Varisa menatap datar pada Mona yang sekarang sudah berkumpul sarapan pagi bersama dengan keluarga Govinno. Semalam wanita itu jatuh pingsan dan terbangun tengah malam dan masih teriak. Sehingga Govinno tidur bersama dengan Mona. Sialan memang. Varisa tidak suka melihat itu. Apalagi sekarang dirinya melihat bagaimana Govinno yang menyuapi Varisa makanan di depannya. Keduanya saling menyuapi satu sama lain, membuat Varisa tidak suka melihat itu. Dia mau Govinno menatap pada dirinya.
“Huk! Air!” ucap Govinno.
Varisa segera mengambilkan air untuk Govinno. Govinno menatap pada tangan Varisa yang menyentuh tangannya dan menolong Govinno untuk minum. Mata pria itu menatap pada mata Varisa lalu matanya tidak sengaja melihat belahan d**a dari Varisa yang membuat matanya tidak bisa dialihkan ke arah lain. Apa yang dilakukan oleh Govinno sekarang, dia tidak boleh berpikiran buruk pada Varisa.
“Tuan, anda minum yang tenang. Jangan tergesa. Nanti kalau ada sedakan lagi bagaimana?” ucap Varisa khawatir.
Setelahnya Varisa meletakkan gelas itu kembali di meja. Varisa mengambil tissue membersihkan mulut Govinno dan membersihkan pakaian Govinno yang terkena air minum. Varisa tersenyum manis pada Govinno. Setelahnya dia pergi dari sana.
Govinno merasakan perasaan tidak ikhlas ketika Varisa pergi dari sisinya. Dia mau wanita itu tetap di sini dan menemani dirinya. Govinno mengenyahkan pikirannya itu. kembali meminum minumannya. Rasanya kali ini agak berbeda dari air yang diminum oleh dirinya tadi. Govinno mengabaikan itu.
“Vinno, kamu baik-baik minumnya. Nak. Lihat itu Mona, dia sampai khawatir lihat kamu sedakan tadi. Kalian juga mau bicarakan tentant pernikahan kalian sebentar lagi. Mama sudah menyuruh Dokter untuk memeriksa kaki kamu lagi, berharap menjelang pernikahan kamu dengan Mona. Kamu sudah bisa berdiri ya Nak.” Ucap Nyonya Pramudia yang membuat Varisa mendengarnya mengepalkan tangannya.
Menikah?
Varisa tidak akan membiarkan itu terjadi. Dia mau Govinno itu bersama dengan dirinya. bukan bersama dengan wanita lain. Mata Varisa bertemu dengan mata Govinno. Varisa menatap Govinno tanpa berkedip membuat Govinno memegang kepalanya dan mengerang sakit.
“Sakithhhh…” rintih Govinno kesakitan.
Semua yang ada di meja makan, melihat pada Govinno. Mereka segera memegang tangan Govinno. Varisa hanya diam saja. Lalu menyeringai mendengar apa yang dikatakan oleh Govinno pada semuanya.
“Vinno tidak mau menikah dengan Mona.” Ucapan spontan yang dikeluarkan oleh Govinno, membuat Nyonya Pramudia terkejut mendengarnya. “Vinno, kamu lagi sakit Nak. Jangan bicara sembarangan, kalau kamu nggak mau nikah sama Mona, terus kamu mau nikah sama siapa?” tanya Nyonya Pramudia.
“Vinno nggak mau nikah sama Mona. Tidak mau. TIDAK MAU!” teriak Govinno masih memegang kepalanya.
“Tuan Vinno… tuan sepertinya Tuan harus istirahat dan meminum obat anda Tuan,” ucap Varisa memegang tangan Govinno dan membantu Govinno untuk duduk di kursi rodanya kembali.
Mona yang akan mendekati Govinno. Pria itu langsung menggeleng. “Jangan mendekat! Saya tidak mau menikah denganmu!” ucap Govinno memegang tangan Varisa, menyuruh Varisa untuk mengantarkan dirinya menuju kamar.
Varisa menuruti apa yang dikatakan oleh tuannya ini, dia melihat pada Mona yang terdiam mematung melihat kepergian Govinno. Varisa juga melihat bagaimana Mona yang mengepalkan tangannya mendengar apa yang dikatakan oleh Govinno padanya tadi. Pria itu menolak untuk menikah dengan Mona.
“Tante! Bagaimana ini? Vinno nggak mau nikah sama Mona!” ucap Mona.
Nyonya Pramudia mengusap rambut Mona lembut. “Kamu jangan khawatir kayak gitu sayang. Tante yakin kalau Vinno cuman sakit aja. Kamu lihat tadi kepalanya sakit, teriak nggak jelas. Padahal kamu tahu sendiri bagaimana Govinno itu sayangnya sama kamu. Semalam dia sampai nemani kamu tidur cuman nggak mau kamu teriak dan ketakutan tengah malam. Dia itu cinta sama kamu. Tante sudah bersusah payah untuk membawa Govinno ke rumah ini. Tidak mau dia pergi.” Ucap Nyonya Pramudia.
Mona mengangguk mendengarnya, lalu kembali duduk di kursi meja makan. Mona melanjutkan sarapannya walau rasanya tidak bisa menghabiskan makanan yang ada di depannya sekarang, tetapi Mona harus tetap menghabiskan semua makanan itu.
***
Varisa membaringkan Govinno di atas ranjang, matanya melihat pada Govinno yang balik menatap dirinya. Varisa memijit kepala Govinno dan menyenandungkan sebuah nyanyian yang tidak pernah diketahui oleh Govinno sebelumnya. Nyanyian itu hanya bisa didengar oleh Govinno.
Perlahan Govinno menutup matanya dan dia mulai terlelap. Varisa meghentikan senandungnya. Menatap pada wajah Govinno yang sangat tampan sekali. “Mas Vinno … kamu hanya milik aku dan Galen Mas. Aku nggak akan biarin kamu nikah sama Mona. Kamu tahu apa yang bisa aku lakukan sama wanita itu nanti,” ucap Varisa lalu berdiri dari tempat duduknya dan menyelimuti Govinno.
Varisa membuka pintu kamar Govinno. Matanya bertemu dengan adik perempuan Govinno yang menatap dirinya dengan wajah datar tidak suka. Varisa menunduk. “Maaf Nona Muda. Anda mau masuk ke dalam kamar Tuan Muda? Dia baru saja tertidur setelah meminum obatnya.” Ucap Varisa sopan.
Gadis yang berdiri di depan Varisa menghela napasnya kasar, lalu dia melihat ke dalam kamar kakaknya. Memang benar ternyata. Kakaknya sudah tertidur. Gadis itu melihat kembali pada pelayan yang melayani kakaknya dan membantu segala hal tentang kakaknya. Dia memegang tangan wanita itu, memeriksa apa yang ada di dalam diri wanita ini. “Kau bukan penyebab Bang Vinno nolak Kak Mona, bukan?” tanya gadis itu menatap tajam pada Varisa.
Varisa melepaskan perlahan tangan wanita itu dari lengannya, dia menatap wanita itu dengan senyuman sinisnya. “Bukan Nona Muda. Anda bisa melihat kalau saya hanya melaksanakan pekerjaan saya dengan baik di sini. Bahkan saya tidak pernah sekalipun berniat untuk menggoda Tuan Muda.” Ucap Varisa, setelahnya dia pergi dari hadapan gadis itu dengan menatap pada kukunya dan mengeluarkan sebuah boneka di dalam pakaian maidnya dan menusuk boneka itu dengan jarum di bagian d**a boneka itu sedikit.
“Arghhhttt sakittthhhh…” rintih gadis itu langsung terduduk.
Varisa mengabaikan rintihan sakit itu, dan setelahnya masuk ke dalam kamarnya. Mendengar suara ribut dari Nyonya Pramudia dan Tuan Pramudia yang berlari menuju anak gadis mereka. memeriksa keadaan anak gadis mereka.
Varisa menyisir rambutnya di cermin dan menyanyikan senandung yang sama di dalam kamar Govinno tadi. Tiba-tiba saja dibalik cermin terlihat sosok wanita yang memakai pakaian putih dan berambut panjang menatap pada dirinya.
“Mbah…” ucap Varisa menunduk.
“Kau jangan terlalu menggunakannya Varisa. Ingat, kau tidak boleh terlihat mencolok di rumah ini.” ucap
“Baik Mbah, Varisa tidak akan terlalu menggunakannya.” Ucap Varisa menunduk dan tersenyum pada cermin yang ada di depannya. Melihat bayangan itu perlahan menghilang.