Kedua keluarga kini sudah duduk tenang dengan posisi masing-masing. Wanita duduk berkumpul dengan wanita begitupun para pria duduk dengan kaumnya. Acara akan segera dimulai.
Diki yang mengalami grogi luar biasa duduk di samping Papinya. Ia sedari tadi berusaha menenangkan diri. Kakak-kakaknya,Dany, Dimas dan Deri duduk tidak jauh darinya.
" Bismillahirrahmanirrahim, Sebelumnya saya selaku tuan rumah dan juga ayah dari Silmi mengucapkan terimakasih kepada keluarga Pak Yusuf Hadiwijaya yang datang dari jauh telah berkenan untuk singgah di kediaman kami yang sederhana ini." Pak Imran membuka pembicaraan.
Semua yang hadir menyimak dengan baik. Apalagi Diki yang menjadi tokoh utama. Sedari tadi ia mencari Silmi yang masih berada di dalam. Sementara anak-anak berada di luar rumah. Mereka sengaja diungsikan agar tidak mengganggu acara.
" Saya ucapkan selamat datang kepada seluruh keluarga besar Hadiwijaya yang hadir di sini." Ucap Pria yang berprofesi sebagai Ustadz itu sambil memandang ke arah keluarga Diki.
" Saya ucapkan terimakasih atas penerimaan dari keluarga Pak Imran. Ini merupakan pertemuan pertama keluarga kami dengan keluarga Bapak, Saya selaku ayah dari Diki tidak akan banyak berbasa basi. Maksud kedatangan kami sekeluarga kemari adalah untuk meminang putri Anda. Anak bungsu saya yang bernama Diki telah lama menaruh hati kepada putri Anda yang bernama Silmi." Pak Yusuf menyampaikan maksudnya.
" Saya mewakili putra saya bermaksud melamar putri Bapak untuk anak saya yang bernama Diki, saya ingin menjadikannya menantu keluarga kami. Semoga keluarga Pak Imran berkenan menerimanya." Lanjut Pak Yusuf penuh harap.
" Terimakasih banyak, Saya selaku wali dari putri bungsu kami Silmi merasa tersanjung dengan lamaran ini. Niat yang luar biasa mulyanya." Pak Imran terlihat gembira.
" Kami sekeluarga telah sepakat tidak akan terburu-buru untuk menjawab lamaran ini. Kami memiliki standar dalam menentukan para pendamping anak-anak." Pak Imran memberikan pernyataan yang cukup mengejutkan untuk pihak keluarga Diki.
Diki langsung merasa demam. Bayangan penolakan mulai menghantui pikirannya.
" Saya pimpinan pondok pesantren, di masa yang akan datang tentu saya membutuhkan generasi penerus. Saya telah memutuskan bahwa anak-anak dan menantu saya pun harus terlibat mengurus pondok yang saya bina selama puluhan tahun. Saya ingin anak menantu saya memiliki kecakapan yang memadai di bidang ilmu agama. Maka dari itu saya ingin Nak Diki juga memiliki kecakapan terutama bisa hafal Al-Qur'an 5 Juz saja." Pak Imran mengajukan sebuah syarat.
" Bagaimana Nak Diki, apakah Nak Diki siap dengan persyaratan tersebut? Kalau Nak Diki sudah memenuhi syarat sekarang juga kami terima lamarannya." Pak Imran menatap ke arah Diki yang tegang.
Diki terkejut, hafal Al-Qur'an 5 Juz?!? Wah yang benar saja, Ia cuma hafal juz 30 saja. Ia bukan lulusan pesantren.
Kecewa, tentu jawaban yang diberikan kurang memuaskan. Pihak keluarga Diki sangat mengharapkan keluarga Silmi langsung menerima lamarannya. Tapi semua tidak sesuai harapan. Malah mengajukan syarat yang cukup berat.
" Maaf Pak, saya sangat menginginkan putri Anda, namun sepertinya saya tidak memenuhi syarat tersebut. Bagaimana kalau Anda memberikan waktu untuk saya buat berusaha menghafalnya." Diki mengajukan penawaran. Walaupun ia sadar akan kekurangan dirinya namun ia ingin berusaha memperjuangkan cintanya.
" Baiklah, saya akan memberikan waktu 2 bulan kepada Nak Diki untuk menghafal Al-Qur'an 5 Juz. Jika sudah siap segera temui kami kembali." Pak Imran setuju.
Akhirnya jawaban lamaran Diki ditangguhkan menunggu Diki hafal Al-Qur'an 5 Juz.
Usai menyepakati itu semua yang hadir dipersilahkan menikmati jamuan hidangan yang telah disajikan. Keluarga Pak Yusuf dan Pak Imran juga berbaur. Mereka saling kenalan dan mengakrabkan diri. Silmi juga hadir di tengah mereka.
***
Keluarga Hadiwijaya kembali lagi ke Jakarta pada hari Minggu Siang setelah menginap semalam di Malang. Semua anggota keluarga merasa belum tenang karena Diki belum diterima. Masih selangkah lagi.
" Kasihan banget Diki harus berjuang keras untuk mendapatkan istri." Dany menghela nafas panjang.
Ia dan istrinya berada di kamar bersiap untuk tidur.
Diki anak yang baik, disukai banyak gadis terbukti mantannya ada banyak. Soal jodoh kenapa sulit sekali.
" Mudah-mudahan saja dia bisa lulus hafal 5 juz." Heni mendoakan adik iparnya.
" Amin. Biar Diki segera menikah. Syarat cuku cwp berat juga. Untung dulu Papa ga seribet Diki buat menikahi Mama." Dany tersenyum mengenang perjalanan cinta dengan istrinya. Dijodohkan, nikah kontrak dan berujung bahagia walaupun awalnya tidak saling mencintai.
" Dobble untung ya Pa, Malah Papa yang kasih syarat ke Mami." Heni juga tersenyum.
Kisah cinta mereka itu jadi rahasia mereka dan orang-orang terdekat mereka saja.
" Lebih dari dobble kali, dikasih duit banyak, dikasih jabatan CEO, langsung dapat anak lagi. he..he.." Dany terkekeh. Dany tidak pernah menyesal menikahi istri nya yang lebih tua 10 tahun darinya itu.
" Mami emang keren, pokoknya nanti kalau Diki sampai gagal menikah dengan Silmi, kayanya Mami harus bertindak. Mami yang harus cariin jodoh buat Diki. Perjodohan yang dilakukan Mami 100 persen selalu sukses Pa." Heni mengemukakan idenya.
" Papa setuju. Emang betul. Tante Yusi, Om Lukman, Indra dan Airin juga rumah tangganya berjalan harmonis. Mereka kan hasil perjodohan Mami " Dany membeberkan beberapa fakta perjodohan di keluarganya.
" Tasya dan Erik juga kan tidak lepas dari peran Mami." Heni jadi ingat kasus Tasya.
***
Menghafal Al-Qur'an 5 juz dalam 2 bulan?! itu adalah tugas yang cukup berat sebagai syarat menjadi menantu Pak Imran. Namun Diki harus berjuang.
Diki termenung di atas kasurnya. Sanggupkah dirinya menghafal Al-Qur'an 5 Juz dalam waktu 2 bulan? Ia harus bisa melakukannya.
Gua pasti bisa. Harus!! Batin nya berteriak.
Ia lalu bangkit dan mengambil Al Qur'an di laci mejanya. Membuka kitab suci yang biasa dibacanya selepas shalat Subuh. 5 Juz sangat banyak. Ia juga mengambil ponselnya dan mulai mencari tips cara cepat menghafal Al-Qur'an.
Dengan mengucap Basmallah, Diki berencana melakukan program nya besok pagi.
Silmi, mengapa sulit sekali mendapatkan dirimu.
Pukul setengah empat pagi Diki sudah bangun, Ia melaksanakan shalat malam lalu membaca Alquran sambil menunggu adzan Subuh.
Usai shalat Subuh pun ia langsung menghafal ayat-ayat Alquran mulai dari surat Al-fatihah lalu beberapa ayat Al-Baqarah. Pria itu dengan penuh semangat sudah menuliskan program dan target harian yang harus dicapai. Bahkan di ponselnya ia sudah memasang audio yang bisa didengar kapanpun dan dimanapun.
***
" Dan, gua mau izin selama 2 bulan ini kalau bisa gua ga lembur ya." Diki meminta izin kakak sekaligus bosnya.
Pria itu membutuhkan banyak waktu untuk melaksanakan programnya.
"Ok, tapi nanti kalau urusan udah beres ganti ya." Dany setuju dengan syarat.
" Ok. Sip. Gua cape banget nih harus menghafal 5 juz." Diki curhat.
" Akhir pekan Sabtu Minggu ikut acara aja di Bogor di pesantren nya Ustadz Yunus Mansur. Ada bimbingan hafalan Al Qur'an juga. Maksudnya biar cepat hafal dan terarah." Dany memberikan masukan.
Dany juga dulu selama 6 bulan pernah ikut pesantren.
" Ide yang bagus, gua emang butuh tutor, gua ga bisa melakukan sendirian. Biar terprogram." Diki setuju usulan Dany.
" Ntar gua antar ke sananya." Dany tampak antusias.
Walaupun keduanya sering ribut dan bersitegang sejak kecil sampai dewasa namun mereka juga kompak.
***
TBC