BAB 3

979 Words
“Nah, ini dia biang keroknya. Dari mana saja, kamu? Sejak kemarin pergi baru pulang sekarang. Kamu sengaja ya mau buat aku marah? Sialan kamu. Gara-gara kamu, aku harus mengeluarkan uang banyak untuk membayar semua makanan yang kamu pesan,” omel Riana, saat Sinta baru saja masuk. “Mama 'kan banyak uang. Masa hanya untuk urusan perut saja perhitungan? Lagian semua itu Mama makan sama keempat anak Mama dan calon menantu idaman Mama. Aku sama sekali tidak ikut makan, jadi berhenti memarahiku Mah! Mama orang kaya, malu dong mengeluarkan uang segitu saja perhitungan.” “Permisi Mah, Sinta mau ke kamar dulu. Ini waktunya tidur siang Mah. Berdebat tidak akan membuat uang Mama kembali. Toh makanan yang kalian makan, sudah sampai ke perut, dan tidak perlu ada yang diperdebatkan lagi. Permisi.” Sinta meninggalkan Riana yang melotot tajam ke arahnya. Sinta benar-benar sudah berubah. Dia tidak mau lagi terlihat lemah di depan keluarga suaminya, yang selalu menghina dan merendahkan harga dirinya sebagai seorang istri. “Dasar menantu sialan! Belajar dari mana dia ilmu membangkang dan berani melawan? Biasanya hanya menangis saja." “Siapa, Mah? Kenapa wajah Mama, merah sekali? Apa wanita pembuat masalah itu sudah pulang?” tanya Reni seraya memperhatikan perubahan wajah Riana. “Menurut kamu, siapa lagi yang suka bikin Mama marah?” “Sudah jangan marah-marah Mah! Tadi papa menelepon, katanya dia akan pulang nanti malam. Tidak hanya papa, tante Mona dan juga Putri ikut juga Mah. Putri lagi libur kuliahnya, dia mau menginap di rumah kita untuk beberapa pekan ke depan.” “Oh syukurlah. Mama sedikit lega kalau ada papa kamu. Apalagi ada tante dan juga sepupu kamu Putri, jadi wanita sialan itu tidak akan seenaknya membangkang perintah Mama.” “Tentunya Mah. Apalagi tante Mona, juga Putri sama tidak menyukai wanita sialan itu. Mama tenang saja, pasti Sinta tidak akan betah jikaTante Mona dan Putri lama tinggal di rumah ini. Tante dan Putri lebih galak dan lebih cerewet dari Mama.” Reni tersenyum licik. Sementara, Sinta di kamarnya sedang memantaskan diri di depan cermin. Ia membeli beberapa pakaian baru, perhiasan, dan juga beberapa alat berdandan, tidak lupa scincare untuk merawat tubuhnya, mulai dari rambut hingga ujung kaki. Tentu saja dia akan menyimpan itu di tempat khusus, agar tidak dilihat oleh ketiga iparnya dan mama mertuanya yang suka mencari masalah itu. Kalau sampai ketahuan, bisa jadi akan diambil oleh mereka. “Semuanya pas. Kita lihat saja Mas, apakah kamu bisa mengabaikan aku dan menikah begitu saja dengan Hana? Aku akan tetap berpura-pura miskin, tetapi untuk penampilan, aku akan merubahnya mulai hari ini. Sebaiknya aku akan mandi terlebih dahulu, aku akan membuat suami sombongku menyesal sudah menyia-nyiakan aku. Kita bermain-main sedikit, sebelum kalian semua mengetahui diriku yang sebenarnya.” Sinta terlihat segar dan semakin cerah kulitnya setelah mandi. Ia tak hanya menginap di hotel, ia juga perawatan si sebuah salon ternama, tempatnya b**********n sebelum menikah dengan Ardian. Di rumahnya, Hana beserta orang tuanya sedang membicarakan perihal pernikahan Hana dengan Ardian. Mereka sudah tidak sabar secepatnya mengeruk hartaArdian, demi menyelamatkan perusahaan. “Pokoknya kamu harus meminta semuanya terlebih dahulu,sebelum kalian menikah! Papa tidak yakin, Ardian akan memberikan semuanya, setelah kalian menikah nanti.” “Papa jangan khawatir! Mas Ardian begitu mencintaiku. Mamanya dan ketiga saudaranya juga sama-sama menginginkan Hana jadi bagiandari mereka, jadi Hana akan mudah meminta apa pun pada mereka nantinya. Hana janji Pah, akan membantu papa. Papa tidak perlu cemas.” “Iya Pah, anak Papa ini menantu impian Riana, dan istri impian Ardian. Mama yakin mereka tidak akan perhitungan pada anak kita.” “Baiklah, Papa percaya kamu mampu melakukannya. Ini semua demi keluarga kita. Kalau sampai perusahaan papa bangkrut, kita akan jatuh miskin. Papa tidak mau itu terjadi. Papa tidak mau jatuh miskin. Maafkan Papa harus mengorbankan kamu. Kamu bisa bercerai, setelah misi kita berhasil. Kamu bisa menikah lagi dengan kekasihmu.” “Iya Pah. Hana tidak mengapa. Selama ini Papa sudah memberikan banyak hal pada Hana. Apa yang Hana lakukan? Itu tidak sepadan dengan semua yang Papa berikan.” Di rumah mewah, iya rumah sewaan, mereka tidak benar-benar tulus ingin menikahkan Hana dengan Ardian. Sementara di keluarga Ardian, mereka sangat ingin Hana menjadi bagian mereka, karena Hana dari keluarga kaya, tak seperti yang mereka lihat, dari Sinta istri pertama Ardian. Padahal jika mereka tahu yang sesungguhnya, mereka mungkin akan kena serangan jantung kali ya? Rumah mewah Sinta yang ia sewakan pada Pengusaha tak lain adalah Rumah yang saat ini ditempati oleh keluarga Hana. Sinta bisa mengusir mereka kapan pun dia mau. Saat melakukan transaksi, memang Sinta mempercayakan pada anak buahnya. Dia tidak langsung turun tangan saat itu, karena sedang ada pertemuan dengan klien di Surabaya. Dia tahu, wanita yang saat ini akan dinikahi suaminya adalah anak Wijaya dan Anita. Perusahaan Sinta pun menjadi salah satu partner bisnis Wijaya, yang mana telah banyak menyokong dan membantu perusahaan Wijaya tetap bertahan hingga saat ini. “Hei, mencuri di mana kamu, Sinta? Segala pakai perhiasan segala. Ini juga pakaian kamu, ini pakaian mahal, kamu mencurinya di mana? Ayo jawab! Arumi bertanya dengan wajah meremehkan. “Mencuri? Itu bukan kebiasaanku adik iparku. Kamu jangan menuduh sembarangan! Memangnya kamu saja yang bisa pakai pakaian mahal danbagus? Kalau aku mau, aku juga bisa membelinya.” “Halah, tidak usah kebanyakan bicara deh, ayo mengaku saja! Atau jangan-jangan, kamu seharian kemarin tak pulang, kamu menjajakan tubuhmu di Hotel? Seorang p****************g sudah membelimu. Mengaku saja! Mana mungkin kamu punya uang dan bisa membeli ini semua? Sedang kakakku saja tidak pernah memberimu uang.” “Cukup Arumi! Jangan menuduhku! Menjajakan tubuhku? Aku tidak serendah itu Arumi. Minggir! Aku mau menemui suamiku dulu di Kantor, aku peringatkan, kamu jangan cari masalah denganku!” “Hei, sialan! Beraninya kamu mendorongku?" bentak Arumi. Sinta mendorong tubuh Arumi dengan kasar, dan dia pun bergegas keluar menemui Ardian di kantor. Dia sudah tidak sabar melihat wajah pria sombong itu, saat melihat penampilannya sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD