Chapter 18 - Kenyataan Pahit

3149 Words
Chapter 18 - Kenyataan Pahit Terlihat gedung putih yang sangat bersih. Semilir angin mengembuskan bau khas tempat ini. Campuran bau obat-obatan mulai meyelusup ke hidung. Fabio jalan dengan gontai. Ia memegang sebuah amplop coklat besar. Diremasnya amplop itu, kemudian Fabio membuangnya sembarang. Ia sangat kecewa dengan isi amplop yang baru saja, ia buang tadi. Fabio benar-benar terpukul. Fabio berjalan menuju parkiran mengampiri mobilnya, yang tertengger di lapang luas parkiran rumah sakit internasional di Amerika ini. Ia masuk kedalam mobil. Fabio tertengun sendiri. Fabio mengerjap-ngerjaapkan matanya, ia coba memejamkan matanya. Ia memutar kembali kejadian yang baru saja terjadi di dalam otaknya. "Kenapa mama engga ngasih tahu sebelumnya? Aku berhak tahu mah tentang penyakit aku. Dan hasil ini! Semua menyatakan, kalo aku harus cepat-cepat di rawat. Mama nunggu aku sampe parah?" Fabio murka pada Mitha ibunya. Mitha punya alasan kenapa tidak memberitahu hal ini pada Fabio. Fabio pasti terpukul. Dan Mitha tidak mau, kalau sampai media tahu soal ini. Bisa runyam, kalau sampai terdengar oleh media. Bisa-bisa akan ada gosip yang tidak-tidak mengenai Fabio. Bisa saja mereka mencari celah untuk menjatuhkan Fabio. Mitha selalu berhati-hati dalam bertindak. Karena ia sudah lama berkecimpung di dunia keartisan. Banyak hal yang bisa membuat namanya jadi hancur. Bahkan dari gosip murahanpun. Seorang artis akan hancur. Itulah yang Mitha tidak inginkan. Mitha harus bisa menjaga Fabio. Ia tidak mau karir anaknya hancur. Pagi ini Fabio meminta medical cek up ulang, untuk memastikan kalau hasil tes yang ia baca kemarin itu asli. Dan hasilnya masih tetap sama. Kalau Fabio, benar terkena Hemofilia. Seakan semuanya seperti mimpi. Mimpi yang tak seharunya jadi nyata. "Mama juga tahu pas kemarin kamu kecelakaan sayang. Dulu kakek kamu juga punya penyakit yang sama kaya kamu. Mungkin penyakit itu diwarisi dari kakek kamu. Maaf sayang, maaf belum bisa melahirkan kamu secara sempurna," sesal Mitha. Ternyata memang Fabio memiliki keturunan penyakit Hemofilia. Untungnya saja cepat di temukan. Jika tidak Fabio mungkin akan kehilangan nyawanya. Jika tidak sengaja mengalami pendarahan. Karena memang darahnya tidak akan berhenti mengalir, seperti manusia normal lainnya. "Apa aku akan mati juga seperti kakek?" air mata Fabio mulai keluar dari pelupuk matanya. Fabio benar-benar belum percaya sepenuhnya. Kalau Fabio sakit hemofilia. Itu artinya ia harus lebih hati-hati. Mulai sekarang, Fabio tidak boleng mengambil adegan berbahaya lagi. Kalau sampai Fabio terluka. Darahnya akan terus mengalir, bisa jadi menjadi pendarahan yang tidak bisa di hentikan. Beruntung Fabio saat itu. Ia mengalami kecelakaan di kepalanya dua kali. Tapi darahnya masih bisa di hentikan. Tapi kenapa dulu dokter tidak menceritakan hal ini pada Fabio. Apa jangan-jangan dokter hanya memberitau Mitha saja? "Ya ampun, kamu jangan bilang kaya gitu Fabio. Kita harus berusaha dulu. Kata dokter kalau kamu di rawat dengan baik-baik itu akan... " "Akan memperpanjang masa hidupkukan? Tidak menyembuhkan, " seragah Fabio. Memotong penjelasan Mitha. Ia sangat kesal denga keputusan Mitha yang sepihak. Mitha pikir, dengan menyembunyi kan hal itu dari Fabio. Bisa membuat Fabio sembuh? Tentu tidak. Justru malah memperkeruh keadaan. "Please mah, untuk kali ini. Mama harus jujur tentang kondisi aku. Kejujuran itu penting bagi aku ma. Dan satu lagi, suatu saat aku akan kasih tahu soal ini ke media. Tapi, sekarang belum saatnya. Fabio mohon mama sama Niyya tolong jaga rahasia ini," tegas Fabio. Air mata yang mengalir di pipi Fabio. Bukan hanya acting seperti biasanya. Air mata ini benar keluar, karena Fabio merasa kecewa. Fabio sanggat terguncang dengan kabar mendadak ini. Haruskah penyakit yang belum ada obatnya itu, ada di dalam dirinya? Fabio tidak bisa membayangkan. Apa yang akan terjadi padanya. Yang pasti, Fabio harus siap kehilangan karirnya. Kondisi Fabio pasti akan semakin memburuk. Komplikasipun pasti tidak akan sulit untuk di lewati. Cepat atau lambat hal itu akan terjadi. Pikirnya mulai berkelebat kemana-mana. Pasalnya Fabio tau betul soal penyakit itu. Fabio sangat bingung dengan semua ini. Semuanya begitu cepat. Seakan tak masuk akal. Apa ia akan seperti kakeknya? Fabio melihat kakeknya sangat menderita. Awalnya memang seperti orang sehat. Lama-lama sakit-sakitan, karena pendarahan selalu terjadi. Hal itu membuat organ vital kakeknya memburuk. Komplikasipun terjadi. Kakek Fabio sampai mengalami kelumpuhan. Dan setahun kemudian meninggal. Fabio merinding membayangkan hal itu terjadi padanya. Kenapa harus dia? Hal itu terus menjadi beban pikiran Fabio. Niyya yang dari tadi diam sambil menangis, hanya mengangguk saja tanpa berkata. Bertahun-tahun Niyya menjadi asisten Fabio, ia selalu merasa Fabio baik-baik saja. Fabio tidak terlihat seperti orang sakit. Malah terlihat sangat sehat dan kuat. Niyya sama terpukulnya seperti Fabio. Fabio sering shooting film action. Tapi jarang mudah kelelahan. Biasanya kalau orang sakit, pasti mudah kelelahan. Atau wajahnya pucat pasi, seperti mayat hidup. Mungkin saat ini, penyakitnya belum terlalu parah. Jadi belum ada gejala intens yang membuatnya, seperti orang yang sedang sakit. Niyya hanya beda tiga tahun dengan Fabio, sekarang Niyya sedang kuliah semester pertama dibidang entertainment. Tidak ada sedikitpun rasa suka pada Fabio. Niyya dan Fabio hanya sebatas manager dan artisnya saja. Tidak lebih dari itu. Niyya dan Fabio harus bisa profesional. Karena Niyya juga sudah mempunyai tunangan. Niyya sudah hampir dua tahun bertunangan dengan pacarnya. Mereka LDRan. Tapi Niyya masih setia menunggu pacarnya. Niyya yakin, kalau tunangannya itu juga setia padanya. Mereka selalu menjalin komunikasi setiap harinya. Agar tetap tau, kondisi dan kabar pasangannya. Dengan ini tidak ada yang akan curingaan. Tidak ada yang akan cemburuan. Karena memang selalu jujur dan berkomunikasi. Kepercayaan adalah hal yang utama, untuk menjaga suatu hubungan. Apa lagi hubungan jarak jauh seperti mereka. "Sementara jangan ganggu aku dulu. Seharian ini please aku mau sendiri dulu. Niyya tolong chancel semua jadwal shooting aku hari ini!" setelah berbicara Fabio langsung meninggalkan Mitha dan Niyya. ***** Aura berjalan di sisi pantai. Jalannya sedikit gontai, karena ia sambil menangis sesegukan. Aura telah hancur hari ini. Vito sang kekasih ternyata hanya memberikan janji palsu pada Aura. Semua yang ia bicarakan mengenai cinta. Hanya bohong belaka. Vito hanya bersikap manis di depan Aura. Seakan Vito memang benar-benar mencintai Aura. Namun ternyata semua itu terkuak sudah. Vito adalah suami dari seorang perempuan. Vito juga bapak dari dua anaknya. Vito memang sering memgobral cinta pada wanita. Khususnya perempuan muda yang sukses seperti Aura. Aura ini memang pengusaha muda yang sukses. Bisnisnya di bidang kuliner. Menjadi sorotan media masa. Semua orang puas dengan cita rasa makanan dan minuman. Hasil ciptaan Aura. Dengan pintarnya Aura membuat suatu resep yang biasa, menjadi luar biasa. Masakan rumahan yang terasa biasa saja. Dibuat menjadi unik, untuk mengundang manusia pencinta kuliner. Dengan inovasinya, membuat Aura menjadi terenal. Kreasinya sungguh menakjubkan. Sebetulnya bukan hanya Vito yang mendekati Aura. Banyak sekali lelaki lain yang ingin melamar Aura. Tapi hanya Vito yang menarik hati Aura. Sayangnya, Vito tak sebaik yang Aura pikirkan. Vito hanya memanfaatkam Aura. Ia berhasil menegruk harta Aura sedikit demi sedikit. Aura sudah tertipu oleh janji palsunya Vito. Aura melihat Vito sedang bercengrama dengan istrinya. Di sana juga ada kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Karena penasaran. Aura menghampirinya. "Hai sayang. Kamu lagi apa? Ini siapa? Kakak kamu?" berondong pertanyaan dari Aura lontarkan pada Vito. Vito yang melihat Aura datang, membuatnya terkejut. Pasalnya Aura tidak tau, kalau Vito sudah punya istri dan anak. "Maaf mbak ini siapa yah? Ada keperluan apa?" tanya istrinya Vito. Bukannya menjawab pertanyaan Aura. Vito malah mati kutu. Malahan istrinya yang bertanya pada Vito. "Ikut aku!" ucap Vito sambil menarik tangan Aura. Tapi Aura menepisnya dengan kasar. "Ada apa? Siapa wanita dan anak-anak ini? Apa semua gosip tentang kamu itu benar?" tanya Aura sambil menahan air matanya. Yang sedang berlomba ingin segera menetes. "Ada keperluan apa mbak sama suami saya?" tanya istrinya Vito. Jelas semua, ternyata wanita itu adalah istrinya. Otomatis anak-anak yang ada di hadapanya sekarang. Adalah anaknya Vito bersama perempuan itu. "Suami? Dia itu pacar saya mbak!" tegas Aura. Ia masih ingin tahu lebih lanjut. Mana tau wanita itu hanya ngaku-ngaku sebagai istrinya. "Hei pelakor! Kamu ini jangan keganjenan sama suami saya! Dia itu udah punya dua anak! Apa kamu tega merebutnya dari aku! Dasar siluman!" betak istrinya Vito. Aura yang tidak terima di sebut pelakor alias perebut laki orang, darahnya langsung mendidih. Enak aja ngecap sembarangan orang. "Kalo ngomong jangan asal mbak! Saya ini perempuan baik-baik. Mana tau saya. Kalo Vito udah punya istri. Dianya aja yang kegatelan cari perempuan lain di belakang mbak. Saya ini cuma korban mbak. Jadi jangan seenaknya," bantah Aura. Ia tidak mau namanya jelek, karena kejadian memalukan ini. Semua ini murni kesalahan Vito. "Apa bener yang di katakan perempuan ini, Vito?" tanya istrinya Vito. Vito hanya bisa diam. Dia membisu seketika. Diam seribu bahasa. Bagaimana tidak. Vito sudah tertangkap basa oleh istri dan pacar selingkuhannya. "Ayah Vito jawab!" betak istrinya Vito. Namun Vito masih tak bergeming. "Semuanya sudah jelas kan mbak? Baiklah, Vito! Hubungan kita sampai di sini!" bentak Aura sambil meninggalkan Vito. Tapi Aura malah balik lagi. Aura melepas cicin yang melingkar di jari manisnya. Lalu ia berikan pada Vito. "Ini. Terimakasih atas janji palsu kamu selama ini!" ucap Aura. PLAK! Aura menampar Vito dengan keras. Tak lupa ia juga menyirap Vito dengan air minum, yang ada di meja Vito. Istrinya Vito terkejut dengan kejadian yang ia lihat. Ternyata benar, suaminya telah berkhianat. Rasa sakit hati mulai menyelinap kerelung hati Aura. Bodoh sekali Aura, sampai bisa termakan tipu daya lelaki buaya seperti Vito. Syukurnya Aura Iya bertunangan sama Vito. Kalau sudah menikah, beda lagi urusannya. Aura terduduk di pasir putih pantai. Hari ini ia sangat mengkhawatirkan. Hatinya hancur karena telah di tipu oleh Vito. Harusnya ia tidak boleh segampang itu, termakan janji-janji palsu Vito. "Terimakasih Vito, karena kamu sudah memberikan aku janji palsu," katanya lagi. Aura menyeka air matanya dengan kasar. Setelah itu ia pergi dari pantai. Dengan hati yang hancur. "CUT! Bagus Aura! Eh Merlin. Kamu emang keren," puji pak Bowo sang sutradara. "Trimakasih pak," ucap Merlin. "Saya kira kamu tidak bisa main di film ini. Karena genrenya romance. Debut film pertama kamu kan, drama action. Ternyata kamu hebat juga. Dan yang lebih hebatnya. Kamu bisa bermain dengan Fabio sebagai peran utama," puji pak Bowo lagi. Merlin hanya bisa tersenyum samar. Ya, semua ini berkat Fabio. Bukan berkat Merlin sendiri. Karena Fabio, Merlin di banjiri shooting. Setiap hari ada saja yang menawarkan kontrak, untuk sebuah film, iklan atau sekada endors saja. Miris sebetulnya. Semua itu atas nama Fabio. Kadang Merlin suka sebal. Karena mereka terus membawa nama Fabio di akhir pujian mereka. Engga usah di kasih tau juga Merlin udah tau kok. Semua ini berkat Fabio. Mana mungkin artis figuran yang ga ada apa-apanya, seperti Merlin. Bisa naik dengan cepat, menjadi peran utama di suatu film. Merlin terus menggubris rasa dengkinya pada Fabio. Karena memang itu bukan salah Fabio. Merlin sendiri kok yang meminta Fabio. Untuk membantunya jadi artis. Malah saran dari ibunya agar Merlin dekat dengan Fabio, supaya bisa dengan cepat jadi artis. Akhirnya tercapai juga bukan. "Oke, kita break dulu yah!" seru pak Bowo pada semua crew. "Acting lo lebay banget sih. Maklumlah masih amatiran," sindir Reino. Ternyata ia engga ada kapok-kapoknya menganggu Merlin. Kayanya Reino tidak takut dengan ancaman Merlin semalam. Merlin tersenyum kecut, "Engga salah denger gue. Ya, ya, ya, gue tau kok gue masih amatiran. Mendingan amatiran. Dari pada tukang nyogok macem lo!" sindir Merlin mantap. "Oh iya satu lagi. Ternyata karakter peran utamanya cocok ko sama lo. Yang tempramen dan suka maksa cewek!" ucapan Merlin membuat Reino bungkam. Tapi Reino tetap tak bisa tinggal diam. Harga dirinya sudah di coreng oleh Merlin. Tangan Reino sudah melayang di udara. Sayangnya hanya melayang di udara. Tangannya tidak berhasil medarat di pipi Merlin. Tidak semudah itu bisa menampar Merlin. "Lepasin tangan gue!" perintah Reino. Ia terus mencoba melepaskan tangannya, dari cengkrama Merlin. "Jangan kasar lo sama cewek! Udah gue bilang. Gue ini bukan cewek lemah. Yang bisa elo b**o, begoin. Gue itu cewek tangguh! Faham lo!" bentak Merlin. Reino tidak mau berhenti sampai di situ. Ia tidak perduli dengan perkataan Merlin. Reino mengankat tangan yang satunya lagi. Untuk menampar Merlin. Tapi usahanya yang kedua kalinya, gagal tidak berhasil. Merlin malah menggunakan teknik judo. Membanting lawan. Buk! Reino terbanting ke lantai. Ups! Merlin saja terkejut dengan dentuman yang tercipta tadi. Hal itu mengundang Laras dan pak Bowo menghampiri Merlin dan Reino. Reino masih meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya. "Ada apa ini? Kalian sedang apa?" tanya pak Bowo. "Merlin kenapa kamu banting Reino?" tanya Laras. Mereka membantu Reino untuk berdiri. "Aku engga apa-apa kok. Tadi aku minta Merlin ajarin aku judo. Awalnya aku engga percaya, tapi aku paksa Merlin buat memperlihatkan teknik banting judo," bohonh Reino. Sudah ketebak sih. Dia pasti tidak akan jujur. Malu juga kalau sampai ketauan di hina dan di rendahkan harga dirinya oleh Merlin. "Benar apa yang di ucapkannya Merlin?" tanya Laras mencari kepastian. Mana yang benar, mana yang salah. Merlin hanya mengangguk. Ia tidak mau memperpanjang masalah ini. Karirnya baru saja bersinar. Jangan sampai kejadian ini. Mempengaruhi karirnya Merlin, sebagai artis pendatang baru. Merlin kemudian meninggalkan Reino, Laras dan pak Bowo. Rasanya muak melihat wajah silumannya Reino. Dia selalu cari muka di depan pak Bowo. Pengen rasanya Merlin bejek-bejek wajahnya Reino. Sayangnya Merlin masih membutuhkan pekerjaannya. Kalau tidak, Reino udah habis. Jadi prekdel oleh Merlin. Merlin duduk di ruang kostum artis. Ia menatap wajahnya. Merlin memperhatikan wajahnya secara mendalam. Pantas kah gue jadi artis? Semua ini memang berkat Fabio. Gue bisa masuk ke dunia entertainment, karena dorongan sama Fabio. Fabio sudah berjasa dalam karir gue. Gue benar-benar harus menerima cinta dia. Sampai sekarang, kenapa Fabio belum ngehubungi gue. Kemana aja dia? Apa bener dia kena hemofilia? tanya Merlin dalam hati. Merlin memang belum mendapatkan jawaban dari Fabio. Mengenai penyakit hemofilia yang ia dengar, saat terakhir video call dengan Fabio. Merlin berharap sih itu hanya prank. Engga harus jadi nyata. Kasian Fabio, kalau semua itu benar. Merlin mencoba untuk menghubungi Fabio. Beberapa hari ini memang Fabio sulit di hubungi. Kompak dengan Niyya, ia juga selalu sulit untuk di hubungi. Video call Merlin terus-terusan di riject Fabio. Tapi Merlin tidak mau menyerah begitu saja. Jika video call tidak berhasil. Merlin memutuskan untuk menelepon Fabio. Masih saja tidak di angkat. Malah terus di riject. Dan sampai pada akhirnya.... Telepon di jawab. ******** Saat dunia seakan runtuh, hancur berkeping-keping. Merobek hati tak perduli, menyayat luka semakin dalam. Bercumbu dengan kesunyian, keheningan dan nestapa memelukku. Angin pagi pun seakan menusuk jantungku. Menggetarkan jiwaku. Bolehkah aku sematkan kata rindu padanya Tuhan? Kamu adalah rasa sakit yang membasuh lukaku. Rasa sakit yang membuatku tersenyum. Rasa bahagia yang belum aku gapai. Tuhan, apakah cinta seumit ini? Apakah cinta sekejam ini? Apakah cintanya tidak bisa kumiliki? -Fabio Gunawan- Sedari tadi Fabio hanya diam di dalam kamarnya. Ia sengaja mengunci pintu kamarnya. Fabio benar-benar tidak mau di ganggu. Layar ponsel bergetar sejak tadi. Beberapa panggilan masuk dari berbagai macam kontak. Namun sang pemilik ponsel enggan untuk meliriknya. Ia masih terpaku duduk di ranjang megahnya. Tatapanya nanar, matanya memerah, wajahnya terlihat lusuh. Amarah dan kesedihan telah menyelimuti hatinya. Kali ini ia tidak mau diganggu oleh siapapun. Sekalipun ada beberapa kali orang mengetuk pintu kamarnya. Tapi itu pun ia tak menggubrisnya. Lelah menemani tubuhnya, jiwanya seakan kosong tak terisi. Perlahan ia lirik ponselnya yang sedari tadi ia acuhkan. Dilayar ponselnya muncul nama Merlin. Dengan ragu ia matikan. Muncul lagi, dan dimatikan lagi. Setelah beberapa kali ia matikan. Fabio akhirnya memutuskan, untuk menggapai ponselnya. Kemudian menelepon balik Merlin. "Hallo," "Heh! Elo itu kemana aja sih? Gue video call, ampe keriting nih tangan. Malah lo riject terus. Kalo lagi shooting seengganya lo bilang ke gue, jangan kaya gini. Kan gue jadi parno. Bertanya-tanya elo kenapa? Fabio, elo engga apa-apa kan?" rempet Merlin cerewet seperti biasa. Tidak tau apa. Kalau Fabio sedang sedih. "Maaf," singkat Fabio. "Maaf, maaf gue kesel tahu!" Merlin merasa ada yang aneh dari Fabio. Sejak tadi ia mengomel, tapi Fabio tidak ada respon. Hanya kata 'Maaf' yang meluncur dari mulutnya. "Kamu baik-baik ajakan Fabio? Kamu lagi apa?" lagi-lagi tidak ada respon. "Fab, are you ok?" "Bilang sama aku, kalo kamu cinta sama aku," ucap Fabio. Merlin tersentak dengan ucapan Fabio. Merlin bingung harus jawab apa. "Emm.. Sabar dong Fabio. Kamu kenapa sih?" eh malah itu yang Merlin ucapkan. Bukannya iyakan saja pertanyaan Fabio. Harus nunggu apa lagi coba Merlin? "Oke, bye!" Tut. Tut. Tut. Telepon terputus. Fabio melempar ponselnya. Ponselnya terpelanting jauh membentur tembok kamarnya. Ponselnya hancur berantakan. "Aaaaaaaggghhh!!!!" teriak Fabio kesal. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Semua yang ia lakukan seakan selalu salah. Fabio benar-benar frustasi. Disisi lain Merlin terpaku. Sebenarnya apa yang terjadi pada Fabio? "Fabio kenapa yah? Apa gue harus kesana nyusul dia? Jangan-jangan Fabio beneran kena Hemofilia. Ya ampun! Engga! Semoga Fabio bener baik-baik aja!" Merlin berbicara sendiri. Kenapa akhir-akhir ini. Banyak kejadian aneh dalam hidup Merlin. Pertama Fabio datang sebagai seorang aktor muda terkenal. Ia bertemu dengan Fabio dengan cara yang mealukan. Tapi Fabio malah senang atas kejadian pertama kali bertemu. Hal itu justru membuat Fabio jatuh cinta pada Merlin. Aneh bukan? Kedua, Merlin menjadi artis dengan begitu cepat. Semua ini atas rekomedasi Fabio. Meski sebal karena semua melihat Merlin karena Fabio. Tapi tak apa-apa. Karena semuanya memang benar. Fabio lah yang paling berjasa dalam hidupnya. Debut pertamanya suskes besar. Berkat film Lexi bersama Fabio. Sekarang film keduanya yang berjudul Janji Palsu juga. Sudah kelihatan cerahnya. Banyak fansnya Merlin, menunggu film itu tayang. Sebetulnya Merlin malah satu freame sama cowok siluman macam Reino. Dia seperti bunglon. Yang bisa berubah baik di depan media. Tapi di balik semua itu. Sifatnya sangat minus. Reino itu tipe pemaksa, tempramental dan suka merendahkan orang lain. Menghina orang lain. Tanpa di pikir yang di hinanya sakit hati. Juga suka main kasar. Reino itu sangat ringan tangan. Untuk saja Merlin selalu berhasil mencegah Reino. Untuk menyakitinya. Itulah fungsi bisa bela diri, untuk cewek. Karena bisa melindungi di saat cowok mulai senaknya. Pada seorang cewek Ketiga, Leon dari masa lalunya datang kembali. Masih betah dengan statusnya sebagai cowok misterius. Dan Merlin masih penasaran pada Leon. Leon yang dulu pernah mengisi hatinya. Leon yang menjadi penghalang Fabio, untuk masuk kedalam hati Merlin. Leon yang masih betah jadi misterius. Padahal Merlin selalu mencari tahu soal Leon. Tapi tidak pernah berhasil. Malah pernah kena marah Leon karena terlalu kepo, tentang masalah hidupnya Dan yang ke empat, terakhir. Fabio dinyatakan sakit hemofilia. Itu masih menjadi misteri. Karena Fabio masih gantung menceritakan hal itu. Ada kebohongan dari sorot matanya. Ketika Fabio bilang semua itu hanya prank. Merlin memang berharap itu benar-benar prank. Karena Merlin tak mau Fabio menderita dengan penyakit itu. Tapi jika itu semua benar. Kenapa Fabio harus menyembunyikan hal itu dari Merlin? Apa ia sengaja berbohong, bilang kalau itu hanya prank. Padahal yang sesungguhnya itu adalah kenyataan. Merlin hanya berharap, kalau Fabio benar baik-baik saja. Semua kejadian itu terjadi sangat cepat. Bahkan dalam hitungan minggu. Hidupnya yang dulu datar-datar saja, saat Leon meninggalkan Merlin ke Jepang. Mendadak menjadi ramai dan penuh tanya. Hidupnya kembali menjadi hidup. Tapi anehnya jadi banyak misteri yang belum terpecahkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD