Chapter 25 - Belajar di Rumah Leon

3151 Words
Chapter 25 - Belajar di Rumah Leon Leon sudah menunggu Merlin sekitar dua puluh menit lebih di depan perpustakaan. Tapi Merlin sampai sekarang belum terlihat batang hidungnya juga. Kenapa juga harus nunggu di depan perpustakaan? Kan kelas mereka sebelahan. Dasar Merlin aneh-aneh saja. Leon juga pake acara nurut segala. Apa gue susul Merlin ke kelasnya aja yah? Udah lama juga gue nunggu. Masa iya, Merlin lupa kalo kita janjian di depan perpus. Gue WA juga engga aktif hapenya. Mungkin karena ujian. Dia jadi matiin hapenya. Ya udah deh gue samperin dia aja ke kelasnya, gerutu Leon dalam hati. Saat Leon akan melangkah menuju kelas Merlin. Orang yang di tunggu akhirnya datang juga. Wajahnya terlihat sangat berseri. Sepertinya ia sedang senang sekali. Merlin dari tadi pagi memang sangat bersemangat. Mungkin karena dia sedang jatuh cinta. Maka aura positif di dalam dirinya terus memancar dari dalam dirinya. Jadi bawaannya ingin tersenyum terus-terusan. "Hai Leon! Maaf telat, tadi gue ngobrol dulu bentar sama sobat gue. Ampir aja kelupaan gue ada janji sama lo. Hehehe maaf yah gue telat," sesal Merlin sambil cengengesan. "Iya, engga apa-apa. Pasti keasikan ngobrol sama si kembar yah? Oh iya mereka apa kabar?" tanya Leon. Sebetulnya tadi Merlin pacaran dulu sama Fabio. Masa iya Merlin harus bilang itu sama Leon? Kan mereka sudah sepakat mau menyembunyikan hubungan mereka di depan semua orang. Kecuali si kembar sih. Karena mereka memang sudah tau. "Mereka baik kok, Leon. Emangnya elo belum ketemu mereka?" tanya Merlin. Leon menggelengkan kepalanya. "Kebangetan lo, sama temen sendiri engga mau di temuin. Lo juga kemaren gitu. Dua taun ilang. Ternyata kelas lo ada di samping gue. Rese lo! Pasti kalo gue kebetulan lewat. Lo ngumpet kayanya," tebak Merlin menerka-nerka kelakuan sahabatnya ini. Leon tersenyum kecut. "Hahaha tau aja," singkat Leon. Leon memang bersembunyi, bersembunyi bukan pas Merlin lewat kelasnya. Tapi bersembunyi di rumah sakit gara-gara penyakitnya. Dan ternyata hal itu malah malpraktek. Sebel kan jadinya. Kalau saja waktu itu Leon tidak di pasang alat dan mesin itu. Mungkin sekarang, Merlin sudah menjadi miliknya. "Ya udah yuk! Kita ke rumah gue!" ajak Leon. "Pake mobil gue apa mobil lo?" tanya Merlin. "Pake yang elo aja. Kebetulan kakak gue ada kuliah. Jadi engga bisa jemput gue," usul Leon. "Oke deh. Gue apa elo nih yang nyetir?" tanya Merlin lagi. "Lo aja deh Mer, gue lagi males nyetir hehehe," sahut Leon sambil nyengir kuda. "Haha oke." Sebetulnya Leon belum berani nyetir sendiri lagi. Sudah lama sekali dia tidak menyetir semenjak kondisi jantungnya yang memburuk. Leon selalu ada di sebelah kursi pengemudi, kalau naik mobil. Leon masih takut tiba-tiba kena serangan jantung pas nyetir. Dulu juga pernah seperti itu. Untungnya bisa di tahan sampai rumah. Semenjak itu Leon belum di perbolehkan nyetir mobil lagi. Leon dan Merlin memasuki kawasan perumahan elit di Jakarta Selatan. Nampaknya sudah tidak asing bagi Merlin. Ia sudah sering banget ke sini. "Ini kemana lagi nih?" tanya Merlin. "Depan belok kanan. Udah deh sampe," instruksi dari Leon. Mengarahkan Merlin ke rumahnya. Akhirnya Merlin berhenti di depan rumah Leon. Pagar hitam yang menjulang tinggi. Menyambut kedatangan mereka. "Ini rumag lo?" tanya Merlin. Leon mengagguk tanpa berkata. Merlin malah menpok jidatnya yang tidak bersalah. "Ya ampun. Ternyata selama ini rumah lo di sini? Cuma beda empat blok aja dari rumah baru gue. Gue baru pindah minggu lalu di blok F. Gue sering banget lewat sini. Ternyata rumah lo di blok B," cerocos Merlin mengomel pada Leon si misterius. "Hahaha. Wellcome to my sweet home my friend," ucap Leon sok Inggris-Inggrisan. Eh engga apa-apa deh. Kan Leon juga turunan California-Amerika. Lucu yah Leon ini. Ayahnya dari Jepang. Ibunya California-Amerika. Lahir di Australia. Besar di Indonesia. Mantap. Bule campur aduk namanya. Haha. Mereka masuk ke dalam rumah Leon yang sangat luas. Di blok B memang banyaknya rumah besar mewah, tanpa penghuni aslinya. Yang punyanya biasanya sibuk bekerja di luar negeri. Atau hanya sekadar malam saja adanya. Untuk tidur beristirhat. Selebihnya yang kenyang tinggal di rumah adalah pembantunya. Sayang sih rumah besar. Tapi yang kenyang tinggal di rumah, hanya pembantunya. Rumah hanya di jadikan barang koleksi kemewahan mereka. Dasar orang kaya. Bisanya koleksi saja. Menimbun harta, tapi kadang sulit buat berbagi. "I am home, bu," teriak Leon saat masuk ke dalam rumah. Bu? Maksudnya ibunya? Berarti di rumahnya sedang ada ibunya Leon? Duh malu gue. Tar di sangkanya apaan. Mau maunya maen ke rumah cowok. Tar nyokap Leon nganggap gue yang engga-engga lagi, gerutu Merlin dalam hati. Pikirannya mulai kacau ke mana-mana. Soalnya Merlin juga belum pernah bertemu orang tuanya Leon. Boro-boro ketemu. Mau liat fotonya aja di dalam ponsel Leon. Leon malah tidak mengizinkan. Sekarang mau ketemu? Semoga ibunya Leon engga galak. Pikir Merlin. "Eh sayang kamu udah pulang. Emmhh terus ini siapa?" tanya Elizhabeth. Soalnya baru kali ini Leon membawa seseorang ke rumahnya. Karena biasanya Leon lebih suka sendirian. Di banding kumpul-kumpul berasam teman-temannya. Leon merasa berbeda dengan mereka. Maka Leon berpikir untuk menjauh. Mungkin akan lebih baik. Karena kalau mereka dekat dengan Leon. Sudah pasti akan banyak di repotkan oleh Leon. Karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh. Leon tidak mau di anggap lemah oleh teman-temannya. Tak apa di sebut penyendiri oleh teman-temannya. Asal jangan di bilang lemah. Meskipun sebenarnya Leon memang lemah. "Ini Merlin, bu. Sahabat aku. Dan Mer, ini ibu aku. Namanya Elizhabeth," Leon memperekenalkan mereka satu sama lain. Mereka saling berjabatan tangan berkenalan. "Oh ternyata ini Merlin yang suka kakak kamu ceritain ke ibu," sindir Elizhabeth. "Sahabat? Bukannya calon pacar?" Sontak ucapan Elizhabteh menggundang Leon, untuk memelototinya. Ya ampun. Ibu malu-maluin aku banget sih. Pasti kak Dewanti nih yang bocorin semua tentang Merlin ke ibu. Rese nih kak Dewanti! Dumal Leon dalam hati. Merlin tersipu malu mendengar ucapan Elizhabeth. Sebetulnya apa saja yang di bicarakan kakaknya Leon dan Leon kepada Elizhabet. Merlin jadi bertanya-tanya. Semoga saja bukan hal buruk. "Hahaha, ya udah ayo Merlin masuk," ajak Elizhabeth memecahkan kecangungan Merlin. Elizhabeth sudah menyiapkan makan siang di meja makannya. Berhubung sedang ada tamunya Leon. Sekalian saja, Elizhabeth ajak Merlin. Pasti mereka lapar. Mereka kan, baru saja pulang sekolah. Selesai mengerjakan ujian nasional di hari pertamanya. "Ayo makan dulu yah. Tante udah masak banyak. Sayang kalau sampai sisa. Yuk makan!" ajak Elizhabteh. Merlin dan Leon duduk di meja makan yang cukup besar. Meja makan yang luas, persis meja makan di drama-drama Korea. Sangat besar dan elegan. Merlin meneguk salivanya perutnya langsung meronta minta di isi. Makannya sangat banyak. Yang pastinya akan sangat enak. Tapi mana mungkin Merlin kalap memakan semuanya di depan ibunya Leon. Kan malu, baru juga hari ini pertemuan pertama. Eh udah malu-maluin gara-gara kalap makan. Lebih baik Merlin makan seadanya aja deh. Nanti sepulang dari rumah Leon mau mampir rumah makan dulu. Biar Merlin bisa makan sepuasnya. Kalau di rumah sudah pasti tidak mungkin. Karena ada Laras yang mengawasi dan mengatur porsi makanan yang harus Merlin makan. "Ayo di makan, Mer. Jangan di liatin aja!" timpal Leon. Merlin yang sedang melamun langusng respek mengambil makanan yang ada di hadapannya. Merlin benar-benar ingin melahap semuanya. Tapi Merlin harus ingat ada Elizhabeth sedang makan bersamanya. "Elo kalo mau nambah. Tinggal nambah aja. Engga usah sungkan sama ibu. Ibu malah seneng, kalau makanan yang ibu masak habis," ujar Leon menyebalkan. Tau saja apa yang di pikir kan oleh Merlin. Mau nambah tapi malu. "Iya, engga apa-apa tambah saja, Mer. Kamu juga Leon tambah lagi makannya. Kalian pasti cape udah ngerjain soal ujian," ibunya Leon ini ternyata sangat baik. Merlin kira orang California-Amerika. Akan jutek, judes gitu. Dan ternyata pemikirannya salah. Justru ibunya Leon sangat baik dan wellcome. "Iya tante terimakasih," sahut Merlin sedikit canggung. Ia megambil lagi makanan yang ada di meja makan secukupnya. Merlin harus menahan diri. Namun tiba-tiba Leon menambahkan beberapa lauk pauk lagi ke piring Merlin. Sepertinya Leon sengaja, agar Merlin makan lebih banyak. Leon sangat tau porsinya Merlin. Sejak tadi Leon memang memperhatikan porsi makanan Merlin. Leon tau, pasti Merlin malu. Kalau ia makan banyak di depan ibunya. "Makanan yang sudah ada di piring harus di habisin loh. Ibu paling tidak suka. Ada makanan yang tersisa. Iya kan bu?" tanya Leon pada Elizhabeth. Leon memberikan kode pada Elizhabeth, agar mengiyakan ucapan Leon tadi. "Iya bener kata Leon. Kamu engga usah sungkan di depan tante. Tante malah seneng, kalau sampai makanannya habis," dukung Elizhabeth. Ia tidak mau Leon kecewa karena tidak mengiyakan kodenya. Asalkan Leon senang, Elizhabeth akan melakukannya. Mereka makan dengan nikmat. Merlin sangat menikmati makanan buatan ibunya Leon ini. Sangat lezat dan nikmat. Seperti masakan koki bintang lima. Bikin perut Merlin nagih terus. Leon benar-benar jahil. Setiap piring Merlin mulai habis. Ia tambahkan lagi sedikit nasi dan beberpa lauk pauk kedalam piringnya Merlin. Sampai membuat Elizhabeth tersenyum melihat tingkahnya Leon yang sedang ngerjain Merlin. Merlin malu sih sebenarnya. Tapi apa mau di kata. Sayang juga makananya kalau sampai engga di makan. Jadi ia menyingirkan egonya. Agar tidak malu makan banyak di depan ibunya Leon. Akhirnya makan siang selesai. Semua makanan di meja tandas habis tak tersisa. Padahal tadi Elizhabeth masak lumayan banyak. Tidak menyangka akan habis ludes seperti ini. Tadi sebelum pulang sekolah. Leon sempat memberikan kabar pada Elizhabeth. Kalau temanya akan datang. Elizhabeth di minta Leon, agar masak lebih banyak dari porsi biasa. Demi menemani Merlin makan, Leon rela nambah tiga kali. Tentunya dengan porsi yang lebih sedikit di bandingkan Merlin. "Mer, gue ganti baju dulu yah. Engga enak, kalo di rumah pake seragam. Elo sama ibu dulu, yah. Tenang ibu aku engga gigit kok! Hahahha," Leon tertawa girang. Setelah itu dia ngacir kabur ke kamarnya. Leon ke kamarnya untuk ganti baju. Sementara Merlin di ajak oleh Elizhabeth ke ruang keluarga. "Kamu sudah lama bertema dengan Leon? " tanya Elizhabeth memulai percakapan mereka. "Lumayanlah tante. Mungkin ada dua sampe tiga tahunan," sahut Merlin. "Lumayan lama juga yah. Kamu tau, ini pertama kalinya Leon ngajak seorang temannya ke rumah. Padahal dulu dia sangat pemalu dan selalu menyendiri. Ternyata temannya yang dateng itu. Seorang aktris muda terkenal. Kamu Merlin Camira itu kan? Tante nonton film kamu yang judulnya Lexi itu loh," cerocos Elizhabeth bercerita tentang Leon. "Jadi malu film aku di tonton tante. Itu film fantasi tante. Kalau kata aku sih itu engga masuk akal. Tapi terimakasih banget, karena tante udah nyempetin nonton film aku," Merlin berterimakasih pada Elizhabeth. "Engga apa-apa. Tante suka kok. Malah tante nunggu film kedua kamu. Yang judulnya apa ya?" Elizhabeth mencoba mengingat-ingat judul filmnya. "Janji palsu, tante," jawab Merlin. Menjawab kebingungan Elizhabeth. "Iya benar yang itu. Katanya kamu mau shooting lagi bareng Fabio yah? Tante jadi engga sabar buat nonton film-film kamu lagi, tante ini termasuk fans kamu loh!" ucap Elizhabeth sangat antusias pada film yang di bintangi Merlin. Ternyata ibunya Leon termasuk fansnya Merlin. Ia jadi malu. "Aduh tante. Makasih banyak loh. Sampe ngefans segala sama aku. Aku kan baru artis pendatang baru, kualitas acting aku. Belum ada apa-apanya di bandingkan dengan artis senior lainnya," Merlin merendah, ia tidak mau terlihat sombong oleh ibunya Leon. "Mer, tante boleh minta sesuatu dari kamu?" tanya Elizhabeth dengan wajah serius. Suasana kembali menjadi tegang, karena Elizhabeth mendadak bertanya seperti itu. "Minta apa tante?" tanya Merlin penasaran. "Mer, Leon itu orangnya penyendiri. Tapi sejak kenal sama kamu. Dia udah mulai mau curhat sama tante. Jadi kamu janji yah. Jangan pernah ninggalin Leon," pinta Elizhabeth. Kok malah itu yang keluar sih. Seharusnya aku meminta Merlin, agar ia bisa jadi pacar Leon. Leon pasti seneng banget kalau mereka sampai pacaran, gumam Elizhabeth. "Siap tante. Tante tenang aja. Aku engga akan pernah ninggalin Leon. Asal Leonnya sendiri aja nurut. Engga tiba-tiba mesterius lagi kaya kemaren," adu Merlin. "Hahaha dia itu memang misterius, Mer. Bukan hanya ke kamu. Dia juga misterius di depan ibunya. Oh iya. Kata Leon kamu suka Jepang yah? Ayahnya Leon asli orang Jepang," ujar Elizhabeth, ia seneng karena Merlin bisa masuk dalam kehidupan anaknya Leon. "Pasti Leon pernah cerita ya, sama tante. Aku memang suka negeri bunga sakura itu. Merlin ingin sekali ke sana. Bukan hanya dalam mimpi saja Merlin ke sana. Tapi mau gimana lagi tante, memang pekerjaan yang membuat Merlin tidak bisa pergi ke sana," Merlin malah curhat sama ibunya Leon. Habisnya bawaannya nyaman sekali ngobrol sama ibunya Leon. "Apa yang kamu suka dari negara itu, Mer? Sampai di jadikan negara impian kamu pula," tanya Elizhabeth penasaran. "Aku suka semuanya tante. Engga tau kenapa hehehe," jawab Merlin sambil cengengesan. "Ya udah nanti, kalau kami pergi ke Jepang lagi. Kamu ikut yah bareng tante," ajak Elizhabeth. Merlin senang sekali banyak yang mengajaknya, untuk pergi ke Jepang. Semoga saja ada waktunya. Semoga juga Fabio bisa merayu sutradara Yeni. Agar mau menggunakan setting di Jepang. Jadi di sela shooting. Merlin bisa pacaran dulu di Jepang bareng Fabio. "Lagi ngomongin apa sih asik banget? Ngomongin aku yah?" tanya Leon kegeeran. Ia baru saja selesai berganti baju. "Kepedean kamu. Orang ibu lagi ngomongin filmnya Merlin. Iya kan Mer?" timpal Elizhabeth. Merlin mengangguk. Mengiyakan pertanyaan ibunya Leon. "Ya udah yuk belajar. Engga akan selesai-selesai. Kalo ngobrol sama ibu. Kita harus belajar buat materi ujian besok. Besok ujian bahasa Inggris. Nih gue udah siapin semuanya. Bahan-bahan untuk ujiannya berupa latihan soal, kuis. Cerita untuk Reading. Dan aku juga udah siapin buat listening," ajak Leon. Ia benar-benar sudah mempersiapkan semuanya. Seperti sebelumnya sudah di atur oleh Leon. "Ya udah sana belajar. Ibu siapin camilan dulu yah buat kalian. Abis belajar pasti akan lapar lagi," ujar Elizhabeth. "Engga usah tante. Tadi kan baru makan," tolak Merlin. Ia tidak mau merepotkan lagi Elizhabeth. "Udah biarin aja, Mer. Camilan yang ibu buat enak-enak loh!" puji Leon. Alamat bakalan gagal diet nih Merlin. Kalau di suguhkan makanan yang enak-enak terus. Dan makan dalam porsi banyak. "Ya udah yah, tante ke belakang dulu yah, Mer," pamit Elizhabeth. Kemudian ia pergi ke belakang untuk menyiapkan camilan. Merlin mencubit Leon. "Aaaaww!" pekik Leon. "Sakit tau!" protesnya. "Habis elo malu-maluin gue di depan nyokap lo. Gue tau maksud lo baik, biar buat gue kenyang. Tapi kan gue malu kali sama nyokap lo. Jaim dikit ke, ini malah kalap makannya. Sampe tadi makanan di meja, tandas tidak tersisa!" protes Merlin. "Hahahaa santai aja kali, Mer. Ibu malah seneng sama orang yang doyan makan. Gue kan termasuk yang susah makan. Pad ada lo, gue jadi ikut nafsu makan. Abis ngeliatin lo makan. Kayanya enak banget deh," tanpa rasa bersalah Leon berbicara seperti itu. "Rese lo! Nyebelin!" dumal Merlin. "Udah. Udah. Jangan banyak protes! Kapan belajarnya. Kalo elo protes terus," bantah Leon. Akhirnya mereka belajar juga. Merlin mulai belajar bahasa Inggris bersama Leon. Seperti biasa guru Leon harus sabar, menghadapi murid Merlin yang kadang susah mengerti. ******* Tidak terasa senja mulai menapakan wajahnya. Langit yang biru cerah berubah menjadi kuning keemasan. Siang kini akan berganti dengan malam hari. Merlin dan Leon selesai belajar bahasa Inggris hari ini. Lumayan cukup melelahkan. Ternyata tidak sesulit yang Merlin pikirkan. Jika sudah bisa menemui cara untuk menghafal bahasa Inggris. Terasa lebih mudah ternyata. Merlin harus bisa menguasai bahasa Inggris demi karirnya, kedepannya. "Biar gue anter elo ke rumah yah. Rumah lo di blok F kan? Itu mah deket," Leon menawarkan diri mengantar Merlin. "Engga usah. Gue kan bawa mobil sendiri. Entar malah bolak balik jadinya. Kalo elo anterin gue. Terus sampe rumah gue, karena elo engga bawa kendaraan gue anterin lo lagi ke rumah. Gitu aja terus. Kan engga selesai-selesai. Hahha," Merlin ngakak membayangkan hal itu, kalau sampai terjadi. "Udah deh. Lo hati-hati yah. Kapan-kapan gue boleh yah main ke rumah lo. Sekalian belajar bareng lagi aja," usul Leon. "Ayo! Besok aja gimana? Eh tapi entar deh gue cek jadwal gue," Merlin sudah seperti pejabat saja. Banyak acaranya. Artis yang baru naik daun sih. Pantas kok kalau Merlin sesibuk itu. Setelah pamit pada pada ibunya Leon. Merlin pulang meninggalkan rumah Leon. Ia harus cepat-cepat sampai rumah. Soalnya jam tujuh ada pemotretan. Kemudian lanjut talkshow setelah pemotretan selesai. Merlin menjalankan mobinya menuju rumahnya. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di depan rumahnya. Karena memang jarak dari rumah Leon ke rumah Merlin hanya beda empat blok saja. Merlin menyipitkan matanya. Ia melihat mobil Fabio sudah ada di depan rumahnya. Merlin langsung memberikan tanda dengan mengklakson mobilnya. Fabio langsung membuka jendela mobilnya. Sambil tersenyum ke pada Merlin. "Aku masukin mobil ke dalam rumah dulu yah. Mobil kamu mau di masukin juga ga?" tanya Merlin. "Engga usah di sini aja!" jawab Fabio dengan sedikit teriak. Takutnya karena jarak, jadi suara mereka tidak terdengar, jadi mereka sedikit di tinggikan suaranya. Merlin memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Setelah itu ia menghampiri Fabio yang masih berada di dalam mobil milik Fabio. Ada apa Fabio datang? Apa Fabio sudah menunggu sejak tadi? Kenapa Fabio hanya menunggu, tidak menghubungi Merlin. Kalau ia sedang menunggu. Merlin masuk ke dalam mobil Fabio. "Kenapa engga masuk aja sih sayang? Di rumahkan ada Meylia. Lagian kenapa engga telepon atau kabarin mau ke rumah?" berondong pertanyaan Merlin lontarkan, untuk Fabio. "Udah kok. Aku udah ngabarin kamu. Hape kamunya aja yang engga aktif. Aku pikir kamu pasti lagi sibuk shooting. Makannya aku nunggu di sini aja," jelas Fabio. Merlin menepuk jidatnya yang tak bersalah. Ia langsung merogoh tasnya, untuk mencari ponselnya. "Hape aku habis batre kayanya, Fab. Maaf yah kamu udah nunggu aku lama banget," sesal Merlin. "Ya udah engga apa-apa kok sayang. Habis shooting dari mana tadi?" tanya Fabio. "Engga shooting kok. Tadi aku belajar bareng sama temen aku. Kamu tau kan aku memang lemah di akademik. Apalagi besok ujian bahasa Inggris," keluh Merlin. "Oh abis belajar sama si kembar yah. Kalo buat belajar bahasa Inggris sini sama aku aja," Fabio menawarkan diri. Si kembar? Siapa juga yang belajar sama si kembar? Orang Merlin belajar sama Leon. Entah kenapa Merlin malah mengiyakan belajar bareng si kembar. Merlin belum mau kasih tau Fabio tentang Leon. Mantan kkecenganya dulu. Dulu saja pas Merlin bilang, kalau Reino suka mendekatinya. Fabio langsung cemburuan. Malah nekat mau pulang dari Amerika. Kalau Fabio tau soal Leon. Apa jadinya nanti. "Siap pak guru. Aku masuk rumah dulu yah, Fab. Jam tujuh ini aku ada pemotretan. Terus lanjut talkshow," terang Merlin menerangkan jadwal hari ini pada Fabio. "Ya udah sana. Cepetin dandan. Biar aku aja yang anter. Nemenin kamu pemotretan," Merlin mengerutkan keningnya. "Apa engga mancing netizen kalo kita satu mobil. Terus kamu cuma anterin aku aja," Fabio memegang tangan Merlin. "Udah tenang aja. Ini biar aku atasi nantinya. Yang jelas sekarang aku lagi kangen sama kamu. Aku pengen ngaterin kamu, kemana pun yang kamu mau," ucap Fabio. Setelah itu Merlin langsung mandi dan ganti baju. Ia siap siap untuk pemotretan. Kebetulan sekali Laras sedang tidak ada di rumah. Ia sedang meeting dengan Happy Home. Merlin mengambil semua alat make upnya. Merlin mau tidak mau harus bisa mengerjakan semuanya dengan cepat. Biasanya ada Laras yang membantunya. Ya sudah tak apa-apa. Merlin harus bisa jaga diri. Merlin harus belajar mandiri, untuk mengerjakan semuanya sendiri. Tanpa bantuan asisten.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD