"Ngapain kita kesini?" Aku menatap ke arah Pradana yang sedang melepaskan seatbeltnya, berbeda denganku yang kebingungan dia justru mencibirku. "Apa kamu nggak tahu itu disebut rumah?" Astaga, reflek aku langsung meremas kedua tanganku tepat di hadapannya, menahan keinginanku untuk menjambak rambutnya yang cepak, aku menghela nafas panjang mencoba mengais sisa kesabaran. "Aku juga tahu itu rumah, Pradana! Tapi ngapain kamu bawa aku kesini, FYI, jangan berpikiran untuk macam-macam denganku. Kamu tahu dengan benar jika aku tidak akan segan menggigit, atau apapun!" Pradana memutar bola matanya dengan malas, terlihat jika dia pun sama enggannya sepertiku untuk berbicara lebih jauh, "berhentilah berpikiran negatif, Liliana. Sekalipun aku duda, aku sama sekali tidak berminat dengan wanita be