Malam ini begitu dingin, sedingin hati seorang gadis yang sedang duduk di balkon rumahnya. Ia memandangi langit hitam yang gelap.
Tak ada bintang disana,hanya awan gelap yang membawa sejuta tetes air bersama petir yang terus menyambar. Entah kenapa,semenjak Bram datang, gadis ini menjadi lebih sering melamun.
"Nita,kamu udah makan sayang?Ayo kita makan nak,"
Tiba-tiba Maya menyadarkan Nita dari lamunan singkatnya. Gadis itu menoleh sebentar lalu kembali menatap langit lagi.
Maya berjalan kearahnya sambil menepuk pundak gadis itu. Nita hanya tersenyum kecil lalu menelungkupkan kepalanya ke atas pahanya yang ditekuk. Maya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.
"Nita lagi malas makan mom, nanti aja,lagi gak mood banget." Ia menatap mata Maya dengan nada lemas.
"Emangnya kamu lagi ada masalah? Cerita dong sama mama,siapa tau mama bisa kasih jalan keluar." Ucap Maya dengan lembut.
Seketika mata gadis manis dihadapannya berkaca-kaca, ia meluruskan posisinya menghadap gadis itu dan demikian sebaliknya.
"Mom masih inget gak sama yang Nita pernah ceritain?" Tanya Nita.
Maya tampak berpikir sejenak.
"Oooh, kalau mama gak salah namanya Revan?" Jawabnya sambil memasang ekspresi yakin.
"Iya,mama bener. Nita pernah cerita kalau Nita suka sama tuh cowok. Tapi belakangan ini perasaan Nita udah pindah sama orang lain. Tapi orang itu malah sering nanyain tentang Ana. Setiap cowok itu nanyain tentang Ana, entah kenapa hati Nita kayak sakit gitu mom," Bibir Nita mulai bergetar,cepat ia menggigitnya.
Matanya yang tadi berkaca-kaca,mulai meneteskan air mata. Mungkin saat ini ia merasa sakit yang tidak bisa dijelaskan.
Dengan mata penuh ketegaran, senyum penuh kelembutan dan perkataan penuh dengan penyejuk hati,Maya mengelus lembut rambut putrinya itu.
"Mungkin kamu cemburu! Hal seperti ini memang sering terjadi pada masa pancaroba seusia kamu,sayang. Terkadang kamu suka sama Revan,terkadang sama cowok lain,bahkan saat kamu rasa udah gak suka lagi sama Revan,sekali aja dia senyumin kamu, mungkin kamu akan kembali suka sama dia..."
Nita hanya menganggukkan kepalanya. Semakin lama Maya bercerita,tampak sebuah senyuman mulai terlukis di wajahnya.
Lama kelamaan gadis itu tertawa dan kembali ceria. Maya menceritakan semua pengalaman mudanya,mulai dari siapa cinta pertamanya,mantannya,bahkan kakak kelas yang pernah disukainya saat dibangku SMA yang kini menjadi suaminya.
"Nah,begitu sayang. Kalau misalnya cowok itu lebih memilih Ana,kamu tidak boleh membencinya bahkan sampai membuat persahabatan kalian pecah. Ingat kata mama tadi."
Maya mengakhiri ceritanya seraya memegang pundak Nita lalu mengangkatnya. Nita tersenyum puas lalu memeluk wanita yang mulai paruh baya itu.
"Makasih mom, iya... Nita janji gak bakalan kayak gitu lagi."
"Yaudah,sekarang kita makan yah? Mama udah masakin sup jamur kesukaanmu." Balas Maya seraya berjalan kearah meja makan.
Nita berjalan dengan begitu yakin. Lukisan senyum itu belum luntur dari wajahnya.
Baginya,mamanya adalah motivator paling hebat yang pernah ada. Mereka ke meja makan bersama Tio, ayahnya. Mereka bertiga memakan hidangan yang sudah disiapkan Maya dengan setulus hati. Nita memakannya dengan lahap. Melepaskan segala penat pikirannya seiring habisnya sup itu.
***
Mata lelaki itu belum bisa tertutup rapat. Ia selalu mendengus panjang, bergerak kesana-kemari, memainkan gadgetnya, bersikeras untuk melakukan hal yang dari tadi sulit untuk dilakukannya.
"Telpon,enggak,telpon,enggak..
Chat,enggak,chat,enggak..
Datang atau panggil,datang atau panggil.."
Sudah lebih dari tiga jam Bram melakukan hal itu sambil menggerakkan jarinya. Untuk sesaat ia memutuskan menelepon,tetapi saat ia memegang gadgetnya, pikirannya seakan buyar.
Bahkan beberapa kali dirinya berteriak histeris sambil menjambak rambutnya.
"Aaaaaaaaaaa,gue harus gimana? Mana mungkin Ana mau ngechat deluan,pasti dia masih sakit. Tapi kalau gue chat deluan gimana yah?? Malah nih rindu makin berkobar lagi,bibir sulit berkata,gue harus gimana coba?"
Bram tampak seperti 'udin', orang gila yang sering berbicara sendiri didepan gerbang sekolah. Wajahnya begitu frustasi.
Untuk menghilangkan stressnya,ia membuka i********:. Berharap melihat sesuatu yang mungkin bisa menghilangkan kegilaannya.
Tiba-tiba matanya terbelalak saat melihat seseorang memosting sesuatu.

Selepas itu,jarinya tetap menggeser kebawah lagi,ada caption yang mengatakan:
Nunggu kamu ngechat deluan sama aja kayak nunggu koruptor habis di Indonesia.
Tangan Bram langsung mencari nama Nana,ia mengetik beberapa kata yang mungkin berasal dari otaknya.
"Okeh,siap!Haaaaaaaaaaaahhhh" Bram bernafas lega.
Ada ledakan-ledakan kecil dihatinya,mungkin sebuah harapan atau, entahlah! Yang jelas dia merasa jauh lebih baik dari sebelumnya.
Tiba-tiba pada saat itu juga, terdengar suara khas dari w******p miliknya. Dengan cepat ia membukanya,ternyata...
Ana mengirim pesan untuknya,tepat saat ia juga mengirim pesan buat Ana. Bram membacanya dengan jantung berdisko.
Malam Bram,gimana kabar elo?Udah makan? Lagi ngapain?Oh iya,kapan tugas kimia dikumpul?Udah dulu ya,selamat malam.
Seketika itu Bram seakan terbang ke awan. Hatinya gembira tak karuan,berarti Ana juga sedang memikirkan dirinya.
Semakin lama Bram merasa begitu semangat. Ingin rasanya dia mempercepat waktu dan bertemu dengan gadis itu besok. Bram cepat menarik selimutnya lalu menutup mata gembira. Berharap besok cepat datang.
***
Bulan mulai menunjukkan keanggunannya, sebuah benda yang dapat membuat gadis berkacamata itu merasa sedikit damai. Ia sudah merasa baikan.
Tadi sore,setelah bersikeras supaya dirinya tidak disuntik,tetap saja Dinda mampu menghancurkan gunung batu dihati putrinya itu.
Kini dia sedang menatapi sebuah benda kotak yang ada dihadapannya. Seakan hendak melakukan sesuatu tetapi tidak mampu.
"Gue chat enggak ya? Dia lagi apa? Udah makan belum? Nanti kalau gue chat...." Hatinya seakan sedang berperang dengan otaknya.
Ingat!Dia itu lelaki penggoda,jadi jangan pikirin dia lagi!
Ana,sudah lebih dari tiga jam ia membolak-balik handphonenya. Membuka w******p,hendak mengechat seseorang. Namun selalu saja gagal.
"Enggak,iya, Enggak, iya, Enggak,iya..." Sambil menghitung jarinya,ia mencoba untuk menetapkan keputusan.
Dengan ketikan lambat,ia mencari nama seseorang,lalu mengetik sebuah pesan. Jarinya sangat hati-hati,supaya tidak ada salah kata.
Setelah mengirimnya,ia bernafas lega. Tiba-tiba pada waktu itu juga,terdengar bunyi pesan. Ana melihatnya,berasal dari instagramnya, bahwa Bram mengirim pesan.
Malam Nana,gimana kabar elo?Udah makan?Cepet tidur,jangan begadang dulu. Oh iya,tugas kimia dikumpul besok. Jangan lupa,udah dulu yah. Met bobo Nana antik,dari sebangku terpopuler Lo,Bram.
Booooooommmm..
Ana seketika mematung. Pikirannya pecah!mungkin Bram juga sedang merasakan apa yang dirasakan oleh dirinya.Kenapa tepat pada saat itu juga pesan dari Bram masuk? Ana memegang telinganya yang panas,jantungnya berdetak kencang.
Buat pertama kalinya hati itu seakan berbunga. Dan anehnya lagi,kini dia berteriak di bantalnya. Tersenyum lebar dan tertawa bahagia. Apakah ini yang dinamakan...?
Cinta?
***