Satu tahun kemudian
Diki sudah selesai kuliah S2 nya dengan predikat cumlaude. Setelah magang selama 3 bulan akhirnya pemuda berusia 24 tahun itu kembali lagi ke tanah air.
Sementara sang ART yang juga pengasuhnya sejak ia balita menetap di negeri Kangguru itu. Setelah menjanda 20 tahun akhirnya Bi Asih disunting bule bernama John Alison. Berasa dapat durian runtuh.
Diki mulai bekerja di perusahaan Y &R sebagai sekretaris Dany. Heni rencananya mulai besok akan resign karena kandungannya sudah menginjak usia 8 bulan.
Hari pertama kedatangan nya ke kantor langsung disambut dengan bisik-bisik karyawan perempuan. Mereka yang tergabung dalam klub pecinta Dany alias Dany fans club langsung heboh.
" Anggi, tadi aku ketemu cowok tampan mirip Pak Dany, kayanya saudaranya deh," Terdengar suara karyawan bernama Putri, si cewek pendiam mulai menebar gosip.
" Masa sih?" Anggi rekan kerjanya tak percaya.
" Beneran.!" Putri tampak serius. Berita penting kehadiran pria-pria tampan di kantor selalu menjadi topik hangat yang tidak boleh dilewatkan. Maklum mereka adalah jomblowati yang sedang menunggu datangnya jodoh.
" Kalian ngomongin siapa sih?" Vio dengan perut buncitnya mendekati mereka.
" Cogan baru," jawab Anggi antusias.
" Emang ada?" Vio penasaran. Walaupun sudah menikah dan akan segera mempunyai anak soal cowok ganteng bin tampan wanita yang satu itu tidak mau ketinggalan.
" Tadi aku ketemu di lobby. Masih muda, tinggi, kulit putih. Ehmm, pokoknya harus lihat sendiri deh! Sulit dilukiskan dengan kata-kata," Putri sangat antusias memberikan deskripsi si cowok.
" Kalian sedang apa?" Tiba-tiba datang seorang wanita bertubuh gempal berusia 40an mengagetkan mereka.
" Eh Bu Rita, .." Anggi malu-malu.
Bu Rita adalah direktur pemasaran yang menggantikan Dany. Lumayan streng.
" Jangan ngegosip, cepat kerja!" Ia berkata dengan nada tinggi.
Sejakkakak kandung Diki yang bernama Dany jadi CEO, wanita-wanita jomblo itu jadi kehilangan kecengan. Apalagi pengganti di Divisi Pemasaran itu seorang wanita yang galak dan menyeramkan jadinya mereka tidak bisa cuci mata. Dany berada di lantai 6. Kalau mau ketemu harus sengaja nongkrong di parkiran atau lobby, itu pun harus rela menahan sesak karena si Bos tampan nan rupawan itu datang dan pulang menggandeng istri cantiknya.
" Siap Bu." Vio langsung balik ke mejanya.
" Bu Rita, mau nanya nih." Putri mencoba memberanikan diri walaupun tak yakin akan mendapat jawaban yang memuaskan.
" Nanya apa?" Tanyanya sambil membenahi posisi kacamatanya.
" He..he...ada cowok ganteng banget tadi kayanya dia menuju lantai 6. Siapa ya?" Putri mengajukan pertanyaan nya seolah ingin menuntaskan rasa penasarannya.
" Cowok ganteng yang mana? di kantor ini kan banyak." Ujar Bu Rita seraya mengingat-ngingat.
" Bisa aja itu client Pak Dany." Bu Rita lalu pergi meninggalkan mereka tanpa mau membahasnya. Sebenarnya wanita itu tahu. Pria itu pasti Diki anak bungsu Pak Yusuf namun supaya tidak berkepanjangan ia tidak mau memberi bocoran apapun untuk anak buahnya yang hobby ngegosip.
***
" Assalamualaikum Mas Fikri," Diki mengucap salam ketika masuk ruangan Fikri yang pintunya sudah terbuka.
" Hai Diki apa kabar?" Sapa Fikri ramah. Ia lalu berdiri dari tempat duduknya dan menyambut Diki dengan pelukan hangat.
" Kabar baik mas." Diki pun tersenyum seraya membalas pelukan Fikri.
" Akhirnya gabung juga," ucap pria itu dengan raut gembira.
" Seperti titah Papi Yusuf, mulai hari ini aku bakalan ngantor di sini," Diki tertawa.
" Udah ketemu Dany?" Tanyanya.
" Barusan mau ke ruangannya tapi ga jadi," ujarnya.
" Kenapa?" Fikri mengerutkan keningnya.
" Tuh bos ga tahu diri banget masa sih di kantor sepagi ini malah berbuat m***m. Peluk- pelukan sambil ngelus-ngelus perut istrinya," Diki bersungut-sungut.
" Itu mah bukan m***m. Dia lagi berinteraksi sama baby nya," Fikri malah membela Dany.
" Ah, tetep aja pemandangan mesra-mesranya ga enak dilihat," Diki mencibir.
" Kamu kaya yang kurang kemesraan gitu sama cewek kamu. Lihat orang lain mesra malah nyinyir," Fikri hampir terbahak.
" Ngomong apa sih mas. Aku ga punya pacar!" Diki sewot. Tanpa sengaja ia mendeklarasikan status jomblonya.
" Diki dengerin ya, soal Dany yang berbuat apapun itu mah bebas urusan dia. Lagian kan sama istri sahnya kenapa harus dipermasalahkan," Fikri memberi pengertian.
" Iya juga sih." Diki tersenyum.
" Buruan ke sana! Aku juga banyak kerjaan," Fikri malah mengusir Diki.
" Siap" Pemuda tampan itu pun lalu meninggalkan ruangan Fikri.
***
" Selamat pagi semuanya." Diki menyapa Kakak dan Kakak iparnya.
" Hai Diki kok baru datang sih!" Seru Heni.
" Dari tadi kali cuma nunggu sikon memungkinkan," jawab Diki. Lalu ia duduk di sofa.
" Maksudnya?" Dany tak mengerti.
" Kaliannya tadi lagi sibuk," jawabnya.
" Kamu mau mbak bikinin minum apa? teh atau kopi?" Heni berdiri hendak membuatkan minuman untuk adik iparnya.
" Teh aja sekalian brownies kukus coklatnya," pinta Diki.
" He..he... brownies coklat adanya di rumah kali. Di sini adanya juga brownies yang itu," Heni tertawa sambil menunjuk ke arah suaminya.
Usai membuatkan teh untuk kedua kakak adik itu, Heni ikut bergabung dengan mereka.
" Mulai hari ini ya kamu resmi gantiin mbakmu," ucap Dany.
" Siap Bos!"
" Nanti habis makan siang kamu ikut meeting!" Dany mulai memberi tugas untuk adiknya.
***
" Selamat siang Pak!" Vio menyapa Diki yang sedang duduk sendiri di kantin.
" Siang" Diki melirik ke arah wanita hamil itu.
" Bapak adiknya Bos Dany ya?" tanya Vio penasaran
" Iya." Diki mengangguk.
Ternyata gosip keberadaan cogan itu benar adanya. Si cogan alias cowok ganteng yang dimaksud Putri itu ternyata Diki. Vio tadi menghubungi Heni menyampaikan penemuannya Putri.
" Kenalin aku Vio istrinya Kak Alan." Vio memperkenalkan diri dengan penuh percaya diri.
" Oh, ya? gimana tuh kabar Alan dah lama ga ketemu? Silahkan duduk!" mendengar pengakuan Vio, Diki langsung menyambut ramah istri Alan teman Dany yang tentunya ia kenal baik.
" Alhamdulillah baik." jawab Vio.
" Maaf waktu kalian nikah aku ga datang." seru Diki menyesal.
" Ga apa-apa Pak," Vio tersenyum.
" Kamu di divisi mana?" tanyanya.
" Pemasaran. Bapak dimana?" Vio balik bertanya. Tentu saja ia akan mengorek info sebanyak mungkin untuk disebar kepada Anggi dan Putri.
" Aku sekarang Sekretaris nya Dany menggantikan istrinya. Kamu jangan panggil aku bapak dong. Panggil Mas atau nama saja. Aku kan belum tua." Diki keberatan dengan panggilan Vio
" Oke deh mas," Vio setuju.
Dari kejauhan geng jomblowati pecinta Dany melihat ke arah Diki dan Vio yang sedang berduaan.
Dengan langkah pasti mereka hendak mendekati Vio. Kebetulan meja di samping mereka kan kosong jadi ada modus untuk menguping, syukur-syukur diajak gabung.
" Eh Vio,...."Anggi berbasa-basi.
" Itu teman-teman kamu?" Diki bertanya kepada Vio.
" Iya. Satu Divisi." jawab Vio.
" Suruh bareng kita saja!" bisik Diki
" Duduknya di sini aja!" perintah Vio kepada teman-temannya.
" Terimakasih."
Mereka tampak senang mendapatkan kesempatan itu.
" Kenalin ini Pak Diki adiknya Pak Dany!" seru Vio.
Putri tidak mengedipkan matanya. Tampan.
Tentu saja Diki juga mencuri pandang ke arah mereka. Cantik semua. Namun Diki tidak selera untuk lebih jauh memikirkan menjalin hubungan dengan salah satu di antara mereka. Semuanya terlalu tua bagi dirinya. Itu menurut penilaian Diki.
****
TBC