Chapter 20 - Sahabat Lama
Lokasi Shooting Fast Hunter.
Setelah seminggu Fabio dirawat di rumah sakit. Fabio memutuskan pulang dan kembali untuk shooting. Rasanya tidak enak jika berlama-lama bolos shooting. Sedangkan terus dikejar-kejar deadline. Film Fast Hunter 2 ini harus segera tayang dua bulan lagi. Sepertinya Fabio harus berkerja ekstra.
"Fab, ini yang lo minta," Niyya menyerahkan sebuah kotak berisi handphone.
"Thank's, yah."
"Lagian hape bagus malah dilempar-lempar. Kan sayang, jadi susahkan. Tapi gue seneng lo udah semangat lagi kaya gini. Gue yakin lo kuat kok Fab!" Niyya memberikan semangat.
"Oh iya, kamu punya nomor Merlin kan?" tanya Fabio.
"Ada kok, bentar." Niyya mengecek kontak di smart phonenya. "Nih, lain kali. Kalo elo banting hape lagi. Gue engga mau kasih nomor Merlin lagi ke elo. Kesel sih kesel. Jangan sampe ngerusak barang, ampe dibuang. Nah pas elo perlu kaya gini kelabakan," omel Niyya. Niyya persis seperti kakaknya Fabio. Bukan seperti asisten Fabio. Fabio merasa punya kakak. Beruntung Fabio mempunyai asisten seperti Niyya. Yang bisa jadi manager artis plus kakaknya Fabio sekaligus.
Fabio meraih smart phone Niyya, "Iya kak Niyya sayang. Makasih," ucap Fabio tulus sambil menyunggingkan senyumnya yang termanis. "Seberapa lama sisa hidup aku, aku akan manfaatin sebaik mungkin. Engga perduli besok atau lusa sisa umurku. Aku akan tetap besermangat,"
"Semangat Fabio!" Niyya mengacungkan tangannya tanda memberikan semangat. "Gitu dong, ini baru Fabio yang gue kenal,"
Fabio asik mengotak-atik smart phone Niyya. Tapi beberapa saat ia terpaku. "Kenapa Fab?"
"Kamu punya nomor Leon? Leonardo Avtiano?" tanya Fabio heran.
"Iya, tapi engga tahu aktif apa engga. Dewanti yang kasih ke gue waktu itu,"
"Aku minta yah." Fabio mengsave nomor Leon. Kemudian mekan icon video call. Fabio menunggu beberapa saat. Diriject. Fabio mencoba lagi. Kemudian diangkat.
"Leon?"
Terlihat Leon yang memperhatikan Fabio "Hei! w******p man! Lo Fabio kan?"
"Ini bener kamu Leon?" tanya Fabio untuk memastikan kalau yang sedang video call sama dirinya adalah Leon, sahabatnya saat di sekolah lama.
"Iya gue, lo sekarang dimana?"
"Aku lagi shooting film Fast Hunter 2. Kamu lagi dimana? Kok agak aneh yah. Kamu lagi di rumah sakit?" tebak Fabio. Ia melihat sekitar Leon dari layar smart phonenya. Ada bunyi yang sudah tak asing bagi Fabio. Itu suara elektrokardiograf. Suara yang berbunyi 'Tiitt' itu sudah sangat familiar ditelinganya. Fabio sering menggunakan alat itu dalam shooting sebagai poperti. Tapi ini rasanya aneh. Leon kan bukan aktor. "Kamu sakit?"
Terlihat jelas Leon kaget, tapi raut wajahnya berubah biasa lagi. "Biasa tumbang. Ada kecelakaan dikit. Bathman bisa terluka kok, itu resiko super hero. Hahaha,"
"Serius kamu engga apa-apa?"
"Engga, jangan drama ah lo! Wah film Fast Huter 2 bakalan rilis dong bentar lagi. Gue pasti nonton." Leon mengalihkan pembicaraan, "Elo baik-baik aja kan Fab? Gue nyesel banget sama kejadian waktu itu. Harusnya gue ngga bercanda ditangga. Lagian lo duluan sih yang ngelikitikin gue. Gue kan geli," sesal Leon.
"Santai aja bro! Udah lupain aja. Lagian harusnya aku yang minta maaf ke kamu. Kamu jadi dimarahin mama aku. Sampe kepala sekolah keluarin kamu dari sekolah. Tadi aku cek hape Niyya, nemu nomor kamu. Aku seneng banget. Sempet putus asa pas kamu riject terus. Eh ternyata di angkat. Aku bener-bener kangen sahabatku." Ya, Leon adalah sahabat satu-satunya di sekolahnya dulu.
"Bro udah dulu yah, hape gue low bat. Tar gue sambung lagi. Sukses buat film Fast Hunter lo. Gue video call balik lo lagi oke?" belum sempat Fabio menjawab, video call terputus.
Rasanya ada senang yang menyelusup ke hatinya. "Oh ya ampun!" Fabio menepuk jidatnya. "Aku kan mau telepon Merlin!" saking asiknya video call sama sahabat lamanya. Fabio sampai lupa mau video call juga sama Merlin.
Fabio kemudian mencari kontak Merlin. Lalu menekan icon video call. Percobaan pertama video call gagal. Merlin merijectnya. Yang kedua juga masih di riject. Ketiga juga masih sama. Sepertinya Merlin mulai hati-hati dalam menjawab telepon. Bukan Fabio namanya, kalau menyerah begitu saja. Fabio mencoba video call lagi dengan Merlin. Dan akhirnya di angkat oleh Merlin.
"Hai cewek keren!" sapa Fabio.
Merlin terlihat seperti memperhatikan layar ponselnya. Mungkin heran siapa yang terus terusan coba video call sama dia. Nomor Fabio juga baru sih. Pantas saja di riject terus. "Fabio? Jelek!! Kemana aja? Bikin gue khawatir tahu!! Gue kira siapa tadi yang maksa buat video call. Eh ternyata elo! Elo kenapa ganti nomor?" damprat Merlin. Menumpah ruahkan kekesalannya pada Fabio. Bagaimana tidak kesal, seminggu lebih Fabio tidak menghubungi Merlin. Kan jadi kepikiran terus. Sampai ngahafalin dialog aja susah masuknya.
"Hahahaaha," Fabio malah ngakak.
"Rese lo! Ketawa aja terus. Kalo elo ada di sini. Udah gue cekek," ancam Merlin. Serem juga ngancemnya.
"Wow santai bro! Galak amet sih. Masih aja sama. Hhahaa. Hape aku hilang jadi aku beli hape lagi," Fabio mulai mencari alibi. Kali ini Fabio menahan tidak menggaruk-garuk kepalanya. Soalnya Merlin tau, kalo Fabio menggaruk-garuk kepalanya. Artinya Fabio sedang bohong.
"Oh gitu. Pantesan pake nomor baru. Elo engga apa-apa kan?" tanya Merlin mulai cemas.
"Aku engga apa-apa kok. Lihat kelihatan sehat kan?"
Merlin memperhatikan layar ponselnya. Merlin memperhatikan wajah Fabio. "Elo engga sakit hemofilia kan?" tanya Merlin akhirnya setelah basa basi dengan Fabio.
"Enggak kok. Itu semua cuma prank, mama latihan acting sama aku. Niyya aja sampe kaget," Fabio terpaksa bohong. Fabio belum siap, kalau Merlin tau soal penyakitnya. Fabio belum siap dengan respon Merlin. Ia masih perngecut untuk mengakuinya. Fabio takut, kalau Merlin tau kenyataannya. Mungkin Merlin tidak mau menjadi kekasihnya. Padahal selama ini Fabio sudah berjuang mendapatkan cintanya.
"Serius Fab? Kamu kan bukan youtuber," Merlin terus mencecar Fabio. Jiwa detektive Merlin kembali lagi.
"Iya serius. Gimana shooting film janji palsu?" tanya Fabio mengalihkan pembicaraan.
Idea jahil Merlin mulai terlintas. Merlin ingin lihat Fabio cemburu. Ia akan menceritakan tentang Reino. "Fab, aku sebel sama Reino," rengek Merlin.
"Kenapa Mer? Reino apain kamu? Dia engga macem-macem kan?" tanya Fabio terlihat cemas. Baru di pancing segitu saja. Fabio sudah cemas. Sudah kepalang pengen lihat Fabio cemburu. Merlin teruskan saja.
"Katanya dia pengen lebih deket sama aku, gimana dong, Fab?" tanya Merlin pada Fabio. Ekspresi wajah Fabio langsung berubah.
"Hah! Jangan! Awas aja sampe berani-beraninya deketin calon pacar aku. Kamu kan masih calon pacar aku. Perjuangan aku masih sisa satu bulan lagi loh!" terlihat sekali Fabio cemburu. Merlin tertawa dalam hati. Ini lah yang Merlin mau, ingin membuat Fabio cemburu.
"Gimana yah? Kalo dia lebih baik dari kamu. Aku auto pindah kelain hati," canda Merlin. Ia sengaja memancing api cemburu Fabio terus. Merlin ingin tau. Seberapa cintanya Fabio pada Merlin.
"Awas yah! Niyyaaaaaa aku mau pulang ke Indonesia hari ini juga!!" teriak Fabio pada Niyya. Niyya yang sedang mengobrol dengan sutradara film Fast Hunter langsung kaget. Pasalnya jadwal shooting film Fast Hunter belum selesai.
"E e eh Fab. Jangan! Hahaha," Merlin malah tertawa terpingkal pingkal.
"Aku engga akan biarin kamu berduaan sama dia yah. Liat aja. Hari ini aku bakalan pulang ke Indonesia!" tegas Fabio.
"Hahahaa elo kalo cemburu lucu ternyata. Fabio. Fabio. Santai aja. Gue engga bakalan kaya gitu kok. Gue masih mempertimbakan lo. Jadi elo engga perlu buru-buru balik ke Indonesia. Selesaiin dulu shooting film Fast Hunter nya. Aku malah udah tolak Reino. Dia malah menghina aku," cegah Merlin. Takut-takut Fabio beneran nekat pulang ke Indonesia hari ini juga.
"Beneran nih? Ngehina gimana? Awas yah tu si Reino!" tukas Fabio. Bisa marah juga ternyata Fabio. Heheehe.
"Ya gitu lah. Bilang yang aneh-aneh. Ngerendahin aku. Memandang sebelah mata masa lalu aku. Katanya aku gembel naik kelas," cerita Merlin akhirnya. Merlin hanya percaya pada Fabio. Tadinya Merlin engga mau cerita. Karena Merlin takut Fabio kepikiran. Berhubung katanya Fabio engga sakit hemofilia beneran. Jadi Merlin ceritakan semuanya pada Fabio.
"Kurang aja dia. Seenak jidat ngerendahin calo bini aku," omel Fabio. Lucu juga lihat Fabio ngomel kaya gitu.
"Enak aja calon bini. Pacaran aja belum!" timpal Merlin.
"Iya gitu. Biar aku nambah semangat shootingnya. Tinggal kurang lebih seminggu lagi nih, shootingnya selesai," rengek Fabio. Merlin masih saja menggantungkan status mereka. Apa lagi sih yang Merlin tunggu? Bukankah Merlin juga sudah jatuh cinta pada Fabio?
"Iya. Semangat yah! Rasanya gue pengen deh. Cepet-cepet selesai shooting film janji palsu. Udah eneg gue liat tingkah tengil Reino. Judul filmnya pas sama kaya Reino. Karakter sama sifatnya juga. Dia tukang ngobral janji. Sebel gue," keluh Merlin.
"Sabar, entar juga selesai kok. Kalo dia macem-macem bilang aku aja. Biar aku kirim body guard buat jagain kamu," tegas Fabio.
"Ga usah Fab, elo lupa yah. Gue kan jago karate! Hehhe" Merlin nyengir kuda.
"Beneran nih?"
"Iya, oh iya. Happy Home nawarin kita satu job lagi. Gue udah baca sinopsisnya. Judulnya Seleb Dadakan. Kayanya film ini persis kaya gue. Yang jadi artis dadakan berkat lo!" ujar Merlin agak lesu. Paling malas sebetulnya Merlin bahas ini. Tapi Fabio perlu tau.
"Itu semua berkat kamu kok. Aku cuma bantu beberapa hal saja. Selebihnya kamu kan yang usaha lebih keras. Agar kualitas acting kamu jadi lebih bagus. Dan akhirnya jadi bagus bukan?" Fabio sedikit merendah. Ia tidak mau sampai Merlin merasa iri pada Fabio.
"Jadi itu semua berkat usaha gue? Bukan karena elo kan?" tanya Merlin.
"Iya Mer, kalau kamu engga berusaha. Kamu engga akan mungkin bisa jadi artis kaya sekarang. Kamu lihat kan sekarang, usaha kamu membuahkan hasil? Itu semua berkat kamu. Kamu memang berbakat. Banyak kok yang kenal sama aku. Aku ajarin acting juga. Mereka malah bbiasa-biasa aja. Malah kamu yang melesat lebih jauh. Ya, karena itu berkat usaha kamu," Fabio memberikan Merlin motivasi. Fabio tau, saat ini pasti banyak yang bicara pada Merlin. Kalo Merlin bisa jadi artis berkat Fabio. Makannya Fabio bilang semua itu berkat usaha Merlin. Agar Merlin tetap positive thinking. Agar Merlin tidak menjadi iri pada Fabio.
"Ya, udah berarti oke yah? Kita shooting film Seleb Dadakan? Ya, pastinya setelah lo shooting film Fast Hunter. Gimana?" tanya Merlin lagi.
"Kalo kamu suka. Ayo aja. Eh ya udah. Aku mau take lagi. See you again darling," Fabio langsung mematikan video callnya. Kata-kata Fabio terakhir tadi membuat Merlin senyam senyum sendiri.
Merlin jadi kembali percaya diri. Karena semua itu hasil dari jerih payahnya. Bukan semata karena Fabio yang merekomendasikan Merlin jadi artis. Merlin langsung menepis rasa iri pada Fabio. Malah cinta dalam hati Merlin pada Fabio semakin bertumbuh.
I Love you Fabio, gumam Merlin dalam hati.
*****
Lama tak berkomunikasi dengan Fabio. Rasanya rindu itu semakin menyelusup ke dalam hati. Seminggu lagi shooting film Fast Hunter berakhir. Itu tandanya seminggu lagi Fabio akan kembali ke Indonesia. Setiap hari Fabio tidak pernah absen video call dengan Merlin. Ada saja hal yang mereka obrolkan. Dari mulai soal shooting. Bahas kesukaan sampai hal yang tidak penting sekalipun. Mereka berdua semakin dekat, rasanya sehari tidak video call, kerinduannya semakin menjadi. Saling mengingatkan makan, minum vitamin, olahraga sampai nyuruh mandi. Sudah seperti orang pacaran saja. Padahal sampai saat ini Merlin belum memberikan kepastian pada Fabio.
"Mer, engga ada salahnya kan kalo elo terima cintanya Fabio. Dia itu romantis banget, kalian berdua itu aktor dan aktris pula. Bentar lagi juga, kalian mau main satu film lagi kan?" Novia memang paling gereget ngeliat tingkahnya Merlin. Katanya belum suka sama Fabio. Tapi giliran telat video call aja murang-maring kaya anak kecil kehilangan ibunya. Apa itu bukan cinta?
"Iya engga ada salahnya Mer, bener kata Novia. Kalo gue jadi lo. Udah pasti gue embat Fabio. Cowok seganteng itu, jangan lo sia-siain. Kalo diambil orang. Baru tahu lo!" dukung Gloria. Si kembar ini memang selalu kompak, kalo ngomporin Merlin. Mereka antusias banget mendukung Merlin dan Fabio agar segera pacaran.
"Kalian ini kenapa sih rajin bener nyuruh-nyuruh gue? Engga tahu kenapa gue masih ragu aja."
Masih ragu? Apa di hati Merlin masih terisi Leon? Padahal jelas-jelas Merlin sudah jatuh cinta pada Fabio.
"Apa dihati lo masih ada Leon?" tanya Novia. Novia juga tau hubungan Merlin dengan Leon. Meski Merlin selalu mengelak Merlin jatuh cinta sama Leon. Tapi Novia tau, kalau Merlin sempat menyimpan rasa pada Leon sahabatnya.
"Leon? Dia aja sekarang engga tahu ada dimana. Dia itu kaya setan. Suka ngilang, datang dan pergi seenaknya aja. Gue aja engga tahu, apa dia cinta sama gue atau engga," lirihnya. Padahal dalam hati, Merlin masih berharap bisa bertemu dengan Leon.
"Lah bukannya kemaren-kemaren lo bilang, kalo elo ketemu Leon di lokasi? Jadi benerkan elo masih cinta sama Leon? Dan ini yang bikin lo ragu sama Fabio? Mer, Leon emang gantungin lo. Tapi elo jangan ikutin gantungin Fabio dong. Dia tulus sama lo. Jangan sampe deh lo cuma main-mainin dia," timpal Gloria. Merlin memang sempat cerita pada si kembar. Soal pertemuannya waktu itu dengan Leon.
Entah nyata atau tidak. Soalnya ketemunya tengah malam. Malah Merlin sempat beemimpi di tembak Leon di depan Fabio. Tapi pas tanya Laras. Benar kok malam itu. Leon benar-benar datang menemui Merlin.
"Lo kok, Fabio sama Leon itu engga ada hubungannya. Lagian gue engga mainin Fabio. Gue bakalan pertimbangin semua itu." Merlin merasa terintimidasi. "Udah yah bahas yang lain aja,"
"Ya, gue cuma saran aja sih Mer, kayanya lo harus terima Fabio. Gue yakin dia engga akan kecewain lo. Dari pada Leon yang engga pasti. Yang pasti-pasti aja." Gloria masih saja membahasnya. Habisnya mereka geregetan sama hubungan Fabio dan Merlin. Biarlah Leon hanya jadi masa lalunya Merlin. Tanpa harus mengganggu Merlin dan Fabio lagi.
"Iya bener tuh," dukung Novia.
Si kembar ini memang kadang bikin orang stress. Kalau sudah ngomporin. Pasti sampai gosong. Bikin orang males dikomporin sama mereka.
"Ya, ya, ya. Gue masih pikirin dia kok. Kalian tenang aja," ujar Merlin santai.
"Mer, Mer. Menurut lo Reino gimana?" tanya Gloria.
"Dia lumayan ganteng juga sih. Tapi lebih gantengan Fabio. Gue penasaran aja. Apa bener dia itu nyogok buat jadi peran utama? Gue denger gosipnya gitu sih," tamah Novia sama keponya dengan kembarannya.
"Nol besar!"
"Maksud lo?" tanya Novia.
"Iya, nol besar. Semua gosip tentang dia nyogok itu benar. Dia berani sogok berapapun demi jadi peran utama. Niat dia sih tadinya buat mendongkrak popularitasnya. Tapi gue eneg liat dia. Di depan kamera dia bisa manis kaya gitu. Terlihat baik dan sangat sopan. Pencitraan doang. Padahal aslinya, berbeda seratus delapan puluh derajat. Itu yang gue bilang nol besar!" cerita Merlin pada sahabatnya. Merlin memang tidak suka berbohong. Ia ceritakan apa adanya saja soal Reino. Toh memang itu faktanya.
"Beneran Reino kaya gitu orangnya?" tanya Novia.
"Bener, bahkan dia pernag ngehina gue. Katanya gue gembel naik kelas. Kurang ajar ga sih dia," setelah di tahan-tahan buat engga curhat. Akhirnya Merlin curhat juga soal Reino pada si kembar.
"Wah gue engga nyangka. Minus banget kelakuannya. Kalo gitu engga jadi deh ngefansnya. Mending Fabio kemana-mana," komentar Gloria.
"Hati-hati lo sekarang, Glo. Kalo Merlin udah jadi pacar Fabio. Elo engga boleh lagi kecentilan. Hahaa," sindir Novia.
"Maaf miss seleb," Gloria malah minta maaf pada Merlin.
"Hahaha. Santai aja kali Glo. Gue engga posesif ko orangnya. Gue bisa mengerti profesi Fabio sebagai aktor," ucap Merlin bijak.
"Waaaahh fix kayanya elo bakalan terima dia. Syukurlah, gue seneng dengernya," Novia terlihat senang sekali. Biarlah Novia berpikiran seperti itu. Memang Merlin akan menerima cintanya Fabio kok. Lihat saja nanti.
******
Gedung putih dan megah hari ini menjadi saksi bersatunya dua insan. Mereka berdua saling mencintai satu sama lain. Mempelai wanita sedang berjalan di altar. Ia berjalan bersama ayahnya menuju pelaminan. Senyumnya yang mengembang. Melambangkan kebahagiaan di hatinya. Semua mata tertuju pada gadis cantik itu. Hari ini gadis itu akan melepaskan masa mudanya. Ia akan menjadi istiri dari lelaki yang sudah ada di hadapannya.
Aura mulai senyum pada lelaki itu. Akhirnya ia menikah juga. Kebahagiaan menyelimuti mereka berdua. Kesabaran Aura menantikan cinta sejati terbayar sudah. Kini Aura telah menjadi istri seseorang. Tentunya dari suami yang sangat mencintainya. Ia tidak akan mengumbar janji palsu. Pastinya bukan Vito orangnya.
Josh nama lelaki itu. Dia adalah sahabatnya Aura. Setelah mendapatkan pengkhianatan dari Vito. Aura muai dekat dengan Josh. Dan Josh juga menyimpan rasa pada Aura. Hingga mereka memutuskan untuk segera menikah. Aura meminta Josh agar setuju mengundang Vito dalam pernikahannya. Awalnya Josh tidak setuju. Karena takut Vito akan mengacaukan pernikahannya. Tapi Aura bersi kukuh. Ia janji, bahwa pernikahannya tidak akan terganggu oleh kedatangan Vito. Akhirnya Josh setuju
Aura hanya ingin membuktikan pada Vito. Kalau ia bisa mendapatkan cinta sejatinya. Karena janji palsu akan kalah dengan cinta sejati. Aura melihat rasa iri dari mata Vito. Ia hanya bisa terdiam tanpa berkata. Karena Vito datang bersama istri dan anak-anaknya.
"CUT! Oke finish. Kalian semua bagus! Shooting film Janji Palsu berakhir di sini," kata pak Bowo. Ia nampak senang sekali karena akhirnya film mereka selesai juga.
"Pak kenapa akhirnya jadi begitu sih? Kenapa Aura engga bersatu sama Vito. Peran utamanya kan Vito!" protes Reino pada pak Bowo. Ia tidak terima perannya di geser oleh cameo.
"Vito itu kan yang menggumbar janji palsu. Seperti yang Aura bilang di akhir cerita. Karena janji palsu itu akan kalah dengan cinta sejati. Jadi otomatis Aura harus mendapatkan cinta yang lebih baik lah. Dari pada sama Vito. Dia kan udah punya anak sama istri," jelas pak Bowo.
"Pas awal reading engga gini kok ceritanya. Kenapa berubah?" Reino terus protes tidak terima.
"Semua itu bisa berubah Reino. Itu demi kesuksesan film ini. Yang di tonjolkan di sini kan lebih ke Merlin bukan kamu," tukas pak Bowol.
Jelb! Banget jawaban pak Bowo. Makannya jadi orang jangan kebanyakan protes. Kena batunya kan?
"Bukannya aku udah bayar buat jadi peran utama! Aku engga terima!" Reino malah marah-marah engga jelas.
"Bayar? Bayar ke siapa? Oh jadi bener kamu suka nyogok buat jadi peran utama! Saya nyesel udah pake aktor yang haus popularitas kaya kamu. Ingat Reino! Ini film terakhir saya kerja sama dengan kamu!" tegas pak Bowo. Setelah itu pak Bowo pergi meninggalkan Reino yang kesal.
Merlin cuma bisa senyam senyum melihat kelakuan Reino. Terbuktikan kalau dia itu jauh lebih buruk dari Merlin.
"Apa lo liat-liat! Seneng lo! Gue juga nyesel udah satu frame sama lo!" dumal Reino. Udah salah masih saja marah-marah, emang engga tau malu.
"Terbuktikan sekarang. Gue sebagai gembel lebih berharga. Dari pada elo artis yang doyan nyogok. Lo itu cuma sampah," hina Merlin. Ia merasa puas sudah mengatakan hal itu. Habisnya Reino yang mulai duluan.
"Aaaaagggghh!! Sialan lo! Liat aja entar!" ancam Reino sambil pergi meninggalkan Merlin.
Merlin tidak takut dengan ancama Reino. Reino hanya menggertak Merlin saja. Setelah kejadian banting badan teknik judo waktu itu. Reino selalu jaga jarak dengan Merlin. Mungkin ia takut Merlin banting lagi. Reino memang sangat pengecut. Beraninya hanya di bibir saja.
Rasanya Merlin merasa lega sudah menyelsaikan film ini. Merlin bisa terbebas dari wajah tengilnya Reino. Betapa bodohnya tadi Reino bilang ke pak Bowo, kalau dia sudah bayar. Ya, langsung ketauan. Kalau selama ini gosip yang beredar benar. Tentang Reino yang selalu nyogok untuk jadi peran utama. Untungnya pak Bowo cerdas. Pastinya si Reino itu tidak membayar pak Bowo. Entah bagian chastting atau produsernya yang Reino sogok. Pak Bowo mah iya, iya saja. Karena belum tahu sifat jeleknya Reino. Sudah ketauan belangnya. Pak Bowo juga malas kerja sama dengan orang yang suka nyogok.
"Merlin," panggil pak Bowo. Merlin langsung menghampiri pak Bowo.
"Iya pak ada apa?"
"Sesudah film ini. Apa kamu ada main film baru lagi?" tanya pak Bowo.
Merlin mengangguk. "Ada pak, rencananya sih seminggu lagi. Aku akan shooting film sama Fabio," sahut Merlin.
"Fabio Gunawan?" Merlin mengangguk. "Di PH mana?" pak Bowo mulai kepo.
"Happy Home pak. PH fil Lexi kemarin," jawab Merlin.
"Kali-kali boleh lah kalian main di film saya. Kamu sama Fabio. Saya yakin filmnya akan suskes besar. Ya Merlin. Tolong bujuk Fabio agar bisa main film bareng kamu lagi di PH saya," rayu pak Bowo. Merlin sedikit risih sebetulnya dengan tingkah pak Bowo. Tapi engga ada salahnya iyain aja. Dari pada makin panjang.
"Iya pak. Nanti saya bilang sama Fabio," ujar Merlin.
"Terimakasih Merlin. Semoga kamu selalu sukses yah!" pak Bowo pun berlalu.
Ternyata di dunia entertainmet sangat berat juga. Saling rayu, saling tarik, saling sikut. Ada juga yang nyogok demi popularitas. Ada juga yang berjuang keras untuk mendapatkan popularitas. Tapi semua itu kembali pada pribadi masing-masing. Selama kita menanam kebaikan, maka kita akan menuai kebaikan juga. Namun jika kita menaman kejahatan, maka yang di dapat adalah kejahatan juga. Kesimpulannya, berbuat baiklah dimanapun berada. Karena kebaikan lebih berbuah manis dari pada kejahatan.