Malam yang panjang dilewati oleh Rose berakhir sudah, kini dia akan menghadapi Jordan yang tidak memiliki pikiran yang waras itu. Cambuk yang terus di pacu Jordan ke punggung Rose belum juga dia hentikan, emmbuat punggung indah itu terukir dengan kebencian yang kian menumpuk dan juga dendam yang semakin membara. Rose menghitung setiap nyeri yang dia rasakan, dia bersumpah akan melakukan hal yang sama kelak kepada tubuh tua Bangka itu.
“Sir, “ Theo menghentikan cambukan yang sebentar lagi nyaris mengenai punggung Rose. Jordan menarik rambut Rose hingga Rose mengadah menahan setiap rasa sakitnya.
“Aku belum selesai dengan mu jalang.” Dengan keras Jordan menjauhkan kepala Rose lalu berjalan keluar dari kamar atau sepantasnya disebut Rose dengan penjara.
Jordan berjalan dengan angkuhnya sambil menghisap sebatang rokok, dia menatap penuh rasa benci pada Rick yang sudah membuat dia emosi. “Hallo sir, ku harap kau pagi ini dalam mood baik-baik saja.”
“Setelah kau bermain dengan wanitaku apa kau piker aku bisa baik-baik saja.” Rick menarik senyum sinis lalu tertawa.
“Oh paman ku yang luar biasa. Ku piker dia adalah pelacurmu karena kau menjadikannya piala mu semalam, tapi nyatanya ternyata kau menyebutnya wanita mu?”
“Tutup mulut mu Rick, dan aku bukan Paman mu. Kau adalah anak p*****r yang ditiduri adik ku yang malang itu. Kau beruntung karena memiliki potensi di dunia ini, karena itulah aku tidak membunuhmu seperti aku menghabisi nyawa ibu mu.” Jordan ingin pergi namun Rick menahannya.
“Kau yakin tidak ingin mendengar berita yang akan ku sampaikan Sir?” Jordan menoleh dan dia menunggu lanjutan dari apa yang akan Rick sampaikan.
“Beberapa box yang anda minta sudah sampai pagi ini, orang ku menerima laporan kalau ada kapal yang membawa masuk barang yang sebenarnya tidak pernah kita terima, orang suruhanmu itu tidak mengatakan apa itu namun dia memberikan tanda kesetiaan nya padamu serta sandi dari lingkaran kita.” Jordan menarik napas tenang dan dia tersenyum.
“Kau boleh pergi, urus apa yang aku minta kau kerjakan.” Jordan pergi begitu saja dari Mansion mewahnya lalu Rick merasa ada yang tidak beres dengan Jordan.
“Rick mulai saat ini kau harus memberitahukan ku lebih dulu jika ingin kesini. Dan satu lagi, jangan pernah dekat-dekat dengan mainan pribadi ku.” Rick tertawa mengejek saat Jordan sudah pergi, dia juga melangkahkan kakinya untuk pergi dan berhenti di depan pintu utama mansion.
Rick dengan diam-diam menyelinap kebagian samping rumah. Dia melihat dimana letak kamar wanita yang membuatnya gila hanya dengan bibir manis itu semalam. Lama dia menatap jendela itu hingga sebuah tirai terbuka, memeperlihatkan wanita dengan wajah sembab dan luka di sudut bibirnya.
Rahang Rick tiba-tiba saja mengeras, tidak ada sapaan dari Rick atau sebuah pertanda pertemanan . Dia hanya pergi begitu saja membuat nyeri dihati Rose semakin meradang. Entah apa yang doharapkan wanita itu sepertinya, dia menutup tirai dan terduduk di atas lantai yang dingin itu.
Dengan memegang kedua lututnya dia menangis. Bahunya bergetar dan berharap ada yang bisa merangkulnya dan meringankan beban itu. Tapi Rose sadar dia hanya sendiri, dan dia harus berjuang sendiri.
Sepertinya apa yang Rick katakana semalam untuk membantunya tidak perlu dia ingat. Siapa yang bisa membebaskan dia dari jerat Jordan. Mengingat nama Jordan kebencian yang dia miliki rasanya semakin dalam.
Rose masuk kedalam kamar mandi, sebelum dia masuk kesana dia mendengar ada suara aneh dari atas plafon. Semakin Rose mendengarnya semakin dia merasa ada yang tidak beres.
Tiba-tiba lubang dari atas plafon itu terbuka, Rose hamper ingin menjerit namun saat melihat itu adalah Rick dia menutup rapat mulutnya.
Rick dengan susah payah turun dari atas sana dan tersenyum sekilas pada Rose. Tangannya terulur menyentuh wajah Rose yang langsung ditepis wanita itu.
“Apa yang kau lakukan? Aku bisa mendapat masalah jika sampai ketahuan kau ada disini.” Rose mulai panic namun Rick langsung menariknya untuk masuk kedalam kamar mandi. Dia menghidupkan keran air lalu mengunci kamar mandi itu.
“Aku tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana sialnya hidupmu. Dan tennag saja, mulai sekarang kau akan sering aku kunjungi disini.”
“Tapi___,” mulut Rose langsung ditutup oleh Rick.
“Percayalah Jordan tidak akan tahu selama kita berhati-hati. Besok aku akan kembali kesini, aku akan memberikanmu ponsel agar kau bisa menghubungiku.” Rose meneteskana airmatanya dia langsung memeluk Rick.
“Terimakasih, terimakasih banyak karena sudah perduli denganku.”
“Aku minta untuk saat ini kau menjaga sikapmu. Bujuk dan Rayu Jordan agar kau bisa keluar dari tempat ini sesekali, gunakan kecantikan mu ini sayang. Rayu dia sebaik mungkin dan buat dia percaya padamu.” Rose tidak menjaawab, dan Rick tahu apa persoalannya. “Aku tahu mungkin ini berat bagimu, tapi ini satu-satunya cara agar kau mendapatkan akses sepenuhnya dari Jordan.” Rick menjatuhkan pandangannya pada bibir Rose. Dia mencium bibir itu dalam, dan seolah kesakitan dihati Rose terangkat hanya dengan kecupan lembut dari Rick.
“Kau sungguh menawan Rose, percayalah pada dirimu dank au akan sangat bisa memperdaya Jordan. Jadilah jalang untuk sementara, maka dengan begitu hidup mu yang menyedihkan ini akan berakhir.” Rick mencium kening Rose sebelum dia kembali naik keatas loteng lalu Rose menutup lubang yang sudah Rick buat untuk akses pria itu bisa masuk tadi.
Rose mendoktrin pikirannya dengan nasehat dan trik yang diucapkan Rick. Ya ! Dia memang harus menjadi jalang yang mematikan.,
*****
TBC...