Minggu Ceria

1494 Words
Volume 3 MINGGU CERIA            Hari sabtu merupakan hari yang bisa dibilang paling bahagia menurut grup Empat s*****n ini, karena selain pulangnya cepat pada jam sebelas siang, di sisi lain mereka juga cukup senang karena keesokan harinya libur. Di hari sabtu pagi ini, sudah menjadi rutinitas sekolah untuk melaksanakan senam bersama di pagi hari. Putri, Ninin, Hanifa dan juga Nayla ditunjuk oleh bu Indri untuk menjadi instruktur senam di barisan paling depan. Memang karena mereka berempat itu terkenal dengan gerakannya yang sangat bagus dan lincah, sehingga tak heran bila mereka selalu dijadikan contoh karena saking kompaknya.           Saat senam pagi sudah selesai, seluruh siswa tidak langsung memasuki kelas, melainkan harus membaca buku yang tersedia di pojok dalam ruang kelas yang biasa disebut dengan agenda literasi. Namun terkadang, tidak banyak dari siswa yang membaca buku, hanya sebagian saja termasuk Putri yang selalu senang dalam membaca. Lain juga dengan buku yang dibaca Hanifa, dia lebih sering membaca buku cara tentang bermusik, dan kebetulan saat ini juga dia sedang mempelajari perbedaan kunci mayor dan kunci minor.            “Belajar apa lagi kamu Nif?” tanya Ninin pada Hanifa.            “Nih, materi tentang perbedaan kunci mayor dan minor.” Jawab Hanifa.            “Ohhh, nggak kamu coba praktekin sekalian kah?” tanyanya.            “Ntar aja Nin, saat jam istirahat kan lebih enak.” Jawabnya.            “Ya iya sih, tapi bukannya nanti istirahat kita semua bakal ngumpul di kantin. Ada satu hal yang ingin dibicarakan.” Tukas Ninin.            “Hmmm, soal apa sih paling juga ngegosip.” Jawabnya.            “Ehhh, kamu lupa ya, bukannya minggu besok kita mau outbound ke sumber Maroon.” Ucap Ninin.            “Ya inget sih, emang kenapa?” tanyanya.            “Kita tuh sama bu Indri mau dijadiin panitia.” Jawab Ninin.            “Oh, terus tugas kita apa?” tanya Hanifa kembali.            “Ya ndak tau lah, pokoknya kita nanti rapat dulu saja sama bu Indri di kantin.” Jawab Ninin.            “Okelah.”           Tak terasa tiga puluh menit telah berlalu, kini jam telah menujukkan di angka tujuh lewat tiga puluh menit, anak-anak segera duduk kembali di bangkunya masing dengan posisi duduk yang sangat rapi. Pagi ini ada pelajaran Bahasa Inggris, anak-anak kelas lima sebenarnya merasa sangat bosan akan pelajaran tersebut karena pelajaran Bahasa Inggris ini cukup merasa sulit bagi mereka, bukan hanya soal hafalannya, namun juga pelafalan yang bagi mereka juga cukup lumayan susah.                     Saat pelajaran sudah berlangsung, bu Indri ingin menyerukan satu hal yang perlu siswa-siswi kelas lima dengar. Yaitu kebetulan, karena di hari kemarin pas di hari Jum’at mereka sedang berolahraga, bu Indri menjelaskan materi tentang cara berenang. Sudah barang tentu mereka harus segera mempraktikkannya.            Dan rencananya, besok siswa-siswi kelas lima wajib untuk melaksanakan outbond di sumber Maroon, yang jaraknya sekitar lima kilometer jika diukur dari sekolah. Segala persiapan harus mereka persiapkan, mulai dari kesehatan, bekal dan sebagainya demi kelancaran besok. Mereka semua cukup tak sabar untuk menanti hari esok.            “Putri, gimana kamu sama kesiapan besok.” Tanya Nayla saat jam istirahat di kantin.            “Ya, insya Allah semua sudah aku siapkan Nayl.” Jawab Putri.            “Emmm baguslah, oh ya Ninin sama Hanifa ke mana, tumben nggak kelihatan?” gumam Nayla.            “Kurang tau sih aku kalau Ninin, tapi kalau Hanifa mungkin juga lagi main gitar di kelas.” Jawab Putri.            “Ohhhh, nggak ada bosen-bosennya tuh anak.” Ucap Nayla.            “Ya, namanya juga hobi Nayl Nayl.” Jawab Putri.     ***           Hari Minggu telah tiba dan bagi mereka ini adalah Minggu ceria, karena semua anak-anak kelas lima akan berwisata ke sumber Maroon. Jam telah menujukkan pukul setengah tujuh pagi, kini saatnya mereka berkumpul di sekolah, dan siap untuk segera berangkat menuju lokasi wisata dengan menaiki mobil pick up. Bu Indri pun juga telah tiba di sekolah ini. Saat itu juga bu Indri mulai mengabsen beberapa siswa yang sudah hadir di sini, karena jam tujuh nanti pemberangkatan akan segera dimulai.           Putri dan Hanifa telah tiba di tempat dan banyak sekali perbekalan yang Putri bawa. Begitu juga dengan Hanifa, bukan hanya perbekalan makanan yang dia bawa, tapi tak lupa pula jika Hanifa juga membawa gitarnya, karena dia memang sangat hobi dalam bernyanyi.            “Put, Nayla sama Ninin ke mana, kok belum datang.” Tanya Anggun.            “Mungkin sebentar lagi Nggun.” Jawab Putri.            “Ya sudah, aku tunggu.” Jawabnya.            “Emang kenapa Nggun, tumben nyariin Nayla.” Gumam Putri.            “Nayla punya hutang sepuluh ribu sama aku, dan kebetulan saat ini aku lagi nggak bawa uang.” Jawab Anggun.            “Hmmm, ya sudah. Mungkin sebentar lagi juga pasti datang kok.” Terang Putri.            “Oke deh.”            “Baik anak-anak sekarang saya minta semuanya berbaris rapi!” Seru bu Indri pada anak-anak yang sudah hadir.            “Sekarang siapa teman kalian yang belum datang?” tanya bu Indri.            “Nayla sama Ninin buk.” Teriak Hanifa.            “Ya sudah, sekarang ibuk minta, tolong kumpulkan semua tas di depan, karena sebentar lagi kita akan memulai pemberangkatan.” Pinta bu Indri.            “Baik buk.”            Waktu sepuluh menit telah berlalu, kini Nayla dan juga Ninin telah tiba di sekolah sambil membawa perbekalan yang cukup banyak. Karena semua para peserta outbound sudah lengkap, maka perjalanan menuju sumber Maroon telah dimulai. Perlahan demi perlahan mereka mulai menaiki mobil satu persatu, sementara bu Indri hanya mengendarai sepeda motor seorang diri. Mobil pun mulai berjalan, semua anak-anak duduk dengan rapi. Hanifa segera mengambil gitarnya dari dalam tas, sengaja dia mengajak semua teman-teman untuk bernyanyi, agar perjalanan ini bisa terasa lebih seru.            Tak begitu lama perjalanan yang harus mereka tempuh. Tidak sampai tiga puluh menit, mereka pun akhirnya telah tiba di Sumber Maroon. Sebelum anak-anak memasuki loket, mereka diwajibkan untuk berbaris dengan baik dan tertib, tentunya sebelum masuk, akan ada apel yang ingin bu Indri sampaikan.            “Baik anak-anak, Assalamualaikum wr wb.” Ucap bu Indri.            “Walaikum salam wr wb.”            “Baik, sebelum kita akan memasuki loket, ada beberapa rundown yang ingin ibuk sampaikan terlebih dahulu.”             Bu Indri mulai menyampaikan susunan acara kegiatan yang akan dijalani oleh semua anak-anak. Selain itu, beliau juga menyampaikan segala aturan serta tata tertib dalam bermain, demi menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Tak lama setelah itu akhirnya mereka semua segera berangkat menuju taman Sumber Maroon. Tak begitu lama untuk menuju taman itu meski jalannya agak menurun. Hanya dalam waktu dua puluh menit, mereka semua sudah berganti baju dan bersiap untuk menjalani outbound.           Kegiatan wajib yang dilakukan oleh anak-anak kelas lima tak begitu lama, mungkin hanya sekitar satu jam, kegiatan pun selesai, kini tinggal acara bebas yang akan mereka lakukan. Seluruh siswa kelas lima langsung menceburkan diri ke kolam sumber dengan hati senang dan ceria.            “Anak-anak silakan bisa bermain air sepuasnya, tapi ingat waktu kalian cuma satu jam dari sekarang ya, setelah itu nanti kita makan siang bersama!” seru bu Indri.            “Baik bu.” Jawab mereka serempak. ***            Cukup terasa lelah juga pada hari ini. Namun, seberapa besar rasa lelah yang mereka rasakan, sama sekali tidak mengurangi rasa bahagia usai menjalani kegiatan tadi di Sumber Maroon. Sebenarnya malam ini mereka berempat harus berkumpul walau sekedar ngopi di taman Singgah, karena sudah menjadi rutinitas bagi mereka bahwa setiap jam tujuh malam di hari Minggu, mereka harus berkumpul, sekedar untuk berbagi cerita agar satu sama lain bisa saling memberikan solusi terbaik demi persahabatan.           Biasanya, Putri selalu menceritakan keluhannya di saat belajar, mungkin karena nilainya yang mulai turun atau karena kesusahan dalam mencari buku yang dia cari, ya karena Putri merupakan tipe anak yang peduli dengan masa depan, satu hari tak membaca buku semalaman belum tentu bisa tidur. Lain dengan Ninin, perempuan yang hobinya main bulutangkis pasti juga punya keluhan dalam satu minggu belakangan, entah karena merasakan cidera pada tangannya atau mungkin karena galau di saat tidak ada event lomba.           Sama dengan Hanifa, bilamana Ninin mengalami cidera pada tangannya, kalau Hanifa selalu saja mengalami cidera pada jari-jarinya. Wajar saja, karena gitar yang selalu dipakai Hanifa bukanlah gitar mahal, jadi setiap kali usai memainkannya, sudah pasti jari-jari Hanifa berwarna ungu. Nayla pun juga sama, dan dari dulu galaunya pasti soal rambut, padahal hampir semua keluarganya berambut lurus termasuk ibunya, namun entah kenapa rambut Nayla keriting dan susah di atur.           Lama sudah mereka mencari sebuah cara, satu cara untuk bisa menghilangkan rasa luka dari kegalauan hati. Ya, mungkin saja hal ini terjadi dikarenakan mereka berempat tak punya banyak waktu untuk bermain. Di waktu malam saja, menghabiskan  waktu satu jam untuk ngobrol itu sudah untung-untungan, namun mereka masih punya satu malam di malam Minggu, yang selalu mereka manfaatkan bermain di halaman stadion Kanjuruhan Malang.           Entahlah, galau itu takkan berjalan lama jika mereka selalu kompak dan bersama, namun yang perlu diingat, mereka juga masih mengenal waktu, kapan waktunya sekolah, kapan waktunya mengaji dan kapan waktunya bermain. Bagi mereka, kebersamaan adalah yang utama, dan kekompakan harus tetap sama-sama dijaga.           Dalam kesempatan kali ini, mereka semua benar-benar tampak kelelahan karena seharian telah bermain dan berenang. Dan di saat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, mereka sudah terlelap tidur, kecuali Hanifa yang masih terlihat sibuk bernyanyi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD