Episode 3

1032 Words
Dengan kondisi badan dan juga pikiran yang terlalu terbebani oleh semua masalah di dalam hidupnya, Adam pulang dengan menenteng tas di punggungnya melangkah dengan sangat lamban bagaikan kura-kura yang mendaki gunung. Seharusnya setelah pulang sekolah hari ini, dia akan bermain dengan teman-temannya dengan nongkrong di dalam warung kopi sambil bermain game yang dia sukai dan juga membahas hal-hal yang penting sampai benar-benar tak penting. Namun, Adam tak melakukannya karena memang sudah lelah. Satu hal yang dia pikirkan sesampainya di kasur adalah dengan merangkak dan juga berbaring terlentang melihat ke arah langit-langit kamarnya sambil perlahan-lahan memejamkan mata. Adam mungkin akan berkhayal berada di sebuah rumah mewah atau plesiran di tempat wisata dalam mimpinya itu sekarang ini. Berada di depan pintu rumah, Adam lumayan bingung karena ada seorang sepatu milik wanita dengan hak yang begitu kecil saat ini. Dengan salah satu sepatu milik pria yang dia tahu adalah milik ayahnya sendiri. Belum melihatnya secara langsung, Adam sudah bisa menebak ke mana arah ini semua. Karena benar-benar tidak mungkin bagi rumah Adam untuk didatangi oleh seorang wanita. Ibunya telah meninggal semenjak ia masih kecil. Sementara di dekat rumahnya tidak ada tante, nenek atau saudara yang sering mengunjunginya. Kemungkinan terburuk dan juga salah satu hal yang paling dibenci oleh Adam mungkin akan terjadi sekarang ini. Fakta bahwa ada yang aneh dengan gelagat ayahnya. “Assalamualaikum, yah?! Apa Ayah di rumah?” Salam Adam memastikan kalau sepatu yang ada di luar tersebut bukanlah sepatu milik pencuri untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengambil barang berharga. “Ya Adam, masuklah...” Sahut seorang pria dengan nada berat. Tanpa basa-basi, Adam pun memutar daun pintu tersebut dan masuk ke dalam rumahnya sendiri sekarang. Perasaan campur aduk benar-benar meluap dan memenuhi hati dari Adam sekarang. Ternyata memang benar, Ayah Adam sedang bersamaan dengan seorang wanita sekarang ini. Saat melihat kedatangan Adam dari luar rumah, wanita itu menoleh dan tersenyum ramah kepadanya. Sambil menunduk dengan sopan. Yang menjadi masalah bagi Adam adalah tentu saja kalau Adam mengenal siapa wanita itu. “Adam, perkenalkan ini adalah Bu Ira. Ayah yakin kalau kamu sudah mengenalnya. Bahkan kamu telah diajar oleh dia bukan hari ini? Bu Ira ini nantinya adalah bakal calon istri ayah yang baru sekaligus Ibu baru kamu nantinya nak...” Ucap Ayah Adam dengan begitu tenangnya. Bu Ira hanya tersenyum sambil memegang secangkir teh di tangannya. Dia melihat Adam dengan cara yang benar-benar berbeda saat melihatnya di dalam kelas. Namun bagi Adam, seorang bocah SMA yang masih belum terlalu dewasa, benar-benar syok saat melihat sosok tersebut berduaan bermesraan dengan ayahnya sendiri saat ini. “Eehh.... B..b..bu Ira? Apa yang Ibu lakukan di sini?” Adam bertanya dengan setengah sadar karena kepalanya serasa seperti habis dihantam oleh sesuatu yang benar-benar keras menghilangkan separuh ingatannya. Wanita yang masih berseragam coklat dan kerudung sama saat mengajar di dalam kelas Adam itu pun berdiri dan menghampiri Adam sekarang ini. Sambil berkata, “Maafkan Ibu ya Adam karena telah bertindak terlalu keras kepadamu saat di kelas tadi. Namun ibu perlu melakukan itu agar semua murid memiliki sifat dan rasa disiplin kepada Ibu. Termasuk kamu juga. Apakah kamu pah—“ Bu Ira mencoba memegang bahu Adam langsung saja ditolak mentah-mentah oleh bocah itu. Hal tersebut tentu saja membuat kaget. Maksud Bu Ira yang memang baik dan ingin untuk meminta maaf seakan-akan tak dihargai oleh Adam. Ayah Adam yang melihatnya langsung saja berdiri dan membentaknya. “Adam! Apa yang kamu lakukan! Kamu tidak seharusnya bersikap seperti itu!” “Sudah cukup yah dengan omong kosong ini! Apa maksud Ayah membawa seorang perempuan yang bukan muhrimmu untuk datang ke rumah berdua saat tidak ada seseorang di dalam rumah! Apa yang akan terjadi dengan kalian berdua jika aku tidak pulang terlebih dahulu ke dalam rumah!” Bentak balik Adam kepada Ayahnya itu. “Apa maksud kamu berbicara seperti itu kepada Ayahmu sendiri? Apa yang ingin kamu coba katakan!” “Tidak usah kuperjelas, Ayah mungkin sudah tahu maksudku. Mengenalkan wanita ini tanpa sepengetahuanku sebelumnya saja adalah sebuah kesalahan! Dan Ayah ingin membuat seolah-olah ini semua tidak terjadi?” “Memang tidak ada yang terjadi! Bu Ira datang kemari hanya karena dia ingin berkunjung ke rumah kita dan melihat bagaimana situasi yang sedang terjadi di dalam sini. Namun dengan kedatanganmu, situasi yang damai berubah menjadi begitu rusak sekarang!” “Hah? Damai?! Dan Ayah berkata kalau aku adalah seseorang yang merusaknya! Apakah perlu aku bawakan cermin besar agar Ayah bisa melihat siapa diri Ayah sebenarnya? Semenjak Ibu meninggal, semuanya tidak berjalan dengan baik-baik saja yah! Aku hidup dalam kasih sayang yang minim!” “Lalu kau menuntut apa dari Ayah? Ayah tidak bisa menjadi seseorang yang kau inginkan dan kau butuhkan secara bersamaan Adam. Ayah tidak akan bisa menjadi pengganti ibumu atau sebaliknya!” Keadaan yang semakin rumit dan runyam itu membuat Bu Ira menjadi tidak nyaman berada di sana. Wanita tersebut pun buru-buru membawa tas jinjingnya dan bergegas untuk keluar dari rumah ini sekarang juga. “Maaf Pak Mursid jika kedatangan saya mengganggu keluarga kalian. Namun, sepertinya saya memiliki urusan lain di tempat lain sekarang. Apakah saya boleh izin keluar dahulu?” Ayah Adam pun menoleh ke arah Bu Ira. Dia pun buru-buru mencoba untuk mengantarkan Bu Ira ke tempat yang ingin dia tuju. “Oh... oke baik bu. Biar saya antarkan dulu ke mana Anda pergi boleh kan bu?” “Baik pak tak masalah...” Jawab Bu Ira dengan lirih. Namun sebelum mereka berdua pergi dari rumah ini. Adam, melepaskan seragam dan juga celana panjangnya di atas kursi. Sementara tasnya yang berisi semua buku dan juga bahan-bahan berat dia lemparkan ke atas kursi untuk dia langsung menyusul kedua orang tersebut. “Jika kalian memang merasa kehadiranku mengganggu kalian. Tak usah repot-repot, aku dengan rendah hati akan keluar dari rumah ini sekarang juga. Silahkan gunakan ruang tamu dan juga rumah ini semau kalian. Aku tidak akan mengganggu siapa pun untuk bermesraan atau apa pun itu di sini...” Ucap Adam. Tanpa basa-basi, Adam langsung saja keluar dari sana sebelum dua orang dewasa itu kabur. Ayah Adam yang merasa cukup tersentak, berusaha untuk menghentikan Adam agar keluar dari rumah. Situasi benar-benar menjadi tegang tak seperti yang Ayah Adam harapkan sebelumnya. “Adam! Hentikan apa pun yang kamu lakukan!”

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD