Tatapan itu ...

1501 Words
Makan malam hari ini seperti biasa tanpa aa' yang sedang terbang. Setelah menidurkan Owka, kak Priska bergabung di meja makan bersama kami. Wika yang sudah ikut makan dari tadi tampak duduk disebelah papa sambil menikmati puding Oreo yang mama buat. Tampak papa sesekali menyeka bibir mungil Wika yang terkena vla s**u. Fix ini cucu tertua menggeser kedudukan anak terkecil hehe ... untung saja aku sangat sayang sama Wika, kalo nggak... pasti sudah aku kerjain anak kecil ini. "Pa...aku Sabtu nanti mau pergi sama temen- temen ke Sentul lihat Dudi Drifting boleh nggak?" "Nggak." Jawab papa singkat. Aku yakin papa nggak pake mikir nih, masak jawabnya cuma selisih 1 detik diujung kalimatku tadi. "Kenapa pa?" "Sentul itu luar kota, mana boleh pergi sama teman - teman aja. Dudi pasti belum punya sim." "Dudi pake supir pa." "Nggak ah ... nggak boleh." "Paaa..." Aku agak merengek. "Auntie mau nangis lagi ya...?" Wika bertanya dengan muka polosnya. "Emang kapan auntienya nangis bang?" Tanya papa ke Wika. "Kemaren di kamar auntie." "Jangan ngarang, kan mata auntie kena debu." "Siapa bikin kamu nangis?" "Nggak ada... orang mataku kemasukan debu dibilang nangis." "Sejak kapan di rumah ini ada debu?" "Sejak kemaren kali." "Kapan terakhir kamar Ana dibersihkan ac-nya yaang?" "Dua bulan yang lalu." "Belum lama dong." "Apa sih sampe service ac segala pa? Ini aku minta izin ke Sentul belum beres lho." "Nggak boleh." "Please pa ... aku pengen." "Nggak." "Papa gituuu." Nadaku agak merajuk. "Kalo mau papa yang antar." "Ya elaaah pa... mana ada bapak- bapak yang ikut." "Ya kalo gitu nggak boleh." Aku langsung terdiam, soalnya aku tidak menyangka akan sulit begini mendapat izin dari papa, lagipula memang ini kali pertama aku meminta izin untuk keluar agak jauh, tapi kan cuma 1 jam perjalanan. Aiis papa nih. Walau hari Sabtu masih beberapa hari lagi, tapi cukup jadi pikiran juga kalau sampai izin benar - benar tidak keluar. Setelah makan malam, aku langsung masuk kamar. Berkeluh kesah dengan sahabat di grup WA akan menjadi hiburan yang menyenangkan. Me Guys...hari Sabtu terancam batal nih. Dudi Whats'up? Me Bokap nggak izinin Dudi Soo..? Me Idk Erin Wah kenapa Na, tumben om Aris. Me Alasannya keluar kota, masak doi yang mau anter .. Erin Om Aris udah mencium bau - bau ada yang bucin kayaknya Na. Me Ish apa sih Rin. Bantu mikir dong. Dudi Bilang diantar supir gue Na Me Udah Dud ... Ary Wah om Aris ... Me Apalagi satu ini ...om Aris ..om Aris. Ary Om favorit gue. Nggak apa- apa kali kalo dianter om Aris Na. Me Mana bisa cuci mata Ry, lagian apa enaknya sih hangout diikutin? Dudi Atau dianter supir lo aja Na ... siapa tahu malah diizinin. Me Gitu ya .... coba deh nanti aku ngomong sama mama dulu. Erina Nah bener Na ... coba ke tante Rani dulu, bukannya lo bilang semua urusan om Aris beres sama tante Rani? Me Iya sih, aku salah langkah. Nanti mau rayu mama dulu deh. Dudi Masih 3 hari Na ... sants aja Me Oke-oke ... nanti aku coba lagi. Ary Cemunguuudh Ana ... Me Thank you guys ... see you tomorrow. Aku mulai membuka galery foto dimana tersimpan foto - foto mas Dana baik yang aku candid ataupun foto yang diberikan Erin. Huhh ... hari ini aku hanya melihatnya dari belakang, tidak sempat melihat wajah dinginnya yang selalu aku rindu. Walaupun tadi pagi tetap aku tidak bisa menahan untuk memanggilnya, tapi sepanjang hari ini aku berhasil mengikuti saran kak Priska untuk tidak menghampirinya di kelas XII. * Ternyata mamaku memang sesakti itu ... lain waktu kalo mau mengajukan permohonan izin yang sulit, sudah dipastikan aku akan sampaikan ke mama dulu karena papa akan menyetujui juga. Walau akhirnya diantar mas Misno, yang penting aku bisa pergi. "Mana om Aris?" Bisik Ary yang baru saja masuk ke kamarku. "Ada di kamar kayaknya." "Aa' tampan juga di rumah nggak?" "Ada .. nanti makan siang baru keluar semua," jawabku. Terdengar ketukan pintu dari luar kamarku. "Masuk." Sahutku. Ternyata Erin datang diantar mbak Tina ke kamarku. "Dianter Rin?" "Iya, sama mas Iyan." Jawab Erin menyebutkan nama kakaknya. "Ini kita tetap bareng Dudi apa gimana?" Tanya Ary. "Dudi tetap kesini, nanti dia ikut bareng kita biar seru ngobrolnya bareng ... kan lumayan ada yang bisa tatap - tatapan di jalan, mobilnya dibawa supirnya duluan sampe Sentul." Erin memukul tanganku. "Berasa gue doang yang bakal tatap - tatapan, emang lo ngapain sampe ke Sentul segala kalo nggak tatap - tatapan?" Aku tertawa. "Eh tapi tadi gue nanya sama mas Iyan, ternyata dia udah tahu kalo mas Dana memang hobby ngedrift, berarti gue doang yang nggak paham hobby mas Dana." "Lo nggak tanya sekalian Rin, siapa tahu mas Iyan tahu pacar mas Dana." "Gue tanya juga, tapi malah mas Iyan nanya balik ... 'emang Dana bisa dideketin cewek?', gitu katanya." "Maksudnya apa tuh?" Aku penasaran. "Ya maksudnya pasti nggak punya pacar." "No, bukan itu maksudku ... 'emang Dana bisa dideketin cewek?' Coba deh kamu simak pertanyaan mas Iyan. Maksudnya kan mas Dana nggak bisa dideketin cewek ... nah itu karena apa? Nggak suka cewek kah atau belum mau dideketin cewek?" "Pertanyaan yang bagus." Sahut Ary. "Feeling gue sih karena belum mau dideketin cewek kali ya." "Ya semoga aja bukan penyuka sesama jenis deh, paling nggak perjuangan aku selama ini nggak akan sia - sia." Terdengar ketukan lagi dari luar pintu kamarku. "Ya ... masuk aja." Ternyata mama dan Wika yang mendatangi kamarku. "Auntie chayangaaan ..." Teriak Wika menghampiriku. Kedua temanku menghampiri dan menyalami mama. "Wah pada cantik - cantik amat ini anak gadis." "Mama mau kemana?" Tanyaku melihat mama berdandan rapi. "Nggak kemana - mana." "Kok udah rapi aja?" "Emang kalo di rumah nggak boleh rapi?" "Boleh - boleh aja sih." "Jam berapa dari rumah?" "Nunggu Dudi datang jam 12 katanya," Jawabku. "Makan dulu ya sebelum pergi." "Iya." "Rencana sampai jam berapa nanti?" "Nggak tahu Dudi ngedrift sampai jam berapa, nanti aku tanyain Dudi ." "O ya udah ... yuk bang, kita ke kamar yangpa." Ajak mama ke Wika yang sedang memainkan games di hapeku. "Aa' sama kak Priska mana ma?" "Ada di kamar." "Owh kirain pergi." "Nggak, nanti sore kayaknya mau pergi." "Mama sama papa nggak kemana - mana?" "Belum ada rencana apa - apa sih, papa kan suka dadakan." "Asal jangan beride nyusul ke Sentul aja." "Nggak lah, mama males jauh - jauh. Pokoknya sore khabarin mama biar papa nggak berisik.: "Iya, aku pasti khabarin." "Papa mama apa khabar Rin?" "Baik tante, papa lagi ke Surabaya." "Salam buat mama ya." "Ya nanti disampaikan tante. "Ayah sama ibu Ary?" "Sehat semua tante." "Salam juga ya." "Iya tante." Lalu mama keluar dan mengajak abang dan sebelumnya aku mengecup pipi Wika yang montok dan kedua temnku juga menowel pipinya. "Bocah begitu aja udah bibit unggul ya Na ..." Ucap Erin. :Papanya ganteng, mamanya cantik ... ada alasan gitu anaknya jelek?" "Iya juga sih .. bibit unggul semua, bokap lo ganteng, kakak lo ganteng ... sampe cucu ganteng." Ary mulai berasumsi. "Aku sama kakak-kakak ku beda papa." "Ha, serius?" Ary bertanya dengan nada kaget. "Iya, mamaku nikah sama papaku sudah bawa dua anak, aa' sama mas. Trus baru aku lahir. Papa aa' sama mas udah meninggal. Tapi orang - orang nggak akan tahu kalo nggak dibilangin kayak gini, yang lihat bilang kami semua mirip." "Iya mirip kok." "Mungkin karena dari kecil aa' dan mas sama papa, lagian papa juga nggak beda- bedain." "Lo tahu sudah lama Na?" "Waktu aa' nikah ... ada saudara dari Bandung yang aku nggak pernah kenal datang kesini ... aa' sama mas Nino manggilnya Uwak, terus aku nanya sama mama...uwak itu siapa? Nah waktu itu mama cerita." "Oooowh gitu." "Yes ... aku ganti baju dulu deh... mau dandan cantik dulu, biar mas Dana noleh." "Di towel bahunya pasti noleh Na." "Aku mau pake cara halus kali ini. Kita jalan bertiga trus Erin panggil mas Dana ... pasti noleh kan dia ...tinggal disenyumin aja." "Seraah lo deh Na ....mau disenyumin kek..mau di cengirin juga boleh." Sahut Erin sambil memainkan hapenya. Sentul 15.30 ..... Kami sudah tiba dari satu jam yang lalu. Jadi area sentul tempat mereka ngedrift ini adalah area pribadi salah seorang pengusaha muda yang hobby drifting. Jadi pak pengusaha yang aku ketahui bernama Hendrawan itu semacam coach untuk anak muda yang hobby Drifting. Ada 15 orang yang datang yang akan latihan dan didampingi teman - temannya seperti aku dan kedua temanku. Mas Dana yang baru datang 15 menit yang lalu tampak datang bersama 2 orang temannya, yang melegakanku adalah kedua teman mas Dana itu adalah laki - laki. "Aman Na ... laki - laki." Bisik Ary. Dari awal kedatangannya aku sudah terus memandang mas Dana, dia belum menyadari kehadiranku ... apalagi ada cewek lain juga yang tidak dia kenal, jadi dianggap semua tidak dikenalinya. Hingga beberapa detik yang lalu, aku menatapnya disaat dia mengedarkan pandangan dan matanya bertemu dengan mataku. 'Deg' ... Dadaku terasa berdebar parah karena menangkap kekagetan dimatanya saat melihat ke arahku, bukan tatapan datar mas Dana biasanya. Apakah ini suatu kemajuan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD