Part 18

792 Words
"APA? Lo mau gue jadi ketua basketball club? Yang bener aja." Bram masih gak percaya kalau Ana mencalonkan dirinya sebagai ketua. "Yah harus gimana lagi coba? Ketua mereka lagi kosong. Kan elo pandai bermain basket. Trus,Lo tinggi,keren, ganteng,dan pintar. Otomatis Lo pasti menang." Bujuk Ana dengan mata puppy-nya. Bram selalu menghindarkan matanya dari mata Ana. "Gue gak bisa Nana," Bram bersikeras untuk menolak penawaran itu. "Yah,padahal gue udah daftarin elo. Tinggal tanda tangan aja Bram," kembali Ana memasang mata puppy-nya. "Mau yah? Mau yah?" Bujuknya terus menerus sehingga Bram kehabisan kata-kata dan akhirnya menyerah. "Oke,ini semua karena Lo. Asalkan Lo seneng." Bram akhirnya melihat mata Ana. Dia menahan tawa karena Ana bertingkah seperti anak kecil. "Asyik.... Yeye,Bram mau. Jadi,nanti kita bakalan sering ketemu. Gue sebagai dewan ambalan di Pramuka dan sekertaris umum di Teater bakalan sering ngelihat Lo dimana aja. Oh iya,gue juga ketua kelas. Otomatis kita bakalan sering sama. Trus gue juga sebangku Lo,dan finalnya gue adalah tetangga Lo." Ana bersorak kegirangan. Bram melihatnya dengan senyuman yang tak henti-hentinya terukir indah di bibirnya. "Yaudah,kapan pemilihannya?" Tanya Bram sembari melipat kedua tangannya. "Sekarang," Jawab Ana lalu menarik tangan Bram keluar kelas. Mereka berjalan menuju ruang OSIS. ??? "Jadi ini calonnya?" Revan senyum miring karena musuh lamanya malah mencalon jadi ketua organisasi di bawah naungannya. "Iya ketos. Gue udah lama nyari BaLonnya tapi tetap aja gak ada. Dan yang udah lama gue pikir-pikir ternyata sebangku gue ini bisa. Iyakan Bram?" Tanya Ana begitu riangnya. Revan menatap tajam Bram,sedangkan Bram mencoba tersenyum karena ada Ana disitu. "Yaudah. Selamat,Lo terpilih." Revan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Apa? Gue terpilih? Calon tunggal maksud Lo?" Tanya Bram gak percaya. Revan hanya menganggukkan kepalanya. Dengan ragu-ragu Bram membalas tangan Revan lalu mereka saling bertatapan. Entah apa yang ada dipikiran mereka,yang jelas Ana berdiri ditengah-tengah mereka dengan wajah penuh kebahagiaan. *** "Yeayyyy... Akhirnya Lo terpilih jadi ketua organisasi. Gue seneng banget Bram." Ana masih senang gara-gara Bram terpilih jadi ketua. Bram hanya diam saja. Ada sesuatu yang gak bisa dijelasin sama dia. "Iya," Hanya itu kata-kata yang selalu diucapkannya dari tadi. Mereka lagi boncengan. Diatas ratusan aspal yang telah di ratakan. Melewati ratusan orang-orang yang sibuk melakukan aktivitas mereka masing-masing. "Lo tau Nana?" Bram membuka pembicaraan ditengah-tengah mereka. "Apa?" Ana menyenderkan kepalanya di bahu Bram. "Revan masih ada dendam sama gue. Mungkin dia bakalan balas dendam." Bram melirik Ana dari spionnya. "Maksudnya?" Ana langsung duduk tegak. Dia terkejut dengan perkataan Bram barusan. "Gimana kalau suatu saat dia balas dendam sama gue?" Bram menatap lurus. Dia kayaknya lagi serius deh. "Gue gak mau! Kalau kalian berantem,gue mau Lo yang menang." Ana memukul punggung Bram kuat. Ada rasa kesal dicampur sesak menggunung di dadanya. "Kalau gue gak memang gimana? Kali-kali dia bawa satu gengnya. Lah kalau gue? Gue gak punya apa-apa." Kembali Bram berbicara,namun dia begitu serius. Membuat Ana jantungan disertai rasa takut yang melanda. "Gue yang bakalan bantuin elo. Lagipula itu gak bakalan terjadi." Ana kembali memukul punggung Bram dengan suara parau dan mata berkaca-kaca. "Mana mungkin Lo bisa bantuin gue." Bram mulai tertawa kecil. Jawaban Ana membuatnya merasa kalau pada posisi itu Ana adalah anak mudanya. "Habis,lo buat gue mau nangis. Percaya sama gue. Lo bakalan aman disini. Kan ada Diko,Koko,Rikki,dan teman-teman yang lain. Jadi jangan kekgitu dong." Ucap Ana dengan muncung panjang di bibirnya. Bram meliriknya​ lalu dia ketawa lepas. "Udah.. Udah.. gue cuma bercanda doang kok,gak usah dibawa hati." Bram tersenyum melihat Ana mengkhawatirkannya. "Tapi janji gak berantem lagi yah?" "Iya," Begitulah Bram. Dia mampu membuat Ana merasa nyaman. Membuat Ana merasa kalau Bram adalah abang kandungnya. Dan membuat Bram merasa kalau dia takut kehilangan Bram. ??? "Baik,saya akan mengumumkan hasil penyeleksian calon ketua basketball club SMA kita yang dilaksanakan dalam dua bulan terakhir. Dan setelah disepakati,ketua terpilih adalah Bram Weldison. Kami persilahkan saudara Bram mengucapkan sepatah dua kata kepada seluruh siswa." Revan sebagai ketua OSIS yang paling terkenal seantero sekolah sedang berdiri di atas podium mengumumkan hasil penyeleksian. Semua siswa terlihat tertib. Hingga saat Bram menaiki podium,lambat laun suara terdengar ricuh. Semua orang berbisik tidak jelas. "Baik,nama saya Bram Weldison. Saya adalah ketua basketball club yang baru. Saya harap teman-teman bisa menerima saya dengan baik. Terimakasih." Setelah itu terdengar suara tepuk tangan meriah dari para siswa. Salah satu diantara mereka adalah Nita. Sudah dari tadi dia senyum-senyum sendiri ketika melihat Bram berdiri di atas podium bersama Revan,si ketua OSIS terkeren. "Wow, dilihat dari sini,mereka berdua seperti pangeran sekolah yah. Tapi gue baru sadar kalau Bram lebih ganteng dari Revan." Banyak siswa yang saling berbisik di barisan. Bram dan Revan berpandangan lalu saling bersalaman. Mereka berdua menyungging senyum tipis. Saling menatap dengan pandangan masing-masing,dan menyimpan niat yang berbeda-beda. Sedangkan Ana,dia ikut senang dengan terpilihnya Bram sebagai ketua basket. Semenjak itu mereka pasti bisa lebih dekat. Semoga. ***

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD