PART 2

1075 Words
Ketukan sepatu yang beradu dengan lantai membuat nada-nada abstrak, langkah kaki itu terhenti kaku saat melihat pandangan mengejutkan di depannya. Senyum lebar di wajah pemilik sepatu itu langsung menghilang seketika, saat ia melihat pemandangan di depannya. "Apa-apaan ini Aciel?" tanya suara yang terdengar jelas dari keheningan yang tiba-tiba datang. Aciel menatap terkejut kehadiran seseorang di depan pintu kamarnya, mata Aciel membulat melihat sosok itu. Perlahan, Aciel berjalan menarik wanita paruh baya itu keluar dari dalam kamarnya diikuti dengan asistennya. "Mama!" ucap Aciel dengan nada tertahan, ia dapat melihat raut keterkejutan di wajah mamanya. "Dina kamu tunggu di luar," ucap mama Aciel dengan tegas. Asisten mamanya yang bernama Dina langsung keluar mengikuti perintah dari bosnya itu, lalu meninggalkan Aciel yang kini ditatap tajam oleh mamanya. "Aciel apa yang terjadi!" ucap mama Aciel dengan tegas, ia menatap dalam ke mata anaknya ini. Mama Aciel tahu membiarkan anaknya tinggal sendiri saat sudah dewasa bukan sebuah keputusan yang salah, apalagi Aciel adalah seorang laki - laki, tentu saja harus mencoba untuk hidup mandiri. Tapi, dari sekian banyak hal yang di izinkan, ia benar - benar kecewa karena Aciel melanggar larangannya. Berkali - kali Aciel sudah dilarang untuk bersikap melanggar norma, apalagi ia kini tinggal sendiri. Membawa wanita ke rumah bukan hal yang bersar untuk mama Aciel, tapi membawa wanita masuk ke dalam kamar adalah hal yang tidak sepantasnya. "Mama gak pernah ngajarin kamu berbuat setidak manusiawi ini," ucap Mama Aciel dengan nada yang tajam. Tatapan mata dan ucapan yang keluar dari mulut wanita yang telah melahirkannya ini sangat tajam, membuat Aciel sendiri terkaku. "Ma, biar Aciel jelasin. Ini salah paham," ujar Aciel mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya. "Bagaimana ini bisa salah paham Aciel, Mama bisa ngelihat dengan jelas gadis itu gak pakai apa-apa walau kamu tutupin selimut. Pakaian yang berserakan, ah sudahlah. Kamu sudah besar, Mama tidak bisa mendeskripsikan lebih banyak." "Ma, beneran ... itu cuma salah paham, percaya sama Aciel Ma." "Kamu gak usah cari alasan lagi, Mama gak pernah ngajarin kamu seengak manusiawi gini. Seenaknya aja kamu nidurin anak orang, Mama gak pernah ya ajarin kamu untuk kayak gitu. Pantas aja kamu kayak gak butuh wanita, ternyata kamu udah ada wanita sendiri." "Ma, Aciel gak kenal dia." Helaan napas dalam terdengar Aciel, ia bingung harus menjelaskan bagaimana lagi kepada Mamanya yang tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi. "Mama gak mau tahu, besok kamu bawa dia ke rumah. Minggu depan kamu harus nikah sama dia," ucap mama Aciel lalu meninggalkan Aciel yang kini terdiam membeku karena ucapan mamanya barusan. "Sial," ucap Aciel mengacak-acak rambutnya kasar. Kepalanya mendadak semakin pusing, setelah menemukan gadis yang tidak dikenal berada di dalan apartementnya, kini ia dihadapkan dengan pernikahan yang akan diadakan seminggu lagi. Pikiran kusut memenuhi kepalanya tentang cara menjelaskan semua yang sebenarnya pada Mamanya sehingga rencana pernikahan konyol ini juga ikut batal. Tok ... Tok ... Tok ... Pintu terketuk beberapa kali, membuat Aciel tersadar. Ia memaksakan kakinya berjalan menuju pintu, ketika pintu terbuka ia mempersilahkan lelaki paruhbaya yang dikenalnya itu masuk. "Selamat malam pak Aciel, bapak sedang tidak enak badan?" sapa lelaki berperut bunci itu. "Selamat malam dokter, tidak bukan saya yang harus diperiksa. Hanya saja saya ingin dokter memeriksa seseorang," ucap Aciel berjalan lebih dulu menuju kamarnya, ia membuka pintu kamar lalu membiarkan dokter masuk setelahnya. Gadis itu, masih terbaring dengan mata terpejam. Dokter itu datang lalu mengambil pergelangan tangan gadis itu. "Bagaimana Dok?" tanya Aciel setelah beberapa saat dokter itu memeriksa keadaan gadis itu. "Semua baik, tidak ada yang perlu dicemaskan. Dia cuma kelelahan jadi biarin aja istirahat," ucap Dokter tersebut akhirnya menyelesaikan satu permasalahan Aciel. "Tapi kenapa badannya masih dingin?" tanya Aciel, ia harus berjaga - jaga jika saja terjadi sesuatu. "Karena kata pak Aciel tadi ibu ini berendam di dalam bathup, ibu ini sepertinya kedinginan karena itu. Tapi sudah saya suntikan vitamin, jadi semua akan baik-baik saja." "Baik, terima kasih Dok." "Kalau begitu saya permisi dulu pak Aciel," pamit Dokter setelah memasukkan beberapa peralatan yang tadi ia gunakan. "Baik, mari saya antar." Aciel mengantar dokter pribadinya hingga di pintu depan, "bapak tidak perlu khawatir dia akan baik - baik saja," ucap dokter itu dengan senyum penuh arti yang tidak dimengerti oleh Aciel. Pintu di buka oleh Aciel, "baik terima kasih dokter," saut Aciel sopan, kemudian dokter itu keluar meninggalkan apartement Aciel. Setelah itu, ia masuk ke dalam kamar menatap gadis tidak dikenal yang kini tengah terbaring dengan wajah cukup pucat di ranjangnya. Aciel belum pernah bertemu dengan gadis itu sekalipun, tapi bagaimana bisa ia masuk ke dalam apartementnya masih menjadi misteri. Langkah Aciel membawanya ke dapur, ia mengambil air dingin lalu meminumnya. Dinginnya air tidak cukup untuk membuat kepalanya ikut mendingin, sudah kebiasaan Aciel untuk memakan es batu ketika kepalanya terlalu kalut. Perut Aciel berbunyi di saat yang tidak tepat, ia benar - benar malas untuk melakukan apapun saat ini. Harusnya, ia sudah berbaring dengan nyaman di atas ranjangnya dan beristirahat karena sudah melalui perjalanan yang panjang hari ini. Kaki Aciel turun menginjak lantai, ia berjalan ke dapur membuka lemari penyimpanan dan mengeluarkan sebungkus mie dari dalamnya. Meski sedikit merasa malas Aciel tetap memasak mie karena perutnya yang tetus saja berbunyi, mie yang sudah ia keluarkan dari dalam bungkus ia masukkan ke dalam air mendidih, selagi menunggu mie masak Aciel memasukkan bumbu dulu ke dalam mangkuk. Pandangan mata Aciel menatap ke arah pintu kamar yang tiba - tiba terbuka, matanya bertatapan langsung dengan gadis itu. "Kamu siapa?" tanya Freya yang menatap Aciel dengan bingung. Freya merasakan tubuhnya sangat lemah, saat ia bangun matanya menatap terkejut saat tersadar ia berada di atas ranjang. Padahal, terakhir kali ia sangat ingat jika berada di bathup berusaha untuk mengakhiri hidupnya. Apalagi saat Salsa ingat terakhir kali tubuhnya hanya terbalut kaus bertali spageti dan celana pendek, namun ketika ia bangun ia sudah memakai kemeja kebesaran yang sama sekali ia tidak pernah miliki sebelumnya. Mata Freya terus saja menatap Aciel yang terlihat santai mematikan kompor dan memindahkan mie ke mangkuk, perutnya juga berbunyi tanpa sadar. "Saya yang harusnya bertanya, kamu siapa?" ucap Aciel dengan nada dingin dan wajah seakan tidak terjadi apapun. Sebenarnya Aciel ingin sekali marah atau menghujat gadis itu, kerena gara - gara ia berada di dalak kamarnya membuat mamanya menjadi salah paham. "Ini apartement saya," ucap Freya dengan suara serak, ia berjalan dengan tertatih. "Apa kamu sudah gila!' ucap Aciel dengan sinis lalu duduk sambil menikmati mie-nya, Freya memandang terkejut Aciel, ia tidak menyangka di dunia ini ada satu lagi psikopat selain tunangannya yang dengan tega meninggalkannya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD