Part 12

1457 Words
Cowok itu? "Sama-sama,"jawabnya santai. Mereka berjalan berdua kearah meja tempat Nita makan. "Eh, Revan. Ngapain disini?" Tanya Nita lembut dan sedikit diatur. Ana dan cowok itu,yah Revan,mereka duduk didepan Nita. "Sini bakso gue!" Ucap Ana lalu menggeser posisi baksonya. Nita menjadi sedikit salah tingkah. Setelah duduk, Revan menyerut jus jeruknya. Melihat mata Nita yang tidak berkedip,Ana melirik Revan lalu melirik Nita lagi. Kemudian ia memutar matanya malas. "Tadi uang gue ketinggalan,trus dibayarin deh sama Revan." Ujar Ana memecah keheningan diantara mereka. Nita mengangguk pelan. " Ooh,begitu. Kalau gitu makasih ya,Revan. Kamu baik sekali," Nita menjumput sedikit poninya dan dihimpitkan ketelinga. Revan hanya tertawa. " Oh iya,ada sesuatu hal penting yang ingin gue bilang ke lo berdua. Tau gak kalau basketball club kita ketuanya udah pindah sekolah?" Tanya Revan dengan suara pelan. Ana dan Nita saling melihat. Kemudian mereka memajukan badannya. "Yang namanya Nicho itu yah?" Tanya ana balik. "Iya,makanya sekarang posisi ketua basket lagi kosong. Padahal bentar lagi sekolah kita ada lomba. Antar SMA malah,sayang bangetkan?" Jelas Revan. "Sayang banget. Emangnya gak ada yang niat nyalonin diri gitu?" Tanya Nita lagi. Revan menggeleng kepalanya. Ana berpikir sejenak. "Ahh,gue punya temen. Yang bisa main basket. Ada seleksi gak?" Tanya Ana bersemangat. Revan menggeleng lagi. "Kayaknya gak ada,sedangkan yang nyalon aja gak ada. Apalagi seleksi." Kemudian Revan menyerut jusnya. "Oke,gue bakalan bantuin Lo. Sama Nita,kita akan cari orang yang tepat untuk basket sekolah kita." Ana berbicara dengan penuh keyakinan. Beberapa detik kemudian,bel berbunyi. *** Tidak ada yang bersuara diantara mereka. Yang terdengar hanyalah suara ninja itu beserta klekson dari angkot lain. Ana sibuk dengan pikirannya. Wajahnya yang begitu tampak seperti Albert Einstein memicu tanda tanya dikepala Bram. "Lagi mikirin apa sih Lo?Sibuk banget. Sayang wajah cantik Lo berubah mirip valak kalau lagi gitu." Bram menaikkan salah satu alisnya. Ana spontan melihat kearah spion. "Enggak,gue cuma kepikiran aja sama yang tadi." Balas Ana geregetan. Bram hanya mengerutkan keningnya, setelah beberapa detik ia tertawa. "Lo inget gak ekspresi Lo tadi? Lucu banget tau. Buat hati Abang ser-seran," ucap Bram. Sadar akan ekspresinya tadi,Ana mencoba mengalihkan perhatiannya. Pipinya mulai memerah. Sebelumnya.. Flashback on Setelah bel berbunyi,Ana berjalan kekelasnya. Pelajaran saat itu adalah olahraga. Suatu pelajaran yang paling disukai sama pelajar. Kalau dikelas lain, saat ganti seragam olahraga ceweknya bakalan ke toilet atau dikelas, dan cowok-cowoknya keluar. Beda halnya di kelas Ana,mau cowok atau cewek ganti baju didalam. Caranya pakai celana dulu,trus baju dimasukin sampe leher dan seragam dibuka, tinggal tarik dan siap! Begitulah mereka. Makanya tak heran,kalau mereka pencetak rekor pertama paling cepat baris pemanasan di lapangan. Merekapun melakukan pemanasan,meskipun pada hari itu pak Gatot tidak ada. "Pemanasan mulai dari kepala. Hitungan dua kali delapan. Hitung,mulai!" Seru Ozi selaku pemimpin pemanasan. "Satu,dua,tiga...." Semua siswa melakukannya sambil menghitung bersama. Mata Bram hanya tertuju pada seorang gadis disampingnya. Ia melihat setiap kali gadis itu menggerakkan badannya, merapikan rambutnya, mengipas-ngipaskan tangannya tanda kepanasan dan sesekali tertawa karna Koko yang melakukan hal aneh dalam pemanasan. "Lari dimulai dari barisan pertama! Mulai!" Teriak Ozi setengah ngos-ngosan. Merekapun berlari teratur sambil menyanyikan lagu-lagu seperti paskibra. Aneh sekali. "Humbala humbala hea, humbala humbala hea hea ho. Kami pasukan IPA dua,kelas terpopuler dan juga terhebat. Kami lagi pemanasan,berlari keliling lapangan...."begitulah liriknya. Mereka berlari penuh semangat. Tak menghiraukan lapangan basah dan becek akibat hujan semalaman. Dalam kehidupan pasti ada pengganggunya, begitulah yang dialami oleh Ana. Saat sedang berlari, tiba-tiba saja Koko,si manusia super gila,menjegal kakinya dari belakang. Karena Ana terlalu fokus berlari ia tidak melihat ada becek dihadapannya. Bruuuukkkk "Awwwhhhhhh" Teriak gadis yang kacamatanya terjatuh retak dan tubuhnya tengkurap di atas becek lebar. Mulai dari wajah,bagian depan,dan kakinya bergelimpangan lumpur. Seketika semua cewek berteriak dan menolongnya. Mereka mengangkat Ana dari posisinya,gadis itu menangis,tapi tidak tampak karna yang terlihat hanyalah lumpur coklat diwajahnya. "Ana..."Teriak Bram lalu menolongnya berdiri. Kemudian melemparkan tatapan marah pada Koko. Seketika Koko yang tadinya tertawa langsung diam dan mencoba membantu Ana. "Ana,gue minta maaf,gue gak niat buat Lo jatuh. Sumpah!!" Kata Koko ketakutan. "Awas tangan Lo! Tunggu aja gue pulang sekolah nanti ya, jangan harap Lo aman." Bram menepis tangan Koko lalu menatap matanya sangar. Koko memucat! Bibirnya terkatup rapat dan matanya mulai berkaca-kaca. Dia hanya terdiam konyol melihat Bram membuka bajunya lalu membersihkan wajah Ana dan mengambil kacamatanya​. Bram mengangkat Ana dan membawanya kekelas. Sebelum pergi, Bram melemparkan tatapan super setan kearah Koko. "Mati gue!" Gumam Koko. Sesampai dikelas,Ana menumpahkan tangisannya. Ia melihat bajunya yang becek. "Hiksss,hiksss,padahal ini masih les kelima,nanti Bu Reni masuk. Pasti gue bakalan diejek." Air matanya​ tak bisa berhenti. Ana menggoyang-goyangkan kakinya seperti anak kecil. Bram berjalan kedepannya lalu jongkok tepat dihadapan Ana. "Elo kan masih bisa ganti baju, pakai seragam sekolah!" Tangannya menghapus air mata Ana. Ana menatapnya malu. Kemudian dia menunduk dan menangis lagi. "Gue malu banget! Pasti banyak siswa yang ngelihat gue pas jatoh tadi,pasti mereka ngejek gue dan nyeritain gue. Pasti..." "Sssssssttttt,gak usah pedulikan apa kata orang. Yang jelas itu bukan kesalahan Lo. Kalau mereka ngejek elo, berarti mereka belum dikatakan dewasa. Positive thingking aja!" Katanya lagi. Ana berani menatapnya,kali ini tatapan itu sangat tidak dapat diartikan. "Makasih," katanya pelan. Bram mengangguk lalu mengambil seragam sekolah milik Ana dari tasnya. "Udah sana! Ganti baju Lo. Kalau dilamain nanti kering trus susah dicuci." Kata Bram seraya memberikan baju itu. Ana spontan tertawa. Iapun berdiri dan berjalan keluar, diikuti oleh Bram. "Elo persis banget deh kayak Abang gue," ucapnya setengah tertawa. Bram senyum-senyum sendiri,hingga dirinya sadar kalau dia hanya memakai kaus kutang yang sudah berwarna cokelat. "Seandainya saat ini hujan turun lagi, pasti seru. Iyakan?" Tanyanya kepada Ana. Ana menatapnya. Entah kenapa hatinya begitu luluh melihat perlakuan Bram tadi. "Maaf ya,karna gue baju Lo kotor begini. Nanti bakalan gue cuci kok,makasih banyak ya." Katanya dengan mata berkaca-kaca. Senyum Bram seketika pudar. "Elo mau nangis? Jangan didepan gue dong. Gue gak kuat," Katanya sedikit kesal. Ana tertawa,saat itu air matanya tumpah. "Iya,gue gak bakalan nangis lagi kok. Kan ada elo yang selalu buat gue tersenyum." Tangannya mengusap air matanya. "Kan udah menjadi tugas gue untuk jagain elo. Jadi kalau elo ada masalah,cerita aja sama gue." Balas Bram serius. Mereka sudah sampai di toilet cewek. "Udah sampai, makasih ya. Gue mau masuk dulu. Elo udah bisa pergi," Kata Ana dan hendak berpaling dari Bram. Bram menangkap tangan kanannya, "Eitss tunggu dulu. Cuma gitu doang? Gue ada satu syarat supaya nerima terimakasih dari Lo." Ia melepaskan tangannya lalu melipatnya didepan d**a. Ana menyerngitkan dahinya, "Mau apa Lo?" Tanyanya penasaran. Dengan ekspresi jahil Bram mendekatkan wajahnya dan berada tepat di telinga Ana. "Nanti kita pulang bareng ya,kali ini gue mohon bangetttt."Pinta Bram berbisik. Ana yang merinding langsung masuk toilet dan menutup pintu. Andai Bram melihat wajahnya yang merah semerah cabai rawit,pasti dia akan mengejeknya. Bram hanya tersenyum puas, "Berarti jawabannya iya. Mulai sekarang kita bisa cakapan lagi. Oke?" Kemudian dia mengetuk pintu tiga kali. "Sah!" Ucapnya lalu duduk di sebelah toilet. Mungkin menunggu Ana. Setelah beberapa menit,Ana keluar dengan wajah bersih dan rambut basah. Ia terkejut berat saat melihat Bram,dengan wajah datar dan terlihat konyol duduk disamping toilet. "Elo ngapain?" Tanya Ana terbata-bata. Bram berdiri lalu membersihkan bokongnya. "Yah nungguin elolah. Jaga-jaga siapa tau ada yang niat ngintip elo." Balasnya santai. "Elo gak mandikan? Awas loh,nanti penjaganya ngikutin." Katanya lagi sambil berjalan disamping Ana. Ana memukul pundak Bram, wajahnya kembali memerah. "Apaan sih mana mungkinlah gue mandi!Cuma cuci rambut sama muka aja kok," pekiknya pelan. Bram terus tertawa setiap kali melihat Ana dengan ekspresi seperti itu. "Iya,iya. Gue tau kok," balasnya lalu mereka berjalan berdua lagi kekelas. Tanpa memperdulikan beberapa pasang mata yang melihat kearah mereka. Flashback off *** Malam ini Ana sedang duduk termenung tepat dijendelanya, seperti burung kakatua. Matanya yang menatap jauh keatas sana tampak begitu berkilau. Pikirannya melayang akan kejadian di sekolah tadi. "Nana,sayang. Ada yang nyariin kamu,sayang." Tiba-tiba suara mamanya membuyarkan lamunannya. "Iya mah,Nana keluar." Jawabnya sambil keluar. Saat ia membuka pintu,tidak ada orang disana. Hanya terdengar suara anjing tetangga yang sedang bergonggong. Ana memberanikan diri untuk membuka gerbang rumahnya. Dan... Tapppppp... Tidak ada orang disana. Kembali yang terdengar hanyalah suara anjing itu bergonggong lagi. "Kok gak ada orang ya?" Katanya sambil menggaruk kepalanya. Saat ingin kembali lengan Ana menyenggol sebuah plastik di jeruji gerbangnya. "Apa ini?" Ia membuka plastik berwarna merah itu dan mendapatkan setangkai mawar serta sebatang cokelat. Diatas cokelat itu ada sebuah surat dan tertulis sesuatu. Untuk Ana. Ini yah coklat dari lumpur sisa Lo jatoh tadi dilapangan. Hahahaha,becanda. Tadi gue gak minta maaf secara resmi. Jadi biarlah lewat perantaraan surat ini gue bisa minta maaf sama Lo. Kalau Lo diam,berarti ya. Udah ya makasih. Salam dari si tamvan,Bram setia setiap saat. "Ya ampun" Pekik Ana sambil melompat-lompat kegirangan. Ia berlari kerumahnya dengan semangat. Sedangkan cowok yang dari tadi mengintip dari balik gorden rumahnya hanya senyum-senyum melihat Ana. Yah,Bram yang selalu perhatian dalam diam. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD