Part 02 - Demi Kita

1049 Words
Varisa terbangun ketika mendengar telepon di dalam kamarnya yang berbunyi. Varisa segera mengangkat telepon itu dengan sigap dia berjalan keluar dari dalam kamarnya lalu dia berlari menuju kamar Govinno—sang tuan yang membutuhkan dirinya sekarang. Varisa membuka pintu kamar Govinno matanya bertemu dengan Govinno yang duduk di atas ranjang dengan ponsel yang ada di tangan pria itu. Varisa perlahan berjalan mendekati Govinno. “Tuan, anda membutuhkan sesuatu?” tanya Varisa pada Govinno. Govinno menatap pada Varisa yang menatapnya dengan senyuman manis dari wanita itu. Govinno mengangguk. “Ya, saya mau ke kamar mandi.” Ucap Govinno tetap berwajah datar tidak membalas senyuman wanita itu sama sekali. Varisa segera membantu Govinno dengan membawa kursi roda pria itu dan meletakkan Govinno di atas kursi roda, lalu dia mendorong kursi roda Govinno menuju kamar mandi. Varisa kembali membantu Govinno berdiri, dan dia menduduk Govinno di closet. Setelahnya Varisa keluar dari dalam kamar mandi. Dia mau sebenarnya membantu semua yang dilakukan oleh Tuan mudanya itu, namun pernah sekali dia melakukan itu. Varisa langsung kena marah oleh lelaki itu, tidak mau Varisa membantu dirinya. Varisa menunggu di depan kamar mandi. Lalu dia menatap pada bunga mawar merah yang perlahan mulai layu. Varisa berjalan mendekati bunga mawar merah yang tidak jauh darinya. Lalu dia memegang bunga mawar merah itu yang seketika menjadi segar kembali dan perlahan warnanya berubah menjadi hitam. “VARISA!” Varisa menatap pada kamar mandi yang ada di depannya, dia berjalan menuju kamar mandi dan membuka pintu kamar lalu dia membantu Govinno dan meletakkan Govinno di atas kursi roda, lalu dia mendorong kursi roda Govinno. Varisa kembali membantu Govinno dan membaringkan pria itu ke atas ranjang. Varisa melihat pada Govinno yang menatapnya dengan tatapan tajam. “Apa yang kau lakukan di sini? Pekerjaanmu sudah selesai. Pergi.” Usir Govinno. Varisa mendengar pengusiran itu, dia mengepalkan tangannya, lalu keluar dari dalam kamar Govinno. Varisa memegang dadanya yang terasa sakit. Kenapa Govinno tidak pernah melihat pada dirinya. Melihat bagaimana tulusnya dia mencintai pria itu. Varisa juga selalu membantu pria itu. Mata Varisa bertemu dengan Mona. Wanita itu kembali lagi ke sini dan langsung masuk ke dalam kamar Govinno. Varisa semakin tidak suka mendengar suara Govinno yang menyambut Mona dengan gelak tawa dan suara lembutnya. Varisa mau masuk ke dalam kamar itu kembali, lalu dia akan memisahkan Govinno dan Mona. Namun hal itu tidak mungkin. Dia bisa kena marah oleh Govinno. “Kau mau kemana?” tanya Varisa pada pelayan yang membawa dua cangkir kopi dan juga cemilan di atas napan. Dia menduga kalau itu pasti untuk Govinno dan Mona. “Untuk Tuan dan Nona Mona,” jawab pelayan itu. Varisa segera merebutnya. “Biar saya saja yang antar. Kau tahu sendiri, kalau kamar Tuan Muda tidak sembarang orang yang masuk ke dalamnya.” Ucap Varisa diangguki oleh pelayan itu. Mata Varisa menatap pada minuman yang ada di tangannya sekarang. Wanita itu memegang kalungnya dan membaca sedikit hal yang akan membuatnya merasa senang dengan pertunjukkan yang dilihat oleh dirinya nanti. Varisa meliur pada minuman yang dia sangat hapal sekali mana milik Govinno dan mana milik Mona. Setelahnya Varisa masuk ke dalam kamar Govinno. Matanya kembali bertemu dengan mata Govinno. Varisa memfokuskan matanya pada Govinno membuat pria itu tertegun dengan apa yang dilihat oleh dirinya. Hanya semenit. Setelahnya Govinno menatap pada yang lain. “Tuanku, ini minuman dan makanannya,” ucap Varisa sengaja membuka satu kancing bajunya. Sehingga belahan payudaranya bisa dilihat oleh Govinno. Mata Govinno menatap pada p******a pelayannya itu. Lalu dia melihat ke arah lain, tidak mau melihat pada p******a yang mengundang dirinya untuk menyentuh benda kenyal itu. Varisa menyeringai tahu kalau Govinno menatap pada belahan dadanya. Dia menatap pada Mona, dan setelahnya Varisa keluar dari dalam kamar Govinno. Varisa berjalan menuju dapur, dia membantu beberapa pelayan di sana untuk menyiapkan makan malam. Mata Varisa melihat pada Mona yang berlari keluar dari dalam rumah. Semuanya menatap bingung dengan apa yang terjadi pada Mona. Kecuali Varisa tentunya, dia berjalan dengan tenang keluar dari dalam rumah, lalu dia melihat pada Mona. “Ya Tuhan… apa itu tadi? Hantu? Aku tidak tahu apa yang aku lihat. Tapi sangat menakutkan sekali. Aku tidak mau masuk ke dalam lagi.” Ucap Mona. “Mona! Apa yang terjadi? Kenapa kau berlari? Kenapa kau terlihat ketakutan sayang?” tanya Nyonya besar di rumah ini. memeluk Mona dan memeriksa apa yang terjadi pada Mona. Mona mendengar pertanyaan itu menggeleng pelan. Varisa semakin senang melihat pertunjukkan ini. Apalagi Govinno yang datang dengan kursi rodanya yang didorong oleh adik lelaki itu. Varisa memegang kalungnya kembali memejamkan matanya, dan setelahnya dia membuka matanya. “AAAAAA HANTUUUU! ITUUUU HANTUUUU! KALIANNNN TIDAK MELIHATNYYYAAAA?!” tanya Mona berteriak menatap pada sosok yang menakutkan yang berdiri tidak jauh darinya. Setelahnya Mona jatuh pingsan dengan keadaan yang sangat mengerikan dengan air seni yang keluar dari wanita itu. Pelayan di sana mengerutkan kening. “Hantu? Kita sudah lama tinggal di sini tidak ada yang namanya hantu. Kau saja yang menolongnya! Dia kencing! Aku tidak mau memegangnya.” "Kau saja! Bukankah kau sering bersikap baik padanya?” tanya pelayan yang lain. “Varisa! Cepat bawa Mona masuk ke dalam dan bersihkan tubuh tunanganku.” Ucap Govinno menatap pada Varisa yang membuat Varisa tersenyum manis pada Govinno dan dia mengangguk. “Baik Tuanku,” jawab Varisa lalu dia membawa tubuh Mona masuk ke dalam rumah. Dia menatap penuh kebencian pada wanita yang dibantu oleh dirinya sekarang. “Tuan, saya mohon izin. Biarkan pelayan lain saja untuk membersihkan tubuh Nona Mona. Saya mau menelepon anak saya. Dia sedang sakit di kampung dan sangat merindukan saya,” ucap Varisa menatap pada mata Govinno. Govinno mengangguk. “Pergilah. Kalau kau mau membawa anakmu tinggal di sini juga boleh.” Ucap Govinno, ntah kenapa dia berkata seperti itu. peduli pada Varisa dan anak wanita itu. mungkin dia sudah tidak waras harus peduli dengan seorang pelayan. Varisa tersenyum manis. “Terima kasih Tuanku,” ucap Varisa pergi dari sana setelah membawa Mona masuk ke dalam kamar tamu. Anaknya tinggal di sini? Varisa akan memikirkannya nanti, sebelum dia memutuskan apakah membawa anaknya tinggal di sini adalah pilihan tepat atau bukan. Tapi lambat laun dia memang harus melakukan ini bukan? Demi yang dilakukan oleh dirinya. Dan apa yang harus didapatkan oleh dirinya. “Galen, maafkan Mama sayang. Mama akan melakukan semuanya demi kita berdua saja. Terutama untuk kamu.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD