Bab 5 - Tergesa

1532 Words
Queen mengusap wajahnya yang dipenuhi oleh bintik-bintik keringat sedikit kasar. Napasnya memburu. Beruntung dirinya tak terlambat di hari pertama seleksi penerimaan peserta untuk mengikuti ajang pemilihan model terbesar yang pernah di gelar di Washington. Jika sampai dirinya tak mengikuti kompetisi hari ini, maka tamatlah riwayatnya. Antrean menuju ruangan seleksi masih tersisa 3 orang. Dia merasa sangat beruntung, karena Tuhan menyelamatkan hidupnya hari ini. Setelah seleksi ini berakhir, dia akan segera mencari Lily untuk meminta penjelasan. Jelas-jelas, Lily meminta tolong padanya dan mengatakan jika Lyli berada di klub. Tapi, begitu dia sampai ke klub, dia tak menemukan keberadaan Lily di sana dan justru terjebak bersama seorang polisi tak waras. Satu persatu, wanita di depannya masuk ke dalam ruangan itu dan tak keluar lagi. Queen bertambah gugup. Keringat dingin yang menjalari telapak tangannya sampai-sampai harus dia usap beberapa kali agar kering dan mereda. Beberapa kali, dia melihat penampilannya sendiri. Dress berwarna putih, lalu sepatu bot hitam dengan ujung runcing dan hak yang sedikit tinggi, sudah membuatnya yakin jika penampilannya kali ini tak akan membuatnya malu, dan tereliminasi. Standard tubuhnya yang ideal dan cara berpakaiannya yang simpel namun tetap trendi, pasti akan membuatnya lolos ke babak selanjutnya. Dia yakin itu. Kini, hanya dirinya yang tersisa sendirian di depan pintu. Beberapa menit lagi, pasti akan tiba saatnya dia memasuki ruangan dibalik pintu itu. Dia tidak tau, rasanya akan begitu se menegangkan ini. “Tenang, Queen. Jangan panik,” lirihnya untuk menyemangati dirinya sendiri. Tak lama, pintu itu terbuka lagi. Dengan senyuman percaya diri, Queen pun melangkah masuk dan semakin terkejut begitu melihat tidak ada siapa pun di ruangan itu. “Ke mana perginya wanita-wanita tadi?” lirih Queen yang tak mendapati apa-apa di ruangan itu selain ruangan kosong dengan beberapa kursi berjejer di sana. Queen meneliti ke semua ruangan. Mungkin saja, ada pintu lain di ruangan itu. Tapi, nihil. Tak ada satu pun pintu di sana. Yang membuatnya heran adalah, ke mana wanita-wanita tadi pergi? Apa ruangan ini, memiliki lorong rahasia? Sepertinya, dirinya benar-benar gagal untuk mengikuti kompetisi ini. “Ya Tuhan ... bagaimana ini?” desah Queen kemudian duduk disalah satu kursi. Dia tidak tau, harus bagaimana lagi. Lily pun tak dia temui di tempat agensi ini. Merasa tak punya harapan, Queen pun bangkit dan kembali menuju pintu keluar. Tapi, baru saja dia memegang gagang pintu itu untuk keluar dari sana, sebuah suara yang dia kenal berhasil menghentikan keinginannya. “Queen, aku mengira kau tidak akan datang!” Lily salah satu senior yang menjadi salah satu bagian dari agensi modeling ini tiba-tiba datang entah dari mana kemudian melangkah mendekati Queen dan memberikan Queen sebuah pelukan. “Mereka bilang kau tidak datang. Aku juga tidak bisa menghubungimu sejak semalam,” ucap Lily membuat Queen melepaskan pelukannya dan menatap Lily dengan wajah terkejut. “Lily, bukankah kau—“ Belum sampai Queen selesai dengan perkataannya Lily sudah lebih memotongnya dengan menutup mulut Queen dan berkata, “Penjelasannya nanti saja, Queen. Sekarang kau harus mengikuti seleksi sebelum benar-benar tereliminasi,” potong Lily. “ingat! Jangan membuatku kecewa!” setelah melanjutkan perkataannya, Lily menarik tangan Queen menuju sebuah dinding yang tadinya Queen lihat seperti dinding biasa, namun ternyata. “Jadi, semua wanita-wanita itu menghilang dan berada di balik tembok ini?” sarkasme Queen sedikit membulatkan matanya begitu melihat Lily menyentuh sebelah sisi tembok sehingga muncul beberapa sandi mirip seperti lift, dan akhirnya. Terlihatlah sebuah pintu dengan cat berwarna abu-abu di sana. “The King, sistem keamanan ini dikembangkan oleh perusahaan itu. Sangat canggih bukan?” jawab Lily sambil tertawa tipis. “andai aku tau, bagaimana rupa The King itu.” Lanjutnya membuat Queen sedikit terkesiap. Dia tau, The King yang dimaksud Lily. Oh Tuhan, jangan sampai dunia agensi ini tau siapa dirinya yang sebenarnya. Gara-gara Peter, dirinya pasti tak akan lagi diperlakukan sama. “Sekarang, masuk. Dan buktikan padaku, jika kau the next top model tahun ini, Queen,” ucap Lily memberikan Queen semangat setelah dia benar-benar membuka pintu berwarna abu-abu itu. *** “Perkenalkan dirimu dan tunjukkan kemampuanmu.” Queen menelan salivanya kasar. Dia tau namun tetap tak menyangka, kompetisi model ini melibatkan begitu banyak wanita berkelas. Saat ini, dirinya tepat berada ditengah-tengah ruangan. Di mana, ada beberapa juri di depan sana kemudian para kontestan wanita yang duduk dengan rapi di samping kanan dan kiri catwalk. Tapi, tak masalah. Dirinya bisa melakukan ini semua. Ya, dia pasti bisa. “Halo. Nama saya, Queen Alexander. Umur 30 tahun. Saya berasal dari Perancis.” Singkat dan jelas. Queen tidak mau membuang-buang banyak waktu hanya demi perkenalan yang tidak akan masuk dalam penilaian. Akhirnya, dia pun melangkah ke tengah-tengah catwalk. Dengan pandangan lurus ke depan dan dagu sedikit diturunkan, Queen mulai melangkah dengan elegan. Datar, tanpa ada sedikit pun senyuman. “Setelah besar nanti, kau mau jadi apa, Queen?” “Aku akan jadi wanita paling cantik, Dad. Aku mau jadi model terkenal di dunia.” Percakapan singkat itu, tiba-tiba terngiang, sehingga membuat raut wajah Queen berubah semakin datar bahkan terkesan menakutkan dengan sorot mata membunuh. Ya, percakapannya dengan sang ayah ketika usianya masih kanak-kanak tentang mimpinya, tentu saja menjadi penyemangat namun memberikan efek tersendiri pada dirinya. Kasih sayang Alex yang tulus, sudah dia balas dengan pengkhianatan. Tentu saja, dia masih merasa bersalah atas kejahatannya itu. Queen terus melangkah tanpa peduli para kontestan lain yang mulai berbisik-bisik lirih--sepertinya berbicara tentang dirinya. Tak masalah. Tugasnya di sini adalah, melakukan dan menunjukkan kemampuan terbaiknya agar mimpinya sebagai pemenang bisa tercapai. Akhirnya dia memutar tubuhnya dan kembali ke tempat dia pertama kali berdiri di tengah-tengah ruangan itu. Ruangan itu semakin ramai oleh bisik-bisik para peserta model yang lain. Bahkan, kali ini jelas-jelas mereka membicarakan kemampuan Queen yang berjalan di atas catwalk tadi. “Kau tidak pantas ikut serta dalam kontes ini. Lihat dirimu. Kau sama sekali tidak berkelas bahkan tidak tau bagaimana caranya berjalan di atas catwalk! “ Semua terpaku pada tempat di mana wanita itu bersuara dengan begitu lantangnya. Wanita itu dengan jelas, menunjukkan ke tidak sukaannya pada Queen. Bahkan dengan begitu percaya diri, wanita berdiri dan menunjuk Queen yang saat ini berdiri dengan wajah sedikit pucat. Tentu saja Queen terkejut, atas sikap wanita itu yang sama sekali tak mendasar. Dia tidak mengenal jelas siapa wanita itu. Tapi, dari penampilannya yang sempurna dengan barang-barang ber merk, wanita itu pastinya dari kalangan orang berada Elsa Rodge. Salah satu anak dari pria pengusaha yang berpengaruh di Washington kembali berulah. Elsa yang jelas-jelas tak menyukai kedekatan Lily—salah satu senior agensi ini dengan wanita yang dia ketahui bernama Queen, sudah membuat rencana begitu picik dengan menjebak Queen datang ke klub tadi malam. Tadinya, Elsa sudah begitu senang, karena tak mendapati Queen datang untuk mengikuti seleksi lomba hari ini. Sialnya, wanita itu masih datang dan menunjukkan kemampuannya yang bisa dia bilang, membuatnya tertandingi. Geramnya, entah bagaimana caranya Queen melepaskan diri dari tempat itu? 1 hari yang lalu .... Elsa turun dari mobil dan melihat sekeliling bangunan agensi model terbesar di Washington DC itu. Sebentar lagi, akan ada ajang pemilihan model terbaik di sana. Hal itulah yang menjadi penyebabnya datang ke tempat itu sekarang—meninggalkan urusan pentingnya meskipun menghasilkan pundi-pundi uang. “Tunggulah di sini. Aku akan segera kembali,” ucap Elsa pada salah satu anak buahnya. “Baik, Nona.” Elsa segera memasuki gedung megah itu. Setelah sampai di dalam, dia menghampiri salah seorang yang kebetulan dia lihat berada di meja resepsionis. “Selamat pagi, “ sapanya ramah. Resepsionis itu juga membalas, “selamat pagi juga, Nona. Ada yang bisa saya bantu?” jawabnya sambil tersenyum ramah pula. “Di mana saya bisa bertemu dengan pihak agensi yang menangani tentang pendaftaran ajang pemilihan model?” tanya Elsa. “Anda bisa bertemu dengan Mrs. Lily, Nona. Ruangannya ada dilantai 2.” “Terima kasih banyak.” Setelahnya, Elsa menuju lift dan segera menuju ruangan yang resepsionis itu katakan padanya. Tak sulit mencarinya, karena di depan pintu ruangan itu tertulis nama Mrs. Lily. Begitu Elsa ingin mengetuk pintu, pintu itu sudah lebih dulu terbuka dan muncullah 2 orang wanita dari dalam. Yang satu berpakaian elegan, dan wanita yang satunya lagi terlihat lusuh dengan pakaiannya yang sederhana. “Besok, aku akan menunggumu di sini untuk mengikuti kompetisi, Queen. Tidak ada penolakan. Aku sudah mendaftarkan dirimu.” Wanita yang berpakaian lusuh itu hanya mengangguk kecil kemudian tersenyum manis—namun terkesan canggung. “Baiklah, Mrs—“ “Lily, Queen. Kau harus memanggilku Lily.” Wanita elegan yang ternyata bernama Lily itu terlihat begitu bersimpati pada wanita lusuh itu sampai-sampai mendaftarkan wanita itu ikut berkompetisi dan memanggilnya tanpa embel-embel sebutan untuk menghormati. Hal itu, tentu saja membuat Elsa penasaran sekaligus merasa geram. Sepertinya, sebelum kompetisi ini dimulai dirinya sudah memiliki lawan karena wanita itu dekat dengan salah satu orang dari agensi besar ini. Wanita lusuh itu pun pergi. Meninggalkan Lily yang kali ini menatap Elsa dengan senyuman ramah pula. “Maaf. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Lily dan Elsa mengangguk. “Saya ingin mendaftar menjadi salah satu peserta kontes,” jawab Elsa percaya diri. “Kalau begitu, silakan masuk.” Lily dan Elsa pun masuk ke ruangan itu. Namun sebelumnya, Elsa masih melihat Queen sekali lagi. Jika wanita itu menjadi lawan yang akan memberatkannya dalam kompetisi ini, maka wanita itu harus segera dia singkirkan—sesegera mungkin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD