Chapter 25

1881 Words
Suara riuh dari penduduk desa yang kini sudah mengetahui tentang kematian Seje mulai memenuhi atmosfer yang sejujurnya membuat polusi udara. Beberapa petugas kepolisan setempat –yang jaraknya sangat jauh itu- datang untuk mengamankan tempat kejadian perkara disaat kedelapan anak muda sibuk dengan investigasi di dalamnya. Pun mereka datang untuk sekaligus mengawal ambulance yang nantinya akan membawa mayat nona Seje melalui perjalanan belasan jam untuk sampai di balai forensik nasional untuk dilakukannya otopsi. Dengan pakaian yang digunakan sesuai dnegan prosedurnya, Britta nampak berhati hati mendekati mayat nona Seje yan tergeletak diatas kasur dengan posisi telentan dan tangan yag saling bertumpu diatas perut. Jika tak melihat ada belati tajam di tubuhnya, mungkin gadis itu akan berpikir bahwa Seje hanyalah tertidur dengan cantiknya. Britta mendekati Eros dan Farren yang ada di masing masin sisi kasur. Masih meneliti banyak hal dengan sarung tangan dan masker yang menutupi kulit mereka. “Asphyxia?” bisik Dylan pada Brita ketika kakinya ikut menghampiri ketiga orang yang masih sibuk dengan mayat di kamar utama itu. Ia dan petugas lain yang dititah oleh Eros untuk memasukkan apapun yang berguna ke kantung bukti untuk di check di balai forensik telah selesai karena ia hanya dititahkan untuk mengurus kamar mandi dan dapur yang bersebelahan. Tak ditemukan banyak hal yang bisa dilihat dan reaksinya ditebak oleh mata telanjang. Namun, beberapa sample karpet, dinding, makanan dan banyak hal lainnya telah dibawa untuk di check untuk kemungkinan lain seperti racun hingga kemungkinan jejak yang ditinggalkan si pembunuh. Asphyxia sendiri adalah mati lemas- keadaan yang terjadi dengan kondisi kekurangan oksigen yang disebabkan terganggunya saluran pernafasan. Gangguan aliran udara yang  terjadi dalam alveoli paru dan dalam kapiler paru membuat perbedaan konsentrasi oksigen dan karbondioksida. Oksigen tersebut akan turun dan karbondioksidanya akan meningkat, hingga menimbulkan kematian bila jaringan tubuh sangat kekurangan persediaan oksigen hingga batas dibawah minimum. “Aku tak tahu” ujar Britta ikut berbisik, karena sejujurnya ia pun bingung dengan apa yang menjadi penyebab kematian wanita malang ini. Selama ia memperhatikan Eros memeriksa, sudah ada tiga tanda yang mungkin itulah penyebab kematiannya. Yang pertama adalah belati di ulu hatinya. Yang kedua adalah darah di mulutnya, dan yang ketiga adalah bekas garis berwarna biru keunguan di lehernya. Itulah yang membuat Dylan berpikir bahwa mungkin saja mati lemas menjadi penyebab awal kematiannya. “jika memang asphyxia, menurutmu gantung atau jerat?” tanya Britta sembari memfoto beberapa bagian yang ditunjuk oleh Eros. Ia sedari tadi bisa berada disana memang ditugaskan khusus oleh Eros untuk memfoto beberapa hal yang nantinya bisa digunakan untuk otopsi ulang meskipun mayatnya sudha dikremasi atau dikubur, pun bisa menjadi hal yang di publikasi ke publik sebagai bukti untuk menjerat pembunuhnya jika ditemukan nanti. ”Jerat mungkin??” ujar Dylan yang sejujurnya tak yakin. “maksudku, jika memang luka gantung, karena ini pembunuhan, repot sekali membunuh, lalu menggantung, lalu menaruhnya lagi ke kasur. Pun luka yang dihasilkan di lehernya tak serong keatas, berarti bukan luka gantung” “Jadi menurutmu, nona Seje dijerat hingga tewas?” tanya Britta lagi masih dengan bisik bisik. “dijerat, namun aku tak yakin apakah ia dijerat sampai tewas atau setelah tewas. “ jawabnya pun dengan bisik bisik. Belum sempat menjawab, suara Eros terdengar sembari si empunya suara tersenyum kecil. “kau benar, Dylan” ucapnya dengan senyum yang tak hilang dari bibirnya. “ini adalah luka jerat, bukan luka gantung” ujar pria itu membenarkan. Dengan gesture tangannya, ia membawa dua tubuh juniornya itu untuk mendekat, menitah Britta untuk kembali memfoto beberapa hal sembari ia menunjuk garis garis yang terlihat di leher si korban. “luka jerat biasanya mendatar seperti ini” tunjuknya. “jika luka gantung, pasti serong keatas. Tapi, ini bukanlah penyebab meninggalnya mendiang” ucapannya kali ini membuahkan tatapan dari kedua anak muda yang bisik bisik tadi sekaligus Farren yang ada di sampingnya dan Kael yang baru saja datang setelah mengecheck ruang tamu. “Biasanya, jika terjadi pembunuhan dengan cara jerat gantung, akan ada jejak perlawanan. Baik di sekitar leher maupun yang lainnya seperti kuku dan tangan. Pun jika pembunuhnya mencekik hingga tewas dengan cara apapun, baik tangan, jerat hingga gantung, si korban kebanyakan akal mengalami pendarahan pada kepala dan leher sehingga terjadi pendarahan petechial di conjuctiva palpebra, kulit wajah, kepala hingga otak akibat strangulasi dari kepala terganggu. Ini disebabkan oleh peningkatan tekanan intra kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler akibat anoxia" ujarnya panjang lebar yang sejujurnya tidak semua hal bisa dimengerti oleh rekan rekannya itu. “Omong omong, aku tahu kau pintar, Dylan. Tapi aku tak tahu kau sepintar itu dengan background yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kedokteran bahkan forensik. Aku seketika teringat masalah pH yang kita temukan seminggu yang lalu” ujarnya lagi. “jadi maksudmu, karena tidak ada tanda tanda tadi, ini bukan pembunuhan tapi bunuh diri??” tanya Kael yang baru saja datang lalu tak mengerti arah pembicaraan mereka. “tidak. Ini tentu saja pembunuhan. Namun, luka jerat ini bukanlah luka yang menyebabkan korban tewas” ujar Eros meluruskan. “Pun sepertinya bukan ini juga” ujarnya lagi sembari menatap belati yang masih tertancap gagah dan lurus pada salah satu bagian inti manusia itu. “Dilihat dari tidak ditemukannya jembatan jaringan, maka awal dari adanya luka ini memanglah luka tajam dari belati ini. Tapi, lagi dan lagi, dilirik dari kondisi tangan dan bagian tubuh lainnya, mendiang tak memiliki luka perlawanan lain. Maka artinya, luka di ulu hati ini ia dapatkan ketika ia sudah tak sadarkan diri atau benar benar tewas. Lagi pula, akan sangat sulit menancapkan belati tepat di posisi yang dimaksud jika korban masihlah hidup” ujarnya lagi. “Kael, bisakah kau mengambilkan aku plastik untuk barang bukti?” titahnya yang tentu saja dipatuhi dengan cepat. “Ini dicabut?” tanya Britta yang diangguki oleh Eros. “Tentu saja. Jika dibiarkan di tubuh mayat, takutnya terkontaminasi oleh udara atau hal lainnya. Jadi harus dimasukkan ke plastik barang bukti lalu dibawa ke kantor forensik nasional untuk dicari kemungkinan sidik jari atau identitas diri yang berkaitan dengan pelaku. Seperti misalnya ada percikan ludah yang tak sengaja keluar” ketika Kael sampai dan memberikan kantung yang dimaksud, lalu Eros menarik Belati yang menancap, suara tarikan nafas kaget dari mereka semua muncul ketika menyadari ada kertas dilapisi oleh plastik wrap menempel dibagian belati yang masuk kedalam tubuh. Dengan hati hati, Eros mencoba membuka plastik tersebut sedangkan Kael kembali berlari untuk mengambil plastik barang bukti lainnya. Aku mencintaimu, pengantinku. “Psikopat b******n” racau Britta setelah ia membaca tulisan tadi, tangannya dengan cepat bergerak untuk menyingkirkan ribuan kelopak mawar yang menutupi tubuh mayat sedari tadi. Dari sanalah, mereka menyadari bahwa mendiang nona Seje terlentang tewas dengan gaun pengantin yang terpasang dengan rapih di tubuhnya. Tak hanya itu, gaun yang siapapun tahu bahwa itu adalah gaun berwarna putih, kini bersimbah warna merah yang memenuhi hampir semua bagian gaun. Disini Eros semakin mengerutkan dahi. Tidak mungkin jika hanya muntah darah dan luka dari belati juga jerat akan menghasilkan darah sebanyak ini. Pun luka luka itu sampai saat ini tidak menjelaskan mengenai kematian wanita malang yang satu itu. Maka, dengan gesture, Eros bersama Farren mencoba membalikkan tubuh korban dengan Britta yang terus memfoto setiap adegannya. Lagi. Jika hanya dilihat dari luar, seolah tak ada apapun selain luka tusuk yang terlihat dari robekan gaun pengantin yang ada di hadapannya itu. Dengan perlahan, tak ingin merusak tubuh yang akan selalu menyimpan memori pembunuhan itu, Eros membuka gaun itu dan melongokkan kepalanya. Hanya untuk mendapatkan sebelas luka tusuk dan puluhan hingga ratusan gerat benda tajam yang memenuhi punggung wanita malang tersebut. “Inilah luka yang membuat ia tewas” ujar Eros yang akhirnya menemukan sumber dari kematian wanita yang sejujurnya masih muda itu. Ditemuakn sebuah luka akibat benda atau alat berat dengan mata tajam ada aksen tumpul, dan aksen yang besar. Di kepala bagian belakang. “ini luka bacok” ungkapnya. “dilihat dari mata telanjang, ini luka bacok. Tapi tetap harus dipastikan keutuhan tulangnya untuk memastikan ini benar benar luka bacok. Namun ini benar benar penyebab kematiannya. Ditilik dari posisi luka yang serampangan namun tepat di alat yang sangat vital, maka pelaku kemungkinan besar menyerang korban dari arah belakang” “Berarti, lebam di dahi dan pelipis tadi adalah lebam yang dihasilkan ketika korban terjatuh karena tewas seketika” lanjutnya lagi. “Korban kemungkinan tidak terbunuh dengan gaun ini. Ia dibunuh, punggungnya di tusuk sebelas kali, lalu di sayat sayat. Setelah itu pelaku memakaikan korban gaun pengantin dan menusuk korban dengan belati berisi pesan di ulu hati. Maka dari itu, korban hanya terlihat tertusuk karena gaunnya hanya rusak di bagian itu saja. Dan.. sejujurnya akupun tidak mengerti mengenai mengapa pelaku memberikan luka jerat di leher korban ketika korban bahkan sudah tewas seketika” “Ini hanya kemungkinan kemungkinan yang ada di pikiranku” ujar Farren yang akhirnya bersuara. “Kau tahu kan kemarin saat aku disekap, aku mendengar seorang ‘wanita’ yang ada hubungan dengan ‘bos’ mereka. Mungkin tidak sih wanita itu benar benar nona Seje, dan bos itu adalah suami- er... atau mantan suaminya. Dan bisa saja kan pelakunya ini mantan suaminya? Ditilik dari surat yang tertancap di belatinya” ujar Farren kebingungan. “Bisa saja” angguk Eros. “Atau bisa saja mendiang tidak ada hubungannya dengan kasus kita, namun kebetulan dibunuh dengan psikopat yang merasa benar benar mencintai wanita malang ini. Sayatan di sekujur tubuh biasanya dipakai untuk menunjukkan suatu kekuasaan mutlak atas orang yang dibunuh” lanjutnya lagi dan kebetulan Eric, Zale dan Syden muncul dari lokasi masing masing setelah ditugaskan mencari sample untuk dibawa ke lab forensik. “Ada apa?” tanya mereka bersamaan. “Bisa kalian bertanya ke masyarakat sekitar mengenai kehidupan percintaan mendiang Seje?”      ---   “Halo.. maaf mengganggu waktunya” sapa Zale pada Chaey- anak semata wayang tuan Shue yang sedang menyapu halaman depannya yang diguguri daun daun akibat angin kencang. “Ya.. tak masalah. Kalian sudah bekerja keras demi kelangsungan keamanan desa kami. Terimakasih banyak..” ujar gadis itu bersungguh sungguh. “Ah.. kami ingin bertanya..” ujarnya memulai- “apakah kau tahu mengenai kehidupan pribadi mendiang Seje?” “Pribadi?” “Ya. Dalam konteks percintaan. Apakah kau tahu siapa pacarnya atau mungkin suaminya?? Karena sejujurnya kami tidak melihat ada jejak lelaki di rumah mendiang” “Ah...” Chaey mengangguk mengerti. “Kak Seje memang sempat menikah. Dahulu, ia keluar desa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Lalu pulang pulang, ternyata ia sudah membawa suami. Namun tak berapa lama, sepertinya mereka cerai karena sempat bertengkar hebat hingga harus dilerai warga” “Apakah kau ingat identitasnya?” “Maafkan aku.. aku tidak ingat. Sepertinya itu terjadi ketika aku masih kelas enam sekolah dasar” ujarnya lagi tak enak karena merasa tak membantu banyak. “aku hanya ingat bahwa suaminya sering membawa berbagai macam hewan saat pulang bekerja. Seingatku, suaminya bekerja di kota, lalu pulang beberapa hari sekali membawa hewan. Aku kira, karena kak Seje suka hewan. Namun saat aku meminta bermain dengan hewan tersebut, kak Seje selalu berkata hewannya hilang. Mungkin itu adalah hewan jualan suaminya. Kurasa suaminya bekerja sebagai dokter hewan atau pekerja di petshop begitu” Zale mengangguk angguk mengerti sembari mencatat banyak hal. “ilmuan pun terkadang membutuhkan hewan, bukan?” ujarnya menggumam sendiri yang membuat Chaey kebingungan. Belum sempat gadis itu bertanya, Eric sudah datang berlari dengan wajah yang sangat pucat pasi. “Izin kita menyelidiki dicabut oleh pusat”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD