Bab 4 - p*****r atau bukan?

1509 Words
Kringgg! Tok! Tok! Tok! “Layanan servis kamar!” “Iya?” Queen tersentak begitu mendengar suara bel dan pintu yang diketuk. Seketika dia bangkit dari tidurnya sampai lupa jika tubuhnya masih transparan tanpa baju. Alhasil, selimut yang menutupi tubuhnya tadi dan melorot begitu dia terduduk, dia tarik kembali untuk menutupi dadanya yang tadi malam menjadi tempat singgah remasan jari jemari berotot sehingga rasanya masih membekas sampai sekarang. “Astaga, sudah jam berapa ini?” . Queen mengusap wajahnya kasar. Sebuah tangan yang masih memeluk pinggangnya, membuat dia menoleh ke arah pemilik tangan kekar tersebut yang tentunya masih tertidur begitu lelap setelah petualangan mereka tadi malam dengan kondisi menelungkup. Queen melepaskan pelukan Robert yang semalaman memeluknya begitu erat. Mengingat perlakuan Robert tadi malam. Sungguh dirinya sama sekali tak menyesal sudah membuat kesepakatan konyol itu demi melepaskan diri dari tuntutan juga tuduhan jika dirinya adalah penjahat. Dia akui, Robert memang luar biasa. Tapi meski begitu, pria itu menyentuhnya dengan begitu lembut seolah dirinya adalah porselen cantik yang akan mudah tergores kemudian hancur. Tentu saja, pengalamannya tadi malam, mungkin saja akan tetap membekas dalam ingatannya—seumur hidupnya. Queen mengalihkan perhatiannya dari wajah Robert yang begitu damai dalam tidurnya. Robert begitu tenang dengan wajah rupawannya yang selalu membuat siapa pun kecanduan untuk memandang—termasuk dirinya. Ya dia akui itu. Tapi, begitu tatapannya beralih ke arah jam yang berada di dinding, dan menunjukkan pukul 6 pagi, seketika membuat Queen tersentak. Queen menyingkirkan tangan Robert yang memeluknya tadi, kemudian segera turun dari tempat tidur lantas memungut pakaiannya yang tercecer dan segera memakainya dengan tergesa. Beruntung Robert tak memborgolnya lagi setelah berhasil menyatukan diri dan tenggelam bersama dengannya di dalam kobaran api gairah. Jikalau sampai tidak? Entah bagaimana nasibnya sekarang. Beruntungnya, pria itu masih mau berbaik hati melepaskan borgol ditangannya dan akhirnya, dirinya bisa bergerak dengan bebas seperti sekarang dan yang terpenting adalah, dirinya bisa secepatnya pergi dari tempat ini. Setelah memakai pakaiannya, Queen mengambil tasnya kemudian membuka pintu dan melihat seorang wanita dengan pakaian petugas kebersihan berada di depan pintu dengan pandangan yang bisa dibilang ... sudah terbiasa dengan pandangan pagi seperti ini. Ketika seseorang yang petugas kebersihan itu lihat berpenampilan berantakan keluar dari kamar yang akan dia bersihkan. Tentu saja, hubungan yang disebut bercinta, yang akan dipikirkan semua orang mengingat tempat ini adalah sebuah klub yang bebas. “Selamat pagi, “ ucap cleaning servis itu dengan senyuman bersahabat. “Selamat pagi,” jawab Queen sedikit gugup. Entahlah, dia merasa seperti maling yang ketahuan mencuri sekarang. “Saya adalah cleaning servis yang biasa membersihkan kamar ini,” ucap Cleaning servis itu tadi dan Queen secepatnya mengangguk. Lagi pula, tidak ada urusan lagi antara dirinya dan polisi itu. Dirinya bisa pergi dan segera menuju tempat kompetisi. “Silakan, “ jawab Queen dengan senyum ramah. Ketika dia hendak melangkahkan kaki lagi, cleaning servis itu malah menahannya dengan memberi pertanyaan lagi. “Anda mau ke mana, Nona?” tanyanya menyelidik. “Aku mau pulang,” jawab Queen sejujurnya sambil sesekali melirik tempat tidur. Semoga saja, Robert tak bangun. Sungguh dia tidak mau berhadapan dengan Robert lagi. Apa yang sudah terjadi tadi malam, tentu saja membuatnya malu sekaligus canggung. Alis wanita itu mengernyit. “Jadi, Anda bukan bagian dari tempat ini?” tanya cleaning servis itu semakin penasaran. “aku memang belum pernah melihat Anda sebelumnya di sini.” Lanjutnya dan kali ini mendapat gelengan kuat dari Queen. “Aku memang bukan bagian dari tempat ini. Dan maaf, aku harus pergi.” Setelah menjawab pertanyaan wanita cleaning servis itu pun, Queen pun segera keluar dari kamar itu. Sempat melirik Robert untuk memastikan pria itu masih terlelap, akhirnya dia pun melangkah cepat bahkan sesekali berlari kecil demi bisa sampai di luar dan segera pulang. Dia harus segera bersiap, kompetisi nya akan dimulai jam 8 nanti dan dia tidak boleh terlambat di hari pertama ini. Ayo, Queen. Kau pasti bisa. Batinnya setelah benar-benar keluar dari klub besar itu. *** Cleaning servis itu pun masuk ke dalam kamar. Jujur, wanita itu sempat terkejut begitu melihat masih ada seorang pria yang tertidur di ranjang dengan begitu pulas. Dia kira, wanita tadi adalah salah satu wanita panggilan yang sudah ditinggalkan oleh seseorang yang membeli jasanya. Tapi, ternyata? Wanita itu memberanikan diri untuk mendekat ke arah ranjang. Dia ingin melihat dengan jelas bagaimana wajah asli, pemilik punggung kekar yang bisa dia lihat dari kejauhan karena tak tertutupi oleh selimut yang hanya membungkus tubuh pria itu sampai sebatas pinggang. Dan, oh astaga. Wanita itu menutup mulutnya yang sempat terbuka. Ternyata, tak hanya tubuhnya saja yang menggoda, wajah pria itu pun sangat menawan. Paket lengkap dan sempurna, untuk ukuran seorang pria matang dan dewasa. Bolehkah aku merasakan bagaimana liatnya otot lengan itu? Emm—sepertinya tak masalah. Lagi pula, pria ini masih tidur. Dia tak akan menyadarinya. Tiba-tiba saja, pemikiran licik wanita itu muncul. Menjadi bagian dari klub ini, tentu saja tak jarang membuatnya juga menjadi santapan para pria yang mencari kesenangan sesaat dari pengalihan dunianya yang mungkin saja kacau dan membosankan. Tentu saja, dia pun dengan suka rela melakukannya karena selain mendapatkan uang, dia pun mendapatkan kesenangan. Dan untuk kali ini, biarkan dia menggoda pria itu karena naluri alamiah yang tiba-tiba terpantik begitu saja. Wanita itu menyeringai. Segera, dia melepaskan kancing baju cleaning servis yang dipakainya kemudian naik ke atas ranjang dan bergabung di dalam selimut bersama Robert yang tidur seperti orang pingsan. “Akhirnya ...” wanita itu tersenyum lebar. Keinginannya tadi, tercapai dengan begitu mudah. Akhirnya, dia bisa merasakan bagaimana panasnya kulit itu, dan liatnya otot yang berada di dalamnya begitu tangannya berhasil menyentuh lengan kekar itu dan mengusapnya sensual. “Bisakah kita bercinta pagi ini?” bisiknya ditelinga Robert kemudian memberikan sebuah kecupan basah di sana. Tapi, respons yang dia dapatkan sungguh diluar dugaan. “Emmph!” seketika, wanita itu memekik. Tangannya yang tadinya memeluk tubuh pria itu, malah diputar 90 derajat sehingga berada di belakang punggungnya dan tak bisa bergerak lagi setelahnya karena pergelangan tangannya digenggam, bahkan mulutnya sudah berada dalam bekapan tangan besar itu. “Siapa kau berani menyentuhku, hah?!” Robert setengah berteriak. Sebenarnya, dia sudah bangun sejak Queen melepaskan diri dari dirinya kemudian pergi meninggalkannya sendirian di kamar ini tanpa mau berpamitan terlebih dulu. Hanya saja, dia tetap berpura-pura tidur, karena mungkin saja Queen tak mau berhadapan lagi dengannya mengingat hal intim apa saja yang sudah dirinya dan Queen lakukan semalam. Namun, beberapa menit kemudian. Dia merasakan wangi parfum asing yang mendekat ke arahnya. Mencium wanginya saja, dia tebak seseorang yang sedang mendekat ke arahnya adalah seorang wanita. Sepertinya, petugas kebersihan yang berbicara dengan Queen tadi sebelum pergi, mengingat tak ada siapa pun yang berinteraksi dengan Queen setelahnya. Ingin melihat hal apa saja yang petugas kebersihan itu lakukan, Robert memilih seolah tetap tertidur pulas. Namun, beberapa saat kemudian setelah dia merasakan wanita itu ikut bergabung dalam selimut yang menjadi saksi bagaimana tubuhnya dan Queen tercipta begitu pas, dia pun tak bisa menahan dirinya untuk menggagalkan niat picik wanita itu dengan sedikit kekerasan. Robert mengeratkan pegangannya di pergelangan tangan wanita itu, kemudian melepaskan tangannya yang menutup mulut lancang wanita itu yang sudah berani menutup bekas kecupan Queen semalam. “Maafkan, aku Tuan. Tapi, aku tak bisa menahan diriku saat melihatmu yang begitu menggoda,” jawab wanita itu dengan tegas. Tanpa ada sedikit pun rasa takut. Robert memicingkan matanya. “Kau pantas disebut p*****r!” balas Robert sarkas dan membuat wanita itu justru mengedipkan sebelah matanya. “Aku memang p*****r. Dan aku menawarkan diri padamu. Percayalah, aku bisa mengimbangi permainanmu yang mungkin kasar,” lirih wanita itu dengan suaranya yang nakal. “Berapa harga yang harus aku bayar?” Wanita itu terkikik pelan. “Khusus untuk dirimu. Tak perlu nominal. Buktikan saja bagaimana kehebatanmu di ranjang.” Sreett! “Hey! Apa yang kau—“ teriak wanita itu begitu tangannya bukan berada dalam genggaman pria itu lagi melainkan benda dengan semua sisi dingin dengan bentuk melingkar yang bisa dia tebak adalah sebuah borgol. Robert tertawa setelah membuat wanita itu terikat. Dia pun bangun dari ranjang--tak lupa menutupi tubuhnya dengan selimut kemudian memungut pakaiannya yang berada di lantai dan segera memakainya. Setelahnya, dia pun mengambil topinya yang berada tak jauh dari meja dan kembali mendekati wanita itu. “Jika kau ingin borgolnya terlepas dengan permainanku yang kasar. Datanglah, ke kantor polisi. Percayalah, aku akan melakukannya di sana,” ucap Robert dengan senyuman tipis di bibirnya kemudian memakai topi yang dipegangnya dan segera keluar dari kamar itu. Sekarang dia tau. Bedanya wanita yang benar-benar p*****r dan bukan. Cleaning servis salah arah itu, sudah membantunya untuk mengetahui apa status Queen yang sebenarnya. *** Catatan : Karena cerita ini akan Daily up date di bulan Mei nanti, maka jadwal up date nya di sisa bulan April, sampai di bab ini saja ya. Maaf, banget. Aku harus nabung bab mulai dari sekarang. Jangan khawatir, cerita ini tetap akan aku gratiskan sampai tamat. Jangan lupa, ada cerita Trapped By The Mafia dan Trapped By The Boss yang masih akan menemani kalian setiap hari. So, selamat bertemu kembali dengan Robert-Queen di tanggal 1 Mei nanti. Jangan lupa tap Love dan komentar. See You ... ❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD