Untuk beberapa saat aku membiarkan Pradana berteriak-teriak melampiaskan kemarahan dan kekesalannya tanpa ada interupsi sedikitpun, mata tajam tersebut menatapku nyalang menunjukkan seberapa frustrasinya dia dengan semua masalah yang harus dia hadapi. "Minumlah......" botol yang sedari tadi aku pegang kuberikan ke arahnya membuatnya yang baru saja selesai dengan luapan kekesalannya menatapku dengan tidak percaya. "Kamu memintaku minum bekasmu?" Dengkusnya dengan dahi mengernyit, pandangan matanya seolah menyiratkan apa aku sudah gila dengan memberinya minuman bekasku, namun aku melakukannya bukan tanpa alasan, aku ingin menghentikan kegilaan atas rasa frustrasinya dan rupanya caraku berhasil bukan? "Apa salahnya memintamu meminum bekasku jika kamu baru saja memintaku menikahimu! Sama s