Siapa bilang lamaran selalu berujung pada pernikahan, tidak selamanya pacaran bertahun-tahun dan lamaran berakhir dipelaminan, tidak semua cerita indah saat jatuh cinta berakhir dengan akhir yang bahagia.
Namun, dari semua orang yang sangat disesalkan adalah mengapa hal tersebut terjadi pada kehidupan Freya Maheswari. Pacar yang sudah bersamanya selama 7 tahun tiba-tiba datang dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka tanpa alasan yang jelas.
Tentu hal itu membuat Freya berang, bahkan saat Freya terus mendesak tunangan yang kini menjadi mantannya itu untuk mendapatkan jawaban, laki-laki itu hanya bungkam seribu bahasa, tidak berniat sedikitpun menjawab pertanyaan yang Freya lontarkan.
Amarah semakin menguasai Freya, membuatnya mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Saat ini, ia bukan hanya malu karena pertunangannya batal tapi ia merasa malu karena membuat keluarganya juga harus ikut menahan rasa malu yang pastinya lebih besar daripada dirinya.
Pikiran Freya mendadak menjadi sempit, saat ini yang ia inginkan adalah untuk segera sampai ke apartementnya, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya segera, karena rasa malu mungkin akan segera hilang jika digantikan dengan rasa duka.
Selama diperjalanan ia memikirkan bagaimana cara untuk mengakhirinya, apakah harus dengan menabrakan mobil pada pohon, lompat dari atap apartemen atau membuat dirinya tertabrak oleh mobil yang lewat di jalan raya.
Otaknya masih bergulat untuk menemukan jawaban yang tepat, hingga tanpa sadar kini ia sudah sampai di parkiran apartemennya.
Ia berjalan menuju apartemennya, mencari kunci di dalam tasnya lalu memasukkannya ke lubang kunci, setelah memutar kunci itu dan saat pintu sudah terbuka ia langsung mendorong pintu dan masuk ke dalam.
Sepatu yang Freya kenakan dilepaskannya dengan sembarang, ia sudah tidak peduli lagi. Ia melepas pakaiannya, menyisakan hanya kaus bertali spageti dengan celana pendek. Ia memutar keran yang berada di bathup, lalu meninggalkannya.
Air matanya sedari tadi tidak mengering, membuat matanya menjadi sembab dan membengkak. Ia berjalan dan menghancurkan dengan kasar benda yang berada di meja, menghancurkan semua apa yang menurutnya bisa dihancurkan. Freya merasa kesal karena terlalu bodoh percaya dengan hal bernama cinta, ia menertawakan dirinya sendiri, merasa lucu karena telah jatuh ke dalam perangkap bernama cinta itu.
Pada akhirnya membuat cukup banyak kaca yang berserakan di sudut lantai. Tanpa peduli jika tangannya terluka ia terus melempar dengan kasar segala yang dilihatnya, pikirannya kosong tanpa peduli benda itu penting atau tidak. Toh, pada akhirnya ia tidak akan bisa menggunakan semua benda itu lagi untuk selamanya.
Bathup yang tadi diisinya sudah hampir penuh, ia baru sadar jika bathup ini cukup besar sebenarnya untuk ukuran gadis mungil sepertinya. Freya langsung saja masuk ke dalam bathup, menceburkan dirinya membuat seluruh tubuhnya kini terselimuti air.
Kenangan tentang Radit terputar kembali dikepalanya bagaikan sebuah film yang entah bagaimana bisa dimainkan oleh otaknya.
Baginya Radit ---mantan pacarnya--- adalah segalanya, selain orang tuanya yang kini sudah tiada. Ia benar-benar menyukai Radit, apalagi tidak sebentar waktu yang sudah mereka berdua lewati.
Hari ini, detik ini juga, Freya memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Hidupnya, benar-benar hancur saat ini. Ia menurunkan kepalanya, membuat tubuhnya kini benar-benar tenggelam di dalam bathup. Matanya ia pejamkan, napasnya ia tahan selama mungkin. Hingga ia merasa, mungkin ini sudah waktunya untuk meninggalkan dunia yang baginya sangat kejam ini.
Gelembung mulai keluar dari mulutnya, napasnya yang ia tahan semakin terasa menipis baginya. Dadanya mulai merasakan sakit yang tidak dapat ia jelaskan, rasanya seperti ini. Saat berpikir cara untuk mengakhiri hidup, ia berniat memilih cara yang tidak menyakitkan. Makanya ia memilih cara ini, namun ternyata malah cara ini juga terasa sangat menyakitkan.
Kepalanya mulai terasa pusing, matanya tertutup dan gelap mulai menyelimuti diiringi dengan kesadarannya yang sudah mulau menghilang.
"Selamat tinggal," ujar Freya dalam hati.
***
Aciel Carlos seorang CEO perusahaan pertambangan yang dikenal dingin dan keras namun lembut kepada wanita yang kini sudah meninggalkannya untuk selamanya.
Baginya, cinta adalah hal yang sangat menyakitkan. Tidak lagi dia ingin membiarkan rasa cinta tumbuh dihaginya, karena cinta hanyalah hal yang menyakitkan. Bukan hal indah seperti yang diagungkan oleh orang-orang yang tengah jatuh cinta.
Akibatnya, berkali-kali ibunya membuatnya menghadiri perjodohan. Namun, bukan Aciel jika menolak begitu saja. Aciel berbeda, ia malah datang ke setiap perjodohan yang ibunya inginkan.
Ia hanya ingin membuktikan, seperti apa gadis yang ibunya jodohkan padanya. Oleh karena itu, ia selalu mengubah sifatnya yang terkadang bersifat kekanakan, dingin atau melambai. Tapi tenang, itu hanya seperti uji coba calon yang dijodohkan oleh ibunya.
Namun sampai sekarang, tidak ada satupun yang berhasil melewati ujian darinya. Kelelahan ia rasakan saat harus kembali ke rumahnya, kali ini ibunya menjodohkan Aciel pda gadis yang tinggal di kota sebelah. Anak pengusaha kaya, namun manja. Bukan tipe Aciel, apalagi tingkahnya seperti anak kecil. Saat Aciel mencoba menaikan satu nada suaranya, gadis tersebut malah menganggapnya memarahinya.
Sungguh, bukan tipe Aciel. Bahkan sangat jauh dari tipe yang ia inginkan, baginya hanya satu gadis yang selalu ada dihatinya namun sayangnya gadis itu tak akan pernah ia temui selamanya.
Aciel menginjak gas dengan keras, membuat mobil melaju dengan kecepatan yang tinggi. Setelah hampir 2 jam, akhirnya ia sampai ke apartemennya. Ia sengaja tinggal di apartemen bukan di rumah mewah ataupun penthouse. Mudaj baginya memang membeli hal serupa, namun kenyamanan adalah hal satu-satunya yang ia inginkan.
Aciel memutar kunci apartemennya, namun tidak bisa. Saat ia mencoba membuka pintu anehnya pintu apartementnya terbuka. Ia curiga ada pencuri yang masuk, membuatnya bersiap dan menggulung kemejanya sampai sikut.
Saat mendorong pintu, keadaan apartementnya sangat kacau. Banyak benda yang terlempar, tapi yang lebih membuatnya terkejut adalah ada sepatu seorang wanita di pintu masuk.
Ia berjalan dengan berhati-hati, namun tidak melihat ada gadis atau seorangpun pemilik sepatu itu. Hanya ada pakaian yang berserakan dilantai dan suara air yang mengalir.
Aciel yang terlihat setengah mengantuk karena lelah berjalan masuk ke dalam toilet, namun kesadarannya mendadak kembali saat ia melihat air di bathup yang meluap. Ia juga melihat sesuatu yang mengambang, seperti rambut namun terurai dengan bebas.
Perlahan Aciel mencoba mendekat ke arah bathul namun saat semakin dekat ia terkejut melihat seorang gadis yang tenggelam di dalam bathup.
Aciel langsung menarik gadis itu keluar dan membaringkannya di lantai. Ia menepuk pipi gadis itu yang masih saja belum menyadarkan dirinya dengan sangat terpaksa Aciel memberinya napas buatan selama beberapa saat.
Suara batuk menjadi nada pertama yang Aciel dengar saat gadis ini tersadar, ia menatap Aciel dengan tatapan bingung. Begitu juga dengan Aciel yang tidak mengerti situasi apa yang tengah menganggu mereka berdua.
Aciel menggendong gadis itu kasur meskipun dengan langkah yang sempoyongan, ia bahkan terjatuh saat tiba-tiba pandangannya terasa gelap.
Segala usaha dilakukannya mencoba membuat gadis itu sadar, ia bahkan langsung menelpon dokter langgananya untuk segera datang.
Aciel langsung berlari ke dapur, mengambil air dari dispenser dengan cepat dan memasukkannya ke baskom.
Handuk kecil ia tenggelamkan dan ia coba kompreskan ke keningnya, badannya sudah Aciel selimuti dengan selimut tebal.
Aciel masih sedikit panik, saat gadis tersebut terlihat kesulitan bernapas. Saat mereka sedang Aciel masih menunggu dokter datang, tiba-tiba pintu terbuka dari luar. Betapa terkejutnya Aciel saat melihat yang datang adalah Mama dan asisten pribadinya yang kini juga tengah menatap terkejut kondisi mereka berdua.