1/2

510 Words
"Wooo uwooo Karmilooong... Wooo uwooo Pak Karmilooong!" Ray Husodo; Daddy Vero menutup kuping saat suara sang putra mengalun indah bagai petir diteriknya matahari yang cerah. "Karrr-mi-loooong, Wooooooo!" "Mommy, itu si Kakak kenapa mulutnya kaya petasan banting?" tanya Ray yang baru saja bangun dari tidur lelapnya. "Abaaaaaang Veroooo nyanyinya Ya Allah. Mommy sakit kuping nih." teriak Mellia membuat adik perempuan Vero satu-satunya juga ikut menutup kuping. "Mommy, kuping adek sakit ini. Adek nanti nggak cantik lagi kalau budek." protes Valeri pada sang Mommy karena  Mommy-nya juga ikut berteriak. Membuat pagi hari mereka semakin semarak. "Mommmyyyyy." Vero yang masih memakai handuk tiba-tiba saja menuruni tangga dengan langkah cepat membuat Mommy dan Daddynya panik kalau-kalau itu handuk merosot turun dari pinggang Vero. "Bang, Bang! Handuk kamu awas melorot. Kok Daddy serem ya." peringat Ray, bergidik ngeri. Ia tidak bisa membayangkan itu handuk merosot. Ia tidak siap dengan sodakoh yang akan anaknya berikan. "Tenang Daddy, angry bird Abang aman sentosa. Nggak mungkin terbang kaya punya Daddy." kekeh Vero teringat masa kecilnya bersama Ray dulu. "Apaan Bang, cepetan nanti telat ngampus kamu! Mommy nggak mau ya kamu ngulang mata kuliah dosen kamu lagi." "Mommy celana dalem Abang yang warnanya pink mana? Kok nggak ada semua?" tanya Vero. Mellia memutar bola matanya. Ternyata itu yang membuat Vero sampai turun hanya menggunakan handuk. "Em.. Mommy nggak tahu." jawab Mellia cepat lalu buru-buru berjalan kembali ke dapur sebelum anak pertamanya itu berteriak kencang, melukai indera pendengaran semua orang. "Mommyyyyyyy, Mommyy beneran bakar ya?" teriak Vero kencang membuat adik dan Daddynya menutup kuping bersamaan, "Mommyyyy angry bird Abaaaaaaaaaaang!!" "Daddyyyyy, Mommyyyy.." **** Axel mengutuk Vero dalam hati. Pangeran Husodo itu memang sukanya cari ribut. Berasa laki-laki bayaran tahu dia nungguin sepupunya dipinggir jalan. Untung aja dari tadi dia enggak ditawar sama ibu-ibu komplek. Bakalan Axel gantung itu Vero kalau sampai ada yang melecehkan dirinya. Tin.. Tiin.. "Ncong, masuk! Cepetan! Pak Zakri nih. Bisa diusir kita. Absen udah lemah nih kaya syahwat lo." Sialan koreng babi, minta  diculek matanya nih, gerutu Axel saat Vero datang tanpa dosa dengan mobil mewah anak itu. Sialan! Kapan Axel dibeliin mobil kaya Vero. Yang ada baru minta udah dilelepin Mamahnya di septiteng dia. "Ealah, malah diem di situ! Gue suruh razia juga nih ah bencong satu." kekeh Vero membuat Axel melayangkan tasnya ke arah Vero. "a***y, durhaka lo mentang-mentang lebih tua seminggu." omel Vero kencang tak terima atas ulah Axel. "Jalan Pir." "Bangke, Anjing! Gue tendang juga lo dari mobil gue." "Apa salah dan dosaku Sayang, cinta suciku kau buang-buang. Lihat saja kan kuberikan, Vero ngebor-ngebor." "Taik lagu lo Anjing, yang enakan dikit napa Ver." Vero terkekeh saat melihat raut marah sang  sepupu. Dibiarkannya Axel mengganti lagu di Audio Play. Sejenak Vero menikmati alunam musik yang hanya instrumental belaka itu. Hingga akhirnya suaranya pecah kala mendengar bibir Axel yang berteriak lantang menyanyikan lagu yang katanya enak. "Wes tak tukokke tali kotaaang sak isssiiiine." Ciiiitttt..... Bruuukkkkkk...... "Jidaaat gue bencooong!" amuk Axel karena terbentur dashboard mobil Vero. "KELUAAAAR DARI MOBIL GUEEE KUTAAAAAAANG!" "Canda loh, Ver..." "Enggakkkkkkk!!!" Brakk!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD