09. VIRUS-69

1568 Words
Matahari sudah meninggi. Hari ini genap satu bulan setelah pemerintah dunia mengumumkan tentang wabah virus misterius yang menjangkit seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Sudah banyak korban meninggal yang berguguran dan sisanya masih bertahan dengan penderitaan yang terus mereka rasakan. Badan Kesehatan Nasional maupun dunia, kini masih berjuang untuk mengidentifikasi virus tersebut. Namun, mereka masih belum menemukan titik terang sama sekali. Kartini yang masih menjadi perawat di rumahnya, saat ini tengah berada di dalam kamar Adipati. Ia telah selesai mengurusi kedua orang tuanya dan juga para pelayan serta pekerja yang ada di rumahnya. Kini, ia tinggal mengurusi Adipati. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Kartini. "Masih tidak enak dan akan terus begini," jawab Adipati. Remaja itu terlihat sangat lesu dan pucat. Ia juga terlihat semakin kurus karena nafsu makannya yang terus berkurang. "Bersabarlah, orang-orang dari Badan Kesehatan Nasional (BKN) sebentar lagi akan melakukan pemeriksaan ke wilayah rumah kita," kata Kartini sembari mengusap lembut pucuk kepala Adipati. Adipati hanya terdiam. Entah apa yang dipikirkannya, namun terlihat jelas kalau ia benar-benar sangat lelah. "Kak ...," panggil Adipati. "Ya?" jawab Kartini. "Kalau seandainya aku mati ... apa Kakak akan sedih dan merasa kehilangan?" Kartini langsung terkejut mendengar apa yang adiknya itu katakan. Ia tahu kalau Adipati merasa lelah karena penderitaan yang dirasakannya, tapi ia tidak pernah menyangka kalau adiknya akan berpikiran seperti itu. "Huss! Kamu tidak boleh bicara begitu!" kata Kartini. "Kamu akan sembuh dan kembali sehat. Semuanya pun begitu!" "Tapi--" "Tidak ada tapi! Kamu akan sembuh! Ayah dan Bunda akan sembuh! Semuanya akan sembuh! Tidak ada yang akan mati!" ucap Kartini sembari menatap yakin ke manik-manik mata Adipati. Adipati sempat terdiam sebentar sebelum akhirnya ia mengangguk dan mempercayai apa yang kakaknya katakan. Ia bahkan sempat merasa menyesal dengan apa yang sebelumnya ia katakan. "Maaf ... karena sempat berpikiran pesimis," kata Adipati. "Tidak apa. Kakak paham." Kartini kini menatap lembut ke arah Adipati. Sekarang, mereka berdua hanya tinggal menunggu kedatangan orang-orang dari BKN yang menurut jadwal akan datang ke wilayah tempat mereka tinggal hari ini. *** Setelah sabar menunggu, akhirnya orang-orang dari BKN yang sudah datang sejak satu jam yang lalu di kompleks perumahan tempat Adipati tinggal, kini mendatangi rumah Keluarga Rahadian, rumah Adipati. Mereka yang datang dalam beberapa tim, berpencar dan mendatangi satu per satu rumah yang ada di kompleks perumahan tersebut. "Silakan masuk, Dokter Nick," ucap Kartini pada seorang dokter muda berwajah manis dan tampan. "Terima kasih, Kartini," balas dokter yang bernama Nick sembari melebarkan senyumnya ke arah Kartini. Dokter muda itu datang dengan pakaian lengkap sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Ia yang memang selalu kebagian memeriksa rumah Keluarga Rahadian, sudah terbiasa dan tahu di mana orang-orang yang harus ia periksa berada. "Apa kondisi mereka ada perkembangan dari terakhir kali aku datang ke sini?" tanya Dokter Nick pada Kartini. Kartini menggeleng dan lalu berkata, "Kondisi mereka terus menurun. Walaupun mereka semua terus makan dan terus merasa lapar, tapi kondisi mereka tetap semakin memburuk," jawab Kartini. "Bagaimana dengan Adipati?" "Hanya dia yang tidak mau makan. Tapi, ia terus berhalusinasi seakan-akan banyak orang yang menjerit." Dokter Nick mengangguk dan lalu mulai melakukan pemeriksaan. Ia akan memulainya dari Adipati yang mengalami tingkah aneh paling berbeda dari semua orang yang terinfeksi di rumah ini. Sama seperti sebelum-sebelumnya, ia akan mengecek kondisi tubuh si terinfeksi, mencatat semua yang terjadi dan terakhir, ia akan mengambil sampel darahnya untuk diteliti di laboratorium. Setelah itu, ia akan memberikan antibiotik dan juga vitamin untuk memperkuat tubuh dan mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh si terinfeksi. Walaupun efeknya hanya terasa sedikit, tapi setidaknya dapat membantu si terinfeksi mengurangi penderitaannya. Kartini dan Dokter Nick kini telah berada di kamar Adipati dan kebetulan, Adipati saat ini sedang dalam keadaan bangun. "Halo, Adipati," sapa Dokter Nick dengan ramah. "Halo juga, Dokter Nick," balas Adipati dan lalu memaksakan senyumnya yang terasa sangat sulit. Dokter Nick menatap miris ke arah tubuh Adipati. Dari terakhir kali ia memeriksa tubuh remaja itu, tubuhnya kini terlihat lebih kurus dari sebelumnya. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Dokter Nick sembari mengeluarkan alat bantu untuk memeriksa Adipati. "Seperti yang terlihat. Aku semakin memburuk," jawab Adipati. Kemudian Dokter Nick memulai tugasnya untuk memeriksa tubuh Adipati. Ia akan mengecek sembari mencatat kondisi remaja yang terbaring lemah itu dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Namun, ketika Dokter Nick baru saja memulai dengan mengecek bagian mata, ia seketika menampilkan ekspresi wajah yang terlihat bingung dan terheran-heran. Tapi hanya berlangsung sesaat. Dan Adipati tampaknya sadar dengan ekspresi Dokter Nick yang berubah hanya sepersekian detik itu. "Ada apa, Dok?" tanya Adipati. Dokter Nick menggeleng. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedikit menegaskan penglihatanku," jawabnya. Pemeriksaan pun kembali dilanjutkan. Dokter Nick memeriksa satu per satu bagian tubuh Adipati dengan sangat teliti. Ia tidak ingin sampai melewatkan apa pun dari tubuh pasiennya itu. Kartini yang berdiri di sebelah Dokter Nick sejak awal dimulainya pemeriksaan, terus memperhatikan dengan tenang. Karena ia adalah seorang mahasiswi kedokteran, ia bisa menjadikan hal ini sebagai bahan pembelajaran jika ia harus memeriksa pasien suatu hari nanti. Setelah beberapa menit pemeriksaan yang intens itu berjalan, semuanya kini sudah selesai. Semua hal penting dari kondisi Adipati sudah Dokter Nick catat. Sekarang, Dokter Nick hanya tinggal mengambil sampel darah Adipati untuk ia bawa ke ruang laboratorium. Ia mengambil suntikan khusus di dalam tasnya dan kemudian, ia mulai mengambil darah Adipati menggunakan suntikan khusus tersebut. Darah Adipati terlihat berwarna agak kehitaman dan itu membuat Kartini yang menyaksikannya jadi merinding ngeri. "Nah, sudah," ucap Dokter Nick. Setelah ia merapikan alat-alatnya, Dokter Nick lantas memberikan antibiotik serta vitamin untuk Adipati pada Kartini. Hanya saja, kali ini ia memberikan sebuah vitamin tambahan untuk membuat Adipati kembali memiliki nafsu makan. "Aku mendoakan yang terbaik untukmu," kata Dokter Nick pada Adipati. "Terima kasih, Dok," balas Adipati. Kemudian Dokter Nick dan Kartini berjalan keluar dari kamar Adipati. Keduanya akan beralih ke kamar Ayah dan juga Bunda. Sementara itu, Adipati yang kini kembali sendirian, memutuskan untuk membaringkan tubuhnya dan mencoba untuk terpejam. Ia merasa mengantuk sekarang. Tapi, baru saja ia terpejam. Suara-suara di kepalanya kembali muncul. Bersamaan dengan itu, sakit di kepala serta tubuhnya kembali kumat. Ia tidak bisa berteriak memanggil Kartini ataupun Dokter Nick karena tubuhnya yang tidak bertenaga. Yang bisa ia lakukan hanyalah menahan rasa sakitnya sembari meremas seprai tempat tidurnya dengan tenaganya yang tersisa. "Aku mohon ... hentikan penderitaanku ini," pinta Adipati dari dalam lubuk hatinya. Air matanya menetes tanda ia sungguh-sungguh menderita. *** Hari berganti hari. Semakin banyak nyawa yang melayang karena virus misterius yang belum teridentifikasi ini. Para profesor, dokter dan ilmuwan masih berjuang dengan sangat keras untuk mengidentifikasi virus yang setiap hari terus berkembang ini. Sudah banyak sampel darah yang mereka teliti dan uji coba. Tetapi, mereka masih belum bisa mengidentifikasi jenis virusnya. Namun, setelah ratusan pengujian dan pemeriksaan serta tekunnya orang-orang yang berkecimpung di dunia medis dan ilmu pengetahuan ini, akhirnya, virus yang telah melenyapkan banyak nyawa ini dapat teridentifikasi dengan jelas. Virus yang masih belum diketahui dari mana asalnya dan bagaimana cara penyebarannya ini diberi nama Virus-69. Alasan mereka menamai virus ini dengan nama Virus-69 adalah karena virus ini terlihat seperti dua ekor kecebong yang sedang berputar-putar, membentuk simbol Yin dan Yang. Virus ini sendiri ternyata adalah jenis virus baru yang bermutasi dari virus flu biasa. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan dan lalu menyebar ke seluruh tubuh, khususnya otak. Mereka membuat daya tahan tubuh penderitanya menurun dan kemudian menginfeksi setiap organ serta bagian-bagian tubuh penting lainnya. Itulah sebabnya, banyak penderita yang merasakan sakit luar biasa di tubuh mereka. Setiap penderita yang terinfeksi Virus-69 bahkan menunjukkan kebiasaan-kebiasaan aneh yang berbeda-beda jika sudah masuk ke dalam kategori parah. Ada yang selalu merasa lapar, malas makan, demam, hipotermia dan bahkan sampai berhalusinasi. Itu semua diakibatkan oleh virus yang menetap di organ-organ tertentu sehingga mempengaruhi perilaku si terinfeksi. Setelah mengetahui banyak informasi dari virus ini, para profesor, dokter dan ilmuwan pun akhirnya bisa memulai pekerjaan mereka untuk membuat penawar virus atau anti-virus dari Virus-69 ini. Namun, mereka lagi-lagi memerlukan waktu yang cukup lama untuk membuat anti-Virus-69 yang sempurna. Sementara itu di salah satu ruang laboratorium BKN, Dokter Nick beserta seorang asistennya sedang sibuk melakukan autopsi kepada salah satu mayat yang terinfeksi. Ia meninggal dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Perutnya meledak karena terlalu banyak makan. Dengan pakaian serta perlengkapan yang sesuai dengan standar, Dokter Nick membedah tubuh mayat tersebut dengan teliti. Ia meminta pada asistennya untuk mencatat jika ia menemukan sesuatu yang aneh pada tubuh mayat yang sedang ia bedah. Selain mencari anti-virus untuk Virus-69, Dokter Nick beserta yang lainnya juga sedang mencari tahu penyebab beberapa orang kebal terhadap Virus-69. Karena cukup banyak orang yang tidak terjangkit virus tersebut walau mereka sudah berinteraksi dengan para terinfeksi. Contohnya adalah Kartini dan kedua orang tua Nando. Itulah mengapa, ia bekerja sangat keras untuk mencari jalan keluar dalam masalah wabah penyakit ini. Sejak awal ia membedah tubuh mayat, Dokter Nick sudah merasa banyak hal yang janggal. Dimulai dari pupil mata mayat yang membesar, gigi-giginya yang meruncing, tangan yang agak sedikit memanjang dan masih banyak lagi. Namun, ketika ia membedah bagian dalam tubuh mayat tersebut, ia tidak menemukan hal yang aneh seperti yang ada di fisik luarnya. Tapi memang usus dari mayat yang terinfeksi ini terlihat sedikit berbeda dari usus manusia pada umumnya. Karena penasaran, ia lantas memutuskan untuk memeriksa sel DNA pada mayat yang sedang ia bedah ini. "Aku akan mengambil sampel DNA dari mayat ini. Nanti, kamu tolong berikan ini pada Profesor Pai," pinta Dokter Nick pada asistennya. Ada sesuatu yang menurutnya tidak beres dari mayat terinfeksi yang satu ini. Untuk itulah ia harus segera mencari tahunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD