Chapter 22 - Belajar Bersama Leon

3396 Words
Chapter 22 - Belajar Bersama Leon Aflantos International High School telah disibukan dengan beberapa kegiatan siswa kelas tiga. Beberapa tes dan ujian telah dilakasanakan dalam waktu dekat ini. Siswa selalu sibuk dengan kegiatan belajarnya. Bahkan ada beberapa siswa yang menenteng buku pelajaran kepanapun ia pergi. Ujian sekolah dan ujian nasional akan segera di lakukan. Setiap siswa punya target agar lulus di tahun ini. Perpustakaan adalah tempat favorit mereka di saat-saat genting seperti ini. "Duh mumet banget nih otak gue, kenapa kalo soal kaya beginian gue kaga bisa masuk sih. Padahal ngafalin sekenario aja lima menit hafal," dumal Merlin sambil memukul-mukul kepalanya. "Dari dulu lo emang engga pernah bisa yah belajar fisika sendirian," cetus seorang cowok yang bersuara serak basah. Suara itu khas sekali. Merlin penasaran dengan orang itu. Ia menoleh ke arah suara. "Leon? Lo kok ada di sini?" Merlin memperhatikan Leon dari atas sampai bawah. Ia memakai searagam yang sama dengan dirinya. Dan dilengan kanannya ada logo almumater Aflantos International High School. Itu artinya Leon juga siswa sekolah ini. "Lo sekolah di sini juga?" "Baru nyadar? Lo aja yang ga tahu, kalo selama ini gue itu satu sekolahan sama lo," ujar Leon santai sambil melipat tangannya didepan d**a. "Serius lo? Jadi selama ini lo satu sekolahan sama gue? Dan gue engga tahu itu? Jahat banget sih loh!" Merlin memukul bahu Leon manja. "Kenapa lo engga pernah nyamperin gue? Betah amet sih jadi misterius. Dasar jelangkung!" omel Merlin. "Hahah, maaf, maaf, iya setelah gue pindah ke Jepang. Gue emang sempet sekolah di sekolah lain. Tapi cuma beberapa bulan aja. Setelah itu ya gue balik lagi ke sekolah ini," jelas Leon masih dengan santainya. Maaf, Maaf Merlin. Sebetulnya gue memang sekolah lagi di sini. Tapi cuma sebentar, gara-gara jantung gue semakin parah. Gue cuma home schooling. Karena gue engga bisa jauh dari alat itu. Tapi gue seneng setelah lihat senyum lo lagi. Sekarang gue udah bebas dari alat itu. Gue bisa bersama-sama lo lagi, semoga saja metode yang di gunakan oleh dokter Tiara akan berhasil. Gue bisa sembuh. Dan gue akan kembali memperjuangkan cinta gue ke elo, gumam Leon dalam hati. "Heh! Ngelamun aja. Emang sekarang lo kelas apa? Kok gue engga pernah lihat yah. Padahal waktu kelas dua gue osis. Masa iya, elo engga pernah gue lihat sih," selidik Merlin. Ya, iya lah engga pernah liat Leon. Orang dianya juga ada di rumah sakit, bukan di sekolah. Mau saja Merlin di kibulin Leon. "Ah mata lo kali yang rabun. Gue ada kok, hahha. Sini-sini biar gue ajarin," Leon mengalihkan pembicaraan. Selama ini Leon ambil home schooling. Jelas enggak akan pernah ketemu. Karena selama ini ia sekolahnya di rumah sakit. Gurunya sih memang guru dari Aflantos International High School. Karena memang tidak memungkinkan Leon untuk bersekolah di sekolahan. Untungnya saja sekolah ini menerima home schooling, untuk siswa seperti Leon. Yang tidak bisa sekolah di tempat sekolah mereka. Beruntungnya, nilai Leon selalu bagus. Meskipun ia home schooling. Nilainya bisa di adu deh sama murid yang sekolah di sekolahan. Bahkan bisa kalah saing. "Rumus fisika itu jangan dipeototin. Yang ada bakalan kabur dari otak lo. Gampang kok ini. Gas ideal, yang perlu lo inget itu. PVNRT. P untuk tekanan gas mutlak. V untuk volume. N untuk jumlah partikel pada gas atau mol. R untuk konstanta gas ideal, yaitu 0,08205. Dan T untuk temperatur dalam satuan Kelvin. Gue kasih soal," jelas Leon mengenai rumus fisika gas ideal. Leon punya cara mudah agar rumus ini bisa dengan mudah di hafalkan. "Eh eh bentar, benar, kok lo hafal banget yah. Ya, ampun Leon. Gue itu paling nyerah sama yang namanya fisika. Gue hafal rumusnya, tapi pas gue kerjain. Yang ada salah mulu," rengeknya. Merlin selalu bodoh dalam pelajaran. Merlin hanya jago dalam menghafal skenario. Jangan di tanya. Nilai bahasa Indoensianya pasti paling bagus di antara lainnya. "Bagian mana yang lo engga bisa, sini biar gue jelasin," ujarnya lembut. Leon dan Merlin belajar bersama-sama. Canda dan tawa hadir diantara mereka. Rasa rindu yang kian menggebu terobati hari ini. Leon sudah di izinkan dokter Tiara, untuk kembali ke sekolah. Soalnya metode yang ia terapkan pada Leon perlahan berhasil. Leon bisa bebas dari alat dan meski itu. Sudah cukup selama dua tahun, Leon terpenjara oleh alat dan mesin itu. Selama seminggu Leon menunjukan kemajuan yang signifikan. Jadi tidak ada salahnya, kalau Leon kembali ke sekolah. "Gimana elo ngerti sekarang?" tanya Leon, setelah menjelaskan contoh soalnya pada Merlin. "Aduh Leon, mumet banget deh otak gue kayanya. Gue engga ngerti sama sekali sama apa yang elo jelasin. Alamat taun ini gue engga lulus deh kayanya," keluh Merlin mulai putus asa. "Eit jangan nyerah dong. Gue yakin elo pasti bisa kok, Mer. Lo bilang kaya gitu, karena lo belum perbiasa sama soal soal ini. Ya, udah sini gue kasih contoh yang lebih simpel yah. Biar lo lebih faham. Gue kasih cara gue, buat nyesaiin soal fisika ini," ujar Leon dengan sabar. Leon yakin kok, kalau Merlin berusaha. Merlin pasti bisa mengerjakan soal yang Leon buat. "Nih coba kerjain soal ini yah, ini soal paling mudah kok," perintah Leon saat selsai menuliskan soal fisika di buku Merlin. Merlin mulai melihat soal itu satu per satu. Melihatnya saja langsung bikin mual. Gimana buat ngerjainnya? Merlin memegang kepalanya yang mulai pusing dengan isi dari soal, yang di berikan Leon tadi. Rasanya malu sekali, kelihatan bodoh di depan Leon. Tapi mau bagaimana lagi. Merlin memang tidak jago mengerjakan soal fisika. Otaknya terlalu penuh drama. Tidak muat untuk rumus-rumus sepertinya. Leon sudah bisa menebak dengan respon Merlin. Pasti dia akan bingung. Leon jadi geregetan buat jelasinnya. Ia akan menjelaskan secara perlahan, tahap demi tahapnya. "Gini, Mer. Lo pertama mengerjakan yang ini dulu. Setelah ketauan, baru elo lanjut ke tahap berikutnya. Nih kaya gini," jelas Leon tahap demi tahap. "Nah elo liat hasilnya jadi segini. Gitu, Mer. Mudah kan?" tanya Leon, untuk memastikan. Kalau Merlin paham atau tidak dengan penjelasanya tadi. Merlin manggut-manggut sok mengerti. Padahal masih sedikit mumet. "Ya lumayan sih. Hehehe. Coba lo kasih gue soal lagi yang lain. Gue mau cobaain langkah tahap demi tahap yang lo ajarin tadi," meskipun sedikit malas. Merlin tidak boleh menyerah. Menjadi artis aja bisa pantang menyerah. Ia juga harus bisa mengalahkan soal fisika ini. Sudah kepalang malu di depan Leon. Jadi ia harus bisa membuktikan pada Leon. Kalau dia juga bisa mengerjakanya. Meski harus berulang kali mengerjakannya. Tapi Leon benar-benar sabar. Ia terus mengajarkan Merlin secara perlahan. Kalau gurunya orang lain sih. Udah auto kena amuk nih Merlin. Abisnya engga ngerti-ngerti mulu. "Nih Leon, coba lo periksa hasilnya. Bener ga?" Merlin memberikan bukunya yang sudah ia isi dengan jawabanya. Merlin mengerjakannya dengan teliti. Tahap demi tahap yang Leon tadi ajarkan. Merlin ikuti sesuai. Harap harap cemas, Merlin menunggu Leon memberikan nilai pada soal yang ia kerjakan. Semoga hasilnya memuaskan. "Nih.." Leon memberikan kembali buku Merlin setelah selesai ia nilai. Merlin langsung menutup bukunya. Perlahan-lahan Merlin menggeser tangan yang menutupi nilai di buku itu. Dan... "Ini serius nilai gue?" tanya Merlin terbelalak melihat nilainya sendiri. "Seriuslah. Masa gue bohong," sahut Leon. Merlin kembali melihat nilainya, "Hooooreeee gue dapet nilai delapan puluh. Gue emang pinter, makassssssiiihh Leeeoonn!" seru Merlin sambil memeluk Leon. Jantung Leon mulai berdegup tak karuan. Pasalnya kini Merlin sedang ada di pelukannya. Semoga saja Leon tidak kena serangan jantung. Bisa-bisa penyakit Leon ketahuan oleh Merin. Merlin menyadari ada yang salah dengan tindakannya. Buru-buru ia melepaskan pelukannya dengan Leon. Saking senangnya mendapatkan nilai delapan puluh. Sampai lupa siapa yang Merlin peluk sekarang. "Maaf.." desis Merlin malu. Pipinya mulai memanas. Merlin benar-benar malu. Sudah keliatan bodoh di depan Leon. Sekarang malah keliatan memalukan karena main peluk peluk saja. "Santai aja kali, Mer. Kaya ke siapa aja," ujar Leon di buat santai. Padahal ia masih berusaha menenakan jantungnya, yang mulai berdetak heboh. Ini ternyata rasanya di peluk sama orang yang gue sayangi. Semoga saja gue bisa cepet sembuh. Supaya gue bisa nyatain perasaan gue sama Merlin, gumam Leon dalam hati. ********* Sementara di tempat lain, Fabio sedang sibuk dengan persiapannya pulang. Fabio ingin mempersiapkan kejutan untuk Merlin. Fabio sengaja bilang pada Merlin, ia akan tinggal lebih lama di Amerika. Padahal besok juga Fabio sudah pulang ke Indonesia. Apa Merlin akan terkejut? "Ga sabar rasanya," desah Fabio. "Gue do'ain. Semoga dia bakalan terima cinta lo Fab, lo udah banyak berkorban banget buat dia. Dan elo udah ngebuat perubahan banyak dihidup Merlin," dukung Niyya. Dia telah berhasil bernegosiasi dengan sutradara film t. Akhirnya shooting film Fast Hunter yang ketiga. Akan mereka lakukan sebulan kemudian. Mereka akan melihat respon penonton dulu. Setelah melihat trailernya tayang di iklan tv. Tadinya sih sutradara bersi kukuh agar shooting film Fast Hunter yang ke tiga. Bisa di lakukan seminggu yang lalu. Saat selesai shooting film Fast Hunter yang ke dua. Tapi setelah di pikir. Sutradara setuju untuk menundanya. Di karenakan Fabio juga harus mengikuti ujian sekolah dan ujian nasional. Jadi semua itu mendukung sutradara untuk menunda jadwal shootingnya. Ia juga harus memberikan kelonggaran pada aktornya. Karena jika tidak ada seorang aktor. Mungkin filmnya tidak akan bisa sukses seperti ini. "Makasih Niyya, kamu emang kakak sekaligus manager terbaik aku. Kamu memang pandai merayu. Pantesan aja tunangan kamu setia di sana. Orang kamu bisa di percaya kok," puji Fabio. "Bisa aja lo. Gue gereget deh. Sebenernya apa sih yang di tunggu sama Merlin? Lo tuh udaj kebayakan berkorban. Masa tega dia gantungin sama phpin lo terus. Kan cape di gantungin terus kaya gitu. Dia kayanya engga peka-peka deh," omel Niyya bawel. Niyya juga termasuk orang yang memantau setiap perkembangan cinta Fabio dan Merlin. Ternyata masih stuk di situ saja. Karena Merlin belum memutuskan hal apapun. Status mereka sekarang masih gantung. Antara sakadar teman atau mereka sudah pacaran. "Ya mungkin karena dia nyari yang engga sembarangan. Nyari cinta sejati, Niyya. Karena nyari cinta sejati itu. Tidak semudah membalikan telapak tangan," Fabio malah memberikan wajengan pada Niyya. "Iya, iya deh. The beat actor. Paling bisa kalo drama kaya gini. Awas aja, kalo dia cuman mainin lo aja. Gue engga akan tinggal diam, Fab. Enak aja seeank jidat ade gue di sakitin,"cerocos Niyya tanpa henti. Biasa kalau sudah bicara sama cewek, pasti urusannya engga kelar-kelar. Sebulum kelar pasti ngoceh mulu sampai berbusa. "Wiiihh galak amet ngancemnya. Hahaha," Fabio tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Niyya. Mitha datang ke ruang tamu. Dimana Fabio dan Niyya sedang berbincang sejak tadi. Fabio langsung menghentikan tawanya. Suasana berubah menjadi hening. Seakan Mitha itu guru kiler yang di takuti di sekolah. Tak ada yang berani menyapanya duluan "Besok kita pulang jam berapa Niyya?" tanya Mitha. "Jam empat shubuh kayanya, kalau dari jadwal," jawab Niyya. "Kenapa mendadak di undur sih Fab, shooting film Fast Hunter yang ke tiganya? Kita kan jadi musti bolak balik. Amerika-Indonesia. Repot lagi kan jadinya," protes Mitha. Ia memang tidak mengetahui, kalau Niyya berhasil negosiasi dengan sutradaranya. "Mungkin karena mereka tau, kalau minggu-minggu ini aku ada ujian sekolah dan ujian nasional. Jadi sutradara terpaksa menundanya," jawab Fabio sedikit beebohong. Seperti biasa ia memahan menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Bisa saja Mitha cerdik seperti Merlin. Yang bisa tau karena gerakan yang biasa ia lakuakan. "Padahal soal itu mah gampang. Kamu tinggal ujian sekolah sama ujian nasional. Bisa kamu lewatkan di online. Kepala sekolah sendiri setuju kok. Tapi ya udah. Mau gimana lagi. Sutradara memilih mengundurnya, kita bisa apa?" ucap Mitha yang akhirnya mengerti alasan sang sutradara menunda shootingnya. "Ya udah, Fab. Kita makan di luar yuk! Makan terakhir di Amerika. Hahaha. Niyya kamu jaga apartement aja yah," ajak Mitha pada Fabio. Respek Niyya memanyunkan bibirnya lima senti. Lucu juga ternyata saat melihat Niyya manyun seperti itu. "Mah, ajak jugalah Niyya. Kasian dia juga kan udah bekerja keras buat ngatur jadwal Fabio. Sampe Fabio bisa sesukses ini. Kali-kali engga apa-apa dong di ajak makan bareng. Bosen juga, kalo terus-terusan jagain apartemen," pinta Fabio pada Mitha. "Ya udah. Niyya cepet ganti baju yang bagus. Jangan malu-maluin!" tukas Mitha tajam. Mitha memang sangat memperlakukan Niyya layaknya asistenya Fabio. Makannya ia selalu memandang rendah Niyya. Berbeda dengan Fabio yang malah menganggap Niyya seperti kakaknya sendiri. Niyya masuk ke kamarnya. Ia nurut saja apa kata Mitha. Niyya sudah tidak mau ambil pusing lagi ucapan Mitha. Mitha memang sudah biasa merendahkan dirinya. "Jangan ngomong gitu ah sama Niyya mah. Engga enak. Kalau dia sakit hati gimana?" tegur Fabio. "Kamu jangan terlalu manjain asisten. Nanti ngelunjak dia. Inget kita itu beda level sama dia. Bisa-bisa nanti dia nikung kita dari belakang," cerocos Mitha. Untungnya tembok apartemen ini kedap suara. Jadi Niyya tidak akan mendengar ucapan Mitha dari kamar. Kalau kedengaran, Fabio jadi engga enak sama Niyya. Mitha ini memang sombong semenjak Fabio menjadi aktor. Namanya ikut bersinar kembali karena Fabio. Padahal hampir dua tahun, Mitha tidak dapat job sebagai model. Mungkin karena faktor usia juga. Jadi jarang sekali yang meminta Mitha jadi model. Shooting film atau sinetron. Berkat Fabio jadi aktor dengan cepat. Mitha kembali ke masa jayanya. Ia mulai mendapatkan lagi pemotretan. Selain itu banyak tawaran iklan, film, ftv dan endors. Memang Fabio itu memang sangat membawa pengaruh besar bagi kesuksesan Mitha lagi. "Iya deh terserah mama. Kalo menurut aku sih. Mulai sekarang mama harus jaga ucapan mama. Jujur loh kata-kata mama tadi nyakitin banget. Tentang level. Kita engga akan selamanya di level ini mah. Kita bisa aja jatuh miskin," nasihat Fabio. "Hhahaha Fabio, Fabio. Kita engga akan miskinlah. Kamu lupa sekarang kita ini siapa? Kita ini model dan aktor terkenal. Tidak akan ada yang bisa menjatuhkan kita. Siapa yang berusaha menjatuhkan kita. Kita siap menghadapinya lewat jalur hukum," ternyata kalau sudah berbicara sama ibu-ibu macam Mitha cukup ribet juga yah. Engga mau kalah sifatnya. Dan engga mau dengerin juga nasihat dari yang lebih muda. Fabio, Mitha dan Niyya sudah bersiap-siap akan makan si luar. Tapi Fabio melihat wajah Niyya yang lesu. Apa mungkin tadi Niyya mendengarkan semua ucapan Mitha? Dia kan lagi di dalam kamar. Fabio jadi engga enak. "Maaf.. " bisik Fabio di telinga Niyya. "Buat apa minta maaf?" tanya Niyya sambil berbisik juga. "Soal ucapan mama tadi," sesal Fabio. Ia tidak mau sampai Niyya sakit hati pada mamanya. Meskipun memang kata-kata Mitha cukup menyakitkan hati. Bagi siapa saja yang mendengarnya. "Santai aja," bisik Niyya lagi. "Hei kalian berdua! Ayo masuk mobil! Mau sampai kapan kalian di situ? Katanya mau makan," panggil Mitha yang ternyata sudah di dalam mobil. Saking asiknya tadi bisik-bisikan. Fabio dan Niyya jadi berjalan lambat. Sampai tidak tau, kalau Mitha sudah masuk dalam mobil. Mobil mereka melesat cepat kota New York. Di malam hari kota ini justru semakin ramai. Gemerap lampu di jalan sangat menyilaukan mata. Lampu-lampu LED tertengger di mana-mana. Di Amerika papan iklan tidak musim lagi. Di kota New York ini. Iklan pun menggunakan layar LED. Jadi iklan terasa lebih hidup. ***** Merlin berjalan menyusuri koridor sekolah. Hari ini ia sengaja datang pagi-pagi ke sekolah. Merlin harus mengejar pelajarannya yang tertinggal. Karena terlalu padatnya jadwal shooting, Merlin harus sering absen tidak masuk kelas. Akibatnya Merlin harus ngebut mengrjar ketertinggalannya. Merlin harus berusaha lebih keras. Ia tidak mau, kalau sampai tidak lulus. Mau taruh di mana, kalau sampai media tau. Merlin tidak lulus, karena ke banyakan shooting. Untuk sementara, sampai Fabio datang. Merlin meminta ibunya agar menstop shooting film, ftv atau sinetron. Yang membutuhkan waktu yang lama. Karena ia akan fokus dulu dengan sekolahnya. Merlin hanya menyetujui shooting iklan atau hadir di acar talkshow saja. Selebihnya di pending sampai Merlin selesai ujian nasional. "Pagi kambing," sapa Leon sambil tersenyum lebar. Akhir-akhir ini Leon mulai sering muncul di depan Merlin. Sifat misteriusnya perlahan mmenghilang. Apa yang sebenarnya terjadi pada Leon? Kok dia bisa berubah drastis. Merlin tidak tau, kalau sifat misterius Leon ini di akibatkan. Karena penyakitnya. Makannya dulu Leon lebih suka menghindar dan bersikap misterius. Berhubung kondisi Leon sekarang semakin membaik. Engga ada salahnya buat dekat dengan Merlin lagi. Lagian jadwal operasi Leon juga akan di tentukan. Kalau dengan operasi Leon bisa sembuh. Leon langsung tancap gas. Mengungkapkan perasaannya. Ia ingin menjadi kekasih hatinya Merlin. "Masih aja di sebut kambing udah cantik kaya gini juga," protes Merlin sambil bergaya-gaya ala model. "Ya, ya ya. Ya udah sekarang ke perpus yuk! Mumpung anak-anak kutu buku belum pada kesana. Tadi gue lihat bu Lina udah buka perpus," ajak Leon. Merekapun belajar besama. Seperti biasa Leon yang menjadi gurunya. Merlin dengan otak lemotnya dan Leon dengan kesabaranya mengajarkan Merlin sampai benar-benar bisa. Sebetulnya Merlin bukannya tidak bisa. Merlin itu sebetulnya pandai. Hanya saja sekarang yang ada di otaknya hanya skenario saja. Kalau di latih terus. Mungkin nilainya akan maksimal. Yah minimal dapat delapan puluh lah seperti kemarin. "Gue pengen bisa banget bahasa Inggris. Biar ga di b**o-begoin sama orang bule," bisik Merlin di perpustakaan. Memang kalau di perpustakaan tidak boleh terlalu berisik. Kalau terlalu berisik. Bisa-bisa di usir dari perpustakaan. "Gampang itu mah. Emang elo pernah di b**o-begoin sama bule?" tanya Leon sama berbisiknya seperti Merlin tadi. "Engga. Maksud gue. Kalo gue ketemu sama bule. Gue kan bisa ngobrol gitu. Tanpa pelenga pelongo kaya orang b**o," cerocos Merlin masih dengan berbisik. "Oh gitu. Oke deh. Gue bakalan ngajarin lo," sahut Leon sambil berbisik. "Assssiiikk!!" pekik Merlin tak sengaja. Hal itu langsung mengundang para mata menatap Merlin yang sudah berisik di perpustakaan. Merlin langsung menutup mulutnya. "Maaf.. Maaf.. " bisik Merlin sambil membungkuk pada siswa-siswa yang kebetulan ada di perpustakaan. Tak lama bel tanda masuk berbunyi. Merlin di selamatkan oleh bel itu. Buru-buru ia bergegas menuju kelas. Sambil menarik Leon. "Pulang sekolah besok, elo ke rumah gue aja. Kita belajar bareng lagi," ajak Leon. Tumben biasanya juga nolak, kalau Merlin yang menawarkan ingin ke rumah Leon. Ini malah Leon sendiri yang mengajaknya. "Kenapa harus besok. Engga hari ini aja pas pulang sekolah? Lagian jadwal shooting gue ga terlalu padat hari ini. Gue cuma ada shooting iklan aja," usul Merlin. "Gue engga bisa. Gue ada perlu. Nanti deh besok gimana?" tanya Leon. Ya, Leon engga bisa hari ini. Karena hari ini jadwal Leon periksa ke dokter Tiara. Untuk menentukan jadwal operasi. "Oke. Oh iya, kelas lo dimana?" tanya Merlin. "Sebelah elo kok. Lo kelas IPA 2 kan?" Merlin mengangguk. "Gue IPA 3," ujar Leon. "Gue minta nomor hape lo dong," pinta Merlin. Tanpa banyak bicara Leon langsung mengambil ponsel Merlin yang sedang di pegangnya. Leon memasukan nomor ponselnya di ponsel Merlin. "Udah gue save nomor gue. Di hape lo. Ya udah gih cepet masuk kelas. Gawat kan. Kalo sampe lo telat. Bisa kena hukuman bu Anggi lagi," cetus Leon. Hukuman dari ibu Anggi? Leon tau dari mana? Selama ini kan gue di hukum yang tau selalu Fabio. Berarti bener. Mungkin Leon sekolah di sini. Tanpa gue tau. Leon juga tau gue di hukum sama Fabio saat gue telat masuk pelajaran ibu Anggi waktu itu, gumam Merlin dalam hati. Merlin buru-buru masuk ke dalam kelas. Syukurnya ibu Anggie belum datang. Merlin duduk di tempat biasa. Bangku sebelahnya sudah lama kosong sudah hampir sebulan, di tinggalkan oleh pemiliknya. Ya, itu adalah bangku milik Fabio. "Tumben elo engga telat, Mer?" tanya Gloria setengah menyindir. "Jangan lah. Bentar lagi ujian. Gue harus lebih disiplin lagi," ucap Merlin bersemangat. "Waaahh gue seneng liat semangat lo sekarang. Ternyata meskipu lo sekarang udah jadi artis. Elo masih mementingkan sekolah yah," puji Novia. "Iya dong. Sekolah nomor satu. Kalo bisa setelah lulus. Gue mau langsung kuliah. Gue harus bisa ngatur. Antara shooting dan kuliah," ujar Merlin. "Bagus! Gue suka. By the way, Fabio pulang kan hari ini?" tanya Gloria. "Gue engga tau. Seminggu ini dia engga ngabarin gue. Gue telepon, video call, engga di angkat di w******p di sms juga ga di balas. Males gue, kayanya dia beneran lanjut shooting film Fast Hunter yang ke tiga," jelas Merlin sedikit dongkol. "Oh jadi dia langsung shooting film Fast Hunter yang ke tiga. Keren!" puji Gloria. "Keren apanya. Orang gue suruh dia pulang kok. Malah seminggu ini dia engga ada kabar. Sebel gue!" timpal Merlin sebal. "Eh elo engga boleh gitu. Itu kan demi karirnya. Elo engga boleh egois. Jangan, jangan... Elo udah jatuh cinta yah sama Fabio?" tebak Novia. Ups! Merlin tadi malah keceplosan. Jadi membuat Novia sama Gloria curiga kan. Merlin harus ngomong apa nih? "Eeeemmm.." "Pagi anak-anak!" sapa ibu Anggi begitu masuk. Syukurlah ibu Anggi keburu datang. Kalau tidak sudah pasti Merlin di introgasi oleh si kembar. Kali ini memang lolos. Merlin harus siapkan jawaban untuk istirahat nanti. Mereka pasti akan menanyakan hal itu lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD