Suasana canggung melingkupi kami. Aku melepas pelukan dari tubuh Mas Bima saat sadar ada Salwa yang sedang memperhatikan kami. Bukan hanya malu. Aku juga takut Mas Bima akan marah karena aku telah lancang memeluk tanpa meminta persetujuan darinya. "Maaf, Mas. Aku ... tadi aku lancang. Aku keluar dulu." Gegas aku keluar ruangan sebelum melihat reaksi Mas Bima. Sejauh ini ia hanya bungkam dengan ekspresi datar, tanpa menunjukkan raut kemarahan di wajahnya. Semoga saja ia paham bahwa istrinya yang satu ini juga sedang membutuhkan sandaran. Bukan hanya Salwa, aku pun ingin diperhatikan olehnya. Namun sayang, keinginanku tersebut hanya sebatas angan semata. Ah, aku teringat Vano yang aku titipkan pada Mirna. Beruntung sepupuku itu bersedia menjemput Vano di rumah sakit dan membawanya ke But