Bab 1 - Cewek Songong

1996 Words
"Entah bagaimana bisa saat aku hanya bertemu denganmu, jantung ini berdegup cepat" – Dylan sok ganteng *** Seorang gadis memasuki apartementnya sambil menghentakkan kaki. Ia langsung melempar topi, kacamata, dan juga masker ke ranjang. Lalu membaringkan tubuh mungilnya di atas ranjang empuk. Ia menghela napas panjang dan mengeluarkan secara perlahan. "Rese banget, sih tuh cowok. Nuduh gue mau bunuh diri," kesal gadis itu saat mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Apakah dirinya terlihat seperti ingin bunuh diri? Lagi pula, mana ada orang yang mau bunuh diri di sungai yang dangkal? Benar-benar aneh cowok tadi. Gadis itu mengambil ponselnya di dalam saku. Lalu mencari sebuah nama kontak untuk di hubunginya. Anak dugong "Awas aja kalau nggak di angkat. Gue mutilasi tuh orang!" ancam gadis itu sambil menunggu orang diseberang sana mengangkat teleponnya. "Ada apa?" tanya seseorang dari seberang sana yang terdengar baru bangun tidur. "Telat empat detik!" balas gadis itu kesal. Seseorang dari seberang sana terkekeh. Hanya karena telat mengangkat telepon empat detik, gadis itu langsung marah padanya. Dasar! "Sorry. Gue baru bangun. Kenapa sih?" heran cowok tersebut. Gadis itu bangkit dari rebahannya. Lalu berjalan menuju balkon kamarnya. Ia memandangi langit siang hari menjelang sore dari Kota Jakarta. "Lo kapan baliknya, sih?" Lagi-lagi seorang di seberang sana terkekeh. "Lo lupa? Gue bahkan baru sampai dua hari yang lalu. Yang benar aja gue harus pulang ke sana sekarang." Gadis itu mengangguk paham. "Benar juga," pikir gadis tersebut. "Gue bosen tahu nggak." Ia memilih duduk di sebuah kursi yang tersedia di balkon kamarnya. "Besok udah masuk sekolah, kan? Ntar bosennya ilang," balas cowok itu di akhiri sebuah tawa kecil. Gadis itu kembali masuk. "Gue males sekolah. Lagi pula tanpa gue sekolahpun, gue udah jenius," ujarnya dengan nada songong. "Songong lo nggak pernah ilang, ya. Heran gue" "Udah ah. Lo juga bikin gue bosen," kata gadis itu menusuk ke hati. "s****n lo!" Gadis itu langsung memutuskan teleponnya. Dan melemparkan ponselnya ke ranjang. Ia membuka kulkas dan mengambil cemilannya. Kemudian berjalan menuju TV dan menyalakannya. Kabar terbaru datang dari Mr. Nic. Siapa yang tidak kenal beliau? Seorang billionaire dengan ratusan cabang perusahan di belahan Dunia. Beliau mengumumkan bahwa dalam waktu enam bulan ke depan, ia akan memberitahu siapa putrinya yang selama ini dia rahasiakan. Kabar mengejutkan ini langsung menjadi perbincangan semua orang di dunia. Bagaimana tidak— Gadis itu langsung mematikan TVnya. Lalu membanting remote TV dan beranjak menuju kamarnya. "Kabar yang membosankan" *** Seorang cowok masih bergelung dengan selimutnya. Matanya senantiasa terpejam walau sang surya telah menyapa sedari tadi. Akibat semalam dirinya begadang bermain game dengan adik lelakinya, membuat dirinya merasa sangat malas untuk membuka matanya di pagi hari. Padahal hari ini ia harus berangkat ke sekolah. "BANG DYLAN BANGUN!!" Teriakan yang begitu cempreng itu menggema dikamar Dylan. Teriakan yang dapat merusak gendang telinga siapa saja yang mendengarnya. Termasuk cowok yang tidur itu. Dylan langsung terbangun ketika mendengar teriakan maut dari adiknya. Sungguh sakit sekali saat kalian mendengar suara cempreng Nessa. "Teriakan lo itu bisa bikin gue mati tahu nggak!" kesal Dylan pada Nessa setelah terkumpul semua nyawanya. Nessa mengerucutkan bibirnya. Abangnya ini tidak tahu berterima kasih. Masih mending dirinya mau membangunkan Dylan dari tidurnya. Kalau tidak sudah pasti akan terlambat sekolah dan terlebih akan mendapat omelan bunda. "Abisnya dari tadi dibangunin susah. Gue pikir Bang Dylan mati." Mata Dylan melotot mendengar peruturan adiknya yang kelewat pedesnya. "Cepetan mandi. Nanti bisa telat." Nessa menarik tangan abangnya dan mendorongnya ke kamar mandi. "Dua puluh menit langsung ke bawah!" "IYA-IYA BAWEL LO!" Setelah selesai mandi, Dylan dengan langkah cepat menuruni anak tangga menuju ruang makan. Sudah menjadi kebiasaan Dylan mengacak-acak rambut kedua adiknya sebelum duduk. Membuat kesal adik-adiknya terutama si Nessa. "BANG DYLANN!" "Apa Sayang?" beginilah Dylan. Hobi banget bikin kedua adikknya kesal di Pagi hari. Ayah dan bundanya hanya bisa menggeleng karena kelakuan putra sulungnya. Mereka semua akhirnya bersarapan dengan nikmat. Dylan yang sudah selesai dengan sarapannya, langsung berdiri. Berjalan menuju kursi makan kedua orang tuanya. "Dylan berangkat dulu, ya." pamit Dylan sambil menyalami kedua punggung tangan orang tuanya. "Hati-hati, ya.Nggak usah ngebut." Dylan hanya mengangguk dan mengarungi kedua jempol tangannya. Satu kebiasaan Dylan saat mau berangkat. Ia selalu mencium pipi Nessa dan mengacak-acak rambut Nevan. Setelah itu, Dylan langsung berlari keluar dari rumah sebelum teriakan maut kedua adiknya terdengar. "BANG DYLANN!!" *** Lain halnya dengan Dylan yang sudah berangkat sekolah. Gadis ini malah sedang sibuk mencari dasinya. Padahal hari ini adalah hari pertamanya berangkat ke sekolah barunya. "Mampus, bisa telat gue!" frustasinya karena tak berhasil menemukan dasi. Gadis itu menepuk jidatnya dan berusaha keras mengingat dimana ia meletakan dasinya. "Ketemu juga lo! Untung lo dasi, kalau mantan ogah gue nyari lo!" Ia mengangkat dasinya yang ternyata terletak di kolong meja belajarnya. Gadis itu langsung bergegas keluar dari apartementnya. Ia bingung dimana letak sekolahnya. Dan harus dengan apa dirinya bisa sampai ke sekolahnya. Gadis itu tanpa berpikir panjang berlari menuju ke arah yang ia rasa benar. Ia mengingat kata si anak dugong, kalau sekolahnya tidak jauh dari apartementnya. Itu artinya, ia tidak akan telat kalau dirinya berlari. Dia memegangi lututnya saat sampai di depan gerbang sekolahan. SMA BINTANG "s****n, ini mah jauh banget dari apartement. Di kibulin si dugong gue," kesalnya.Ia mengatur napasnya yang masih terengah-engah akubat berlari jauh. Gadis itu memasuki area sekolah barunya. Banyak murid-murid yang berseragam sama dengannya berkeliaran dihalaman sekolah. Banyak juga murid-murid yang menatap aneh ke arahnya. Mungkin karena ia murid baru. Atau karena tampilannya yang sedikit berbeda. Kebanyakan para siswa menggerai rambutnya. Sedangkan ia, mencepol dua rambutnya. Ia berjalan tak tentu arah mencari letak ruangan kepala sekolah. Sampai akhirnya ia tak sengaja menyenggol lengan seorang gadis berkacamata yang berjalan tepat di sebelahnya. "Sorry, gue nggak sengaja." Gadis berkacamata itu hanya mengangguk, hendak berjalan pergi namun di tahan oleh dirinya. "Tunggu, bisa bantu antar gue ke KepSek?"Tanyanya karena bingung. "Bisa Ayok gue antar lo ke ruang kepala sekolah." Kedua remaja itu berjalan berdampingan menuju ke ruang kepala sekolah. "Lo murid baru? Kenalin, gue April." Gadis berkacamata itu mengenalkan dirinya. "Iya, gue Alessea. Lo bisa panggil gue Sea." Alessea membalas uluran tangan dari April saat gadis di depannya mengenalkan dirinya. Tak jarang banyak orang yang membisikkan mereka berdua. Terlebih paras Alessea yang sangat cantik. "Ini ruangannya. Gue tinggal ya, Se." Alessea hanya mengangguk. Dan mengucapkan Terima kasih. Alessea menarik napasnya dalam-dalam sebelum mengetuk. Dengan ragu, ia mengetuk pintu ruangan KepSek pelan. Setelah mendapat izin dari KepSek, Alessea masuk. Ia bingung karena ada seorang cowok yang duduk mengenakan almamater. Alessea tebak, pasti cowok itu anggota OSIS. "Silakan duduk Alessea." Alessea duduk bersebelahan dengan cowok itu. Alessea mengamati wajahnya. Cowok itu seperti Lee Shin-young saat memerankan drama Korea berjudul Crash Landing On You. Mungkin karena cowok itu memiliki poni yang sama dan juga berwajah imut. "Alessea, kenalkan ini namanya Alvaro. Dia adalah Ketua OSIS disini." Pak Samudra menyuruh mereka berdua untuk berkenalan. "Alessea" "Alvaro." Keduanya saling berjabat tangan tak lebih dari lima detik. "Alvaro, sekarang kamu temani Alessea keliling sekolah ya. Dan satu lagi, dia satu kelas sama kamu." Alvaro berdiri dan pamit untuk pergi dari hadapan Pak Samudra. Begitu juga dengan Alessea. Kedua murid ini berjalan berdampingan memutari sekolah. Tak lupa juga Alvaro mengenalkan letak setiap ruangan yang ada di sekolah. Alessea hanya memutarkan bola matanya. Bagi Alessea, memutari sekolahan untuk murid baru itu tidak perlu. Hanya buang-buang waktu dan membuat lelah saja. "Nah, Alessea ini namanya Perpustakaan. Di sini lo bisa pinjam buku apa aja." Alessea sekarang semakin jengah dengan penjelasan Alvaro. "Gue juga tahu kali kalau ini Perpustakaan, yang mana isinya buku-buku. Anak SD juga tahu." Alvaro menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Baru kali ini, ia mendapat jawaban ketus dari murid baru yang diajaknya berkeliling sekolah. "Langsung ke-kelas ajalah. Lama-lama ntar gue juga tahu letak semua ruangan disekolah ini." Kini Alvaro hanya bisa mengalah menuruti Alessea. Pertama kali Alvaro bertemu gadis disebelahnya, ia bisa menyimpulkan kalau Alessea ini gadis yang tidak suka basa-basi. Alvaro juga menyimpulkan kalau Alessea ini gadis yang songong. Terlihat dari cara bicara Alessea sepanjang ia menjelaskan sekolahnya. Alvaro mengetuk pintu kelasnya. Kemudian masuk diikuti Alessea dibelakangnya. Semua mata tertuju pada Alessea. Terlebih satu orang yang duduk dipojok kelas. Dia membulatkan matanya saat pertama kali melihat Alessea. Bu Desy yang sedang mengajar mapel B. Indonesia, mendekati Alessea dengan senyum manisnya. Alvaro kembali duduk ditempatnya. "Murid-murid, kelas kalian bertambah satu anggota lagi. Ibu harap, kalian semua menerimanya dengan baik. Silakan perkenalkan nama kamu." Alessea menatap kedepan. Matanya mengamati seisi murid kelas yang akan menjadi temannya. Seketika langsung kesal saat melihat seseorang yang ditemuinya kemaren siang. "Hai semuanya. Perkenalkan nama saya Alessea Nichole. Kalian bisa memanggil Sea. Mohon bantuannya dalam beradaptasi." Alessea menampilkan senyum kotaknya. "Ada yang mau ditanyakan tidak?" "Saya Bu" Bu Desy yang mengetahui kalau Arlan yang bertanya, langsung menatap memutar bola matanyap. Di kelas 12 IPA 1 ini, ada dua murid yang mendapat julukan Duo Bandit oleh guru-guru sekolah. Salah satunya Arlan. "Sea, udah punya pacar belum?" Arlan dengan senangnya menggoda Alessea. Namun bukannya mendapat balasan yang baik. Arlan malah dibikin malu oleh Alessea. "Maaf, pertanyaan Anda tidak penting." Seketika satu kelas menertawai Arlan yang gagal menggoda murid baru. Bu Desy pun ikut menertawai muridnya itu. Ini baru pertama kalinya bagi Arkan mendapat balasan ketus dari perempuan yang di gombalinnya. "Alessea, kamu bisa duduk di samping April. Yang namanya April tunjuk jari." Alessea langsung pergi menuju tempat duduknya yang berada dipojok depan dekat pintu. Ia senang karena ternyata satu kelas dengan April yang tadi mengantarkan dirinya ke KepSek. "Gue seneng tenyata kita satu kelas." Baik April maupun Alessea bisa ikut semuanya. "Gue juga. Nanti ke kantin bareng ya." April hanya mengangguk semangat. Sejak tadi, murid yang berada di pojok kiri itu mengamati Alessea. Entah apa yang ada dipikiran cowok itu. Namun yang pasti, mulutnya tidak berhenti berkomat-kamit. Membuat teman sebangkunya bergidik ngeri. "Lan, lo nggak lagi baca mantra kan?" Dylan, cowok itu langsung menoleh kearah temannya, Alvaro. "Ngaco lo. Gue bukan dukun ya" "Abisnya lo dari tadi komat-kamit sambil natap ke Sea. Jangan bilang lo mau pelet Sea, ya?" tuding Alvaro langsung mendapat jitakan dari Dylan. "Gue jitak lagi mau?" Alvaro menggeleng dan berpura-pura bahwa dirinya sedang mendengarkan materi dari Bu Desy. Padahal dalam pikirannya ia kebingungan dengan sikap Dylan barusan. -o0o- Bel istirahat berbunyi. Para murid langsung keluar kelas saat guru yang mengajar mereka selesai memberikan materi. Banyak murid yang berdesakan untuk keluar kelas. Tujuan mereka yang utama adalah kantin. Begitu juga dengan dua gadis ini. Keduanya memilih keluar kelas saat sudah sepi. Lagipula bagi mereka berdua kantin tidak akan berubah menjadi perpustakaan. Makanya mereka santuy. Mereja berdua berjalan menuju kantin. Banyak pasang mata yang menatap dengan berbagai macam. Namun di tak diacuhkan oleh keduanya. "Lo mau pesan apa, Se?" "Samain aja deh. Bingung gue." April mengangguk dan langsung memesan makanan untuk mereka berdua. Alessea memainkan ponselnya untuk menunggu April. Ia bingung harus melakukan apa. Dirinya memang cepat bosan. Begitulah Alessea. Baru saja di tinggal oleh April, Tiba-tiba datang beberapa lelaki di mejanya. "Boleh kenalan nggak?" Alessea menaikkan satu alisnya. Enggan menjawab pertanyaan dari cowok di depannya. "Diam artinya iya. Kenalin gue Rolan, cowok paling kece seantero sekolah." Cowok itu menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jemarinya. Alessea hanya diam karena malas dengan cowok di depannya. Udah tiga cowok yang mengganggu Alessea dihari pertamanya. Alvaro, Arlan, dan cowok di depannya, Rolan. Ketiganya sama-sama membuat Alessea risih. Alessea sadar kalau Alessea cantiknya melebihi batas. Sampai-sampai banyak cowok yang mendekati disaat hari pertama sekolahnya. Alessea sadar akan itu. "Lo nggak mau ngenalin diri lo?" tanya Rolan yang bingung karena dianggurin Alessea. "Nggak penting. Kita sekelas, lo pasti udah tahu nama gue." Rolan menggertakkan mulutnya. Cewek dihadapannya ini bener-bener kelewat songongnya. April datang sambil membawa nampan berisi dua bakso dan dua jus alpukat. Dahinya mengkerut saat melihat Rolan yang duduk dibangkunya. "Lo ngapain disini?" Rolan menoleh menemukan April yang yang sedang berdiri. Saat Rolan mau menjawab, tiba-tiba seseorang datang dan langsung menabok pundaknya dengan keras. "Lo ngapain nyasar kesini, Lan?" Alessea yang merasa tak asing dengan suara barusan, langsung mendongak. Kedua bola matanya membulat sempurna melihat cowok yang kemaren menuduhnya hendak bunuh diri. "Lo lagi!" "Hai"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD