapa?"
"Gue bawain minum nih." Ucapnya sambil menyodorkan teh kotak.
"Aku udah minum Kean .. kamu dari kantin?"
"Iya .. yaudah gue tarok sini ya ..buat nanti."
"Oke. makasih"
Sebenarnya dulu awal semester ganjil ini aku biasa - biasa aja diberi perhatian oleh keanan. Sebagai sesama anak baru, kami semua saling menyesuaikan diri, kecuali aku,Erin dan Ary, kalau Dudi kami beda kelas. Keanan sering membantu kalo aku terkadang agak bingung apa yang dijelaskan guru, maklumlah aku dan Erin,Ary dan Dudi berasal dari sekolah Internasional yang berbeda kurikulum dengan sma negri ini. Tapi lama - lama dia kok seperti memberi perhatian yang agak lebih seperti tadi dan itu membuatku agak gimana ya bilangnya ...kurang berkenan gitu deh. Kalau menurutku jadi nggak asyik lagi. Yang aku hindari adalah ...jangan sampai dia nembak aku, bukan ge er ya... tapi bisa jadi ada peningkatan dari perhatian lalu pengen jadian. Nggak... aku nggak mau pacaran sama Keanan, aku nggak ada rasa suka. Eh tunggu dulu ...apakah perasaanku pada keanan ini sama dengan perasaan mas Dana kepadaku? Aku berharap tidak sama.
'Dug' Punggungku terkena lemparan bola, walau pelan tapi membuatku kaget.
"Baru dikasih teh kotak aja udah dibawa melamun ... murah banget lo!" Ejek Erin.
Walau masih kaget dengan lemparan bola tadi, tapi aku masih bisa memberikan senyuman manis ke sahabatku yang berstatus sepupu dari kesayanganku itu.
"Tenang bestie ipar ...teh kotak dingin di hari yang terik ini nggak bakal bikin aku berpaling dari sepupumu itu."
"Emang apa yang bisa bikin lo berpaling Na?" tanya Ary ikut menimpali.
"Sejauh ini dan akan selamanya nggak ada yang bisa bikin aku berpaling dari mas Dana, duh cinta banget aku tuuh."
"Sakit lo!" Ucap Erin cukup pedas ..tapi emang benar kayaknya walau dia udah ngatain aku 'sakit" 2 kali hari ini.
'Priiitt' suara pluit pak Imron membubarkan percakapan kecil kami.
"Sini kumpul dulu semua."
Kami pun berkumpul di tempat pak Imron berdiri.
"Kita bikin grup dibagi tiga - tiga ya, boleh campur cewek sama cowok ... kita sparring, kalian pilih sendiri grupnya." Perintah pak Imron.
"An .. kita satu grup ya." Ajak Keanan.
"Aku segroup sama Erina dan Ary." Jawabku.
"Nggak kok Kean .. lo kalo mau segroup sama Ana, gue ngalah." Jawab Erina yang langsung aku berikan tatapan tajam.
"Ana , Kevin sama Keanan satu grup ya, yang lain bebas." Teriak pak Imron. Ugh apes! ...pak Imron mengelompokkanku dengan sesama anggota tim basket sekolah, dan Keanan ada didalamnya.
"Yaaah pak ...kalah dong kami sama mereka bertiga." Protes Arum.
"Makanya harus berusaha mengalahkan mereka dong, jangan mengeluh."
"Aku kesana dulu." Aku pamit ke Ary dan Erin dan mereka menjulurkan lidah padaku plus tatapan mengejek, sial!
Selama pertandingan yang tidak seimbang , tentu saja timku yang memenangkan sparring dengan nilai yang memuaskan.
"Kalian selasa, kamis, jumat sore minggu depan sudah latihan gabung ya sama kelas sebelas dan dua belas. Nanti saya info di grup latihan."
"Ya pak." Jawab kami bertiga. Yesss ini yang aku nantikan, latihan bareng mas Dana. Biar nggak disapa siapa tahu nanti banyak kesempatanku bersamanya, paling tidak satu semester ini.
"Pada mau temenin aku latihan nggak nih minggu depan? Aku traktir Yoshinoya deh." Bujukku kepada dua orang dihadapanku ini.
"Asal tambah kopi KSK gue mau." Jawab Ary yang memang mempunyai tubuh Extra Large ini.
"Amaaan ... ntar gue traktir setiap latihan."
"Deal!" Teriak Ary, sedangkan Erin hanya diam saja.
"Ikut dong Rin ...jangan diem aja." Bujukku sambil kami berjalan meninggalkan lapangan karena PJOK sudah selesai.
"Gue bukan nggak suka lo traktir, tapi gue takut jadi saksi lagi kekejaman kakak sepupu gue itu. Bisa nggak ketelen tuh Yoshinoya."
"Di jamin, aku nggak akan bikin kakak sepupu kamu marah lagi ... kan dia nggak suka kalo aku bermanis - manis didepan orang. Kalo latihan ini bener - bener cuma untuk menikmati wajahnya itu lho Rin ... nanti bantuin candid dia ya ... videoin sekalian pas latihan."
"Itu bisa gue yang videoin, pake hape lo ya ..lebih tajam gambarnya." Ary yang menyahut.
"Sippp ..yuk cus ganti baju dulu." Ajakku .
*
Aku pulang dijemput mas Misno supir mama.
"Langsung pulang Neng?"
"Iya ... mama dirumah nggak?"
"Ada, ibu nggak kemana - mana hari ini."
"Ooh."
Aku memainkan hape melihat pesan - pesan yang masuk, salah satunya dari tante Karin yang memintaku Fitting baju Sabtu besok untuk pemotretan koleksi terbarunya. Aku sudah membalas dengan jawaban 'ok' .
Aku bersandar sambil memejamkan mata, berusaha mengingat apa yang sudah aku lalui hari ini. Tidak ada yang lain selain Dana ...Dana...dan Dana. Benar - benar otakku ini sudah teracuni dengan mas Dana. Huuft ...berat banget jatuh cinta ...sepertinya aku perlu konsultasi dengan kak Priska.
"Neng ... sudah sampe." Aku mendengar suara memanggilku.
Aku baru sadar ternyata aku sudah sampai rumah, rupanya aku tertidur sebentar, padahal jarak dari sekolah ke rumah tidak sampai 15 menit.
"Assalamaualaikum." Aku masuk dari arah garasi untuk masuk rumah, ini adalah pintu favorit untuk masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam." jawab mbak Tina.
"Mama mana mbak?"
"Ada di kamar, tadi lagi telponan."
Aku langsung masuk ke kamar untuk mandi dan berganti baju, karena badan rasanya tidak enak abis olahraga tadi. Biasanya pulang sekolah begini aku sudah tidak makan siang lagi di rumah karena tadi di sekolah sudah jajan saat jam istirahat kedua.
"Ana ..." Panggilan mama terdengar diluar kamar. Aku langsung keluar dengan handuk masih bertengger dikepala.
"Ya ma ..."
"O udah mandi ... mama mau ke rumah eyang ambil oleh - oleh dari Eropa nih, ikut yuk tadi eyang bilang kangen sama Ana."
"Sekarang banget?"
"Iya, sama kak Priska juga."
"Aku dapet oleh -oleh juga nggak?"
"Pasti dapet, eyang aja nyuruh Ana ikut kok. Buruan keringin rambutnya dulu."
"Ya sebentar." Aku langsung masuk lagi ke kamar untuk berganti baju dan mengeringkan rambut express.
Waktu aku keluar kamar, sudah ada kak Priska bersama 2 orang pasukannya ...Wika dan Owka.
"Auntie ada?" Tanya Wika ketika melihatku dan langsung menghampiriku.
"Ada doong. Peluk doong." Aku melebarkan tanganku agar dia masuk kedalam pelukanku. Wika anak pertama aa' ku yang kini sudah punya adik yang sudah hampir 9 bulan usianya.
Kami berangkat ke rumah eyang yang hanya beberapa menit saja dari rumah papaku ini.
"Aa' terbang ya?" Tanyaku.
"Iya, tapi nanti malam pulang." Jawab kak Priska.
" Owh ...o ya ma, mulai minggu depan aku latihan basket tiga kali seminggu di sekolah, jadi pulangnya sore banget."
"Jam berapa?"
"Ya pulang sekolah, pulang kan jam dua, latihannya mulai jam tiga sampe jam lima."
"Kasih tahu mas Misno dulu dari pagi, biar dia nggak telat jemput."
"Iya." Jawabku ... lalu kami berjalan dibelakang mama menuju mobil.
"Masuk tim inti Na?" Tanya kak Priska.
Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Bareng dong?" Tanya kak Priska tapi aku langsung meletakkan jari telunjukku dibibir, aku takut mama mendengar.
Kak Priska langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
"Nanti aku ceritain." Bisikku ke kak Priska.
Kak Priska mengacungkan jempolnya.
Sesampainya di rumah eyang ... seperti biasa yangkung dan yangti memperlakukan aku seperti anak TK yang berbadan bongsor, mulai peluk, cium dan ditanya - tanya mau apa, mau kemana liburan dan mau diajak ke Disneyland. eyangku benar - benar lupa cucunya sudah besar dan sudah naksir cowok.
"Ini oleh -oleh buat Ana." Yangti menarik sebuah koper kecil. Definisi oleh -oleh sekoper ya seperti ini. Aku tidak tahu isinya apa saja, semoga bukan barbie dan perlengkapannya, karena koleksi ku sudah selemari penuh dan sudah tidak berniat lagi memainkannya, aku berharap kakak - kakakku punya anak perempuan untuk aku hibahkan semua koleksiku, tapi ternyata mereka berdua tidak pandai membuat anak perempuan. Huuh...
"Apaan aja itu bu, sampe sekoper gitu?"Tanya mama menatap heran kearah koper yang di tarik Yangti.
"Ada baju, sepatu, tas, topi, asesoris ... apalagi ya ..nggak inget juga Ibu beli apa aja."
"Makasih yangti...yangkung." Aku memeluk mereka bergantian.Aku bersyukur tidak ada Barbie seperti dalam pikiranku tadi.
Tidak berapa lama papa menyusul langsung dari Rumah Sakit ke rumah eyang. Papaku lelaki metroseksual yang selalu berpenampilan trendy memang menjadi acuan kakak - kakakku dalam berpenampilan, tidak heran juga kalo aku menyukai laki - laki seperti itu ...seperti mas Dana.