Chapter 11

952 Words
Penggerebekan resmi bisa dilakukan apabila kejaksaan telah memberikan surat perintah resmi yang dibuat sesuai dengan prosedur. Bukti yang dilontarkan oleh Ron sekaligus bukti fisik yang diberikan Jessica cukup kuat untuk pihak kejaksaan membuat surat resmi tersebut hanya dalam waktu beberapa menit hingga Zale, dihari yang sama, pukul enam sore, bisa masuk tanpa izin ke kediaman kecil miliki pekerja yang kini statusnya naik dari kemungkinan saksi menjadi tersangka. Kali ini pria itu tidak bergerak sendirian, ia ditemani oleh salah satu petugas kepolisian setempat yang baru saja masuk jam kerjanya. “Sejujurnya, dia anak baik yang selalu menolongku saat aku di siksa ketika masih jam buka toko, hingga beberapa kali menolongku untuk memberihkan luka atau membelikan obat. Namun, mungkin ia memiliki dendam dengan suami ku karena permasalah uang yang sama sekali tak aku tahu. Aku hanya beberapa kali mendengar mereka bercekcok keras hingga hampir saling jotos, karena satu dua hal. Lalu suatu saat, aku menemukan ini di kantung baju suamiku” ucap Jessica sekitar setengah jam yang lalu sembari mengeluarkan kertas yang lipatannya hampir robek. Sebuah kertas yang diatasnya dibubuhi tanda tangan dari dua orang yang berbeda. Sebuah kertas perjanjian dimana pihak pertama sebagai peminjam uang, alias mendiang tuan Bernard berjanji akan melunasi hutang yang hak nya dimiliki oleh pihak kedua, yaitu si pegawai muda dalam kurun waktu satu bulan. Satu bulan. Satu bulan ini tepat di hari hari saat ini, di hari dimana Bernard direnggut nyawanya dengan tragis. Itulah yang membuat kejaksaan bisa dengan mudah mengeluarkan surat penggrebekan resmi dan Zale kini bisa mendobrak paksa pintu rumah itu untuk masuk karena si empunya tempat tinggal sedang tak ada dirumah. Yang berkeliling untuk mencari evidance lain hanyalah Zale. Dirinya menitah petugas kepolisian yang nampak lebih muda darinya itu untuk berjaga jikalau pegawai tadi datang, lalu memiliki ide untuk kabur. Diatas meja usang yang kulitnya sudah terkelupas di banyak sisi, pria jangkung itu menemukan sebuah amplop yang berisikan banyak berkas berkas penting milik si pemilik rumah. Seperti salinan kartu tanda pengenal, kartu keluarga dan lain lain. Dari sana diketahui bahwa ia hanya hidup berdua bersama ibunya, yang terlihat dari salinan kartu keluarga dan beberapa foto. Seseorang wanita tua dengan senyum manis meskipun lelah terpancar dari seluruh sisi wajahnya. Terlihat pula beberapa slip gaji yang jika diperhatikan, memiliki kekosong tersendiri di beberapa bulan. Tahun lalu bulan Oktober, November, Desember sudah dibayar. Tahun ini bulan Januari, Februari dan Maret tidak dibayar, lalu kembali di bayar pada bulan April. Apakah ini hutang yang dimaksudkan di surat perjanjian tadi? Jika lagi dan lagi memikirkan mengenai lima puluh ribu dollar hasil penipuan asuransi, siapa sosok yang paling diuntungkan mengenai terbunuhnya Bernard. Istrinya? Wanita tersebut bisa terlepas dari jerat hubungan toxic yang sudah dijalaninya selama bertahun tahun. Pun uang tersebut bisa digunakan sebagai modal nikah dan hidup selanjutnya bersama tuan Ron. Yang mana artinya, Ron juga sangat diuntungkan karena hal itu. Belum lagi dirinya yang mantan narapidana dan hanya memiliki toko buku yang sepi. Uang tersebut bisa untuk menyambung hidupnya atau sekedar dipermainkan di kasino terdekat karena dirinya adalah bandar yang lumayan ternama. Tuan Dale sebagai orang yang dirugikan karena mendiang Bernard melaporkan pembangunannya pun bisa menjadi tersangka kuat mengenai kasus ini, namun tak banyak bukti yang bisa didapatkan dari beliau. Kini tersangka kuat bertambah satu, selain Jessica dan Ron. Yaitu si pegawai ini. Dengan terbunuhnya Bernard, dia bisa saja meminta gaji yang belum terbayarkan melalui Jessica yang sudah pasti akan menjadi pihak pertama yang menerima uang asuransi tersebut. Jadi siapa pihak yang benar benar diuntungkan dari kematian Bernard? Seseorang yang sangat membutuhkan lima puluh ribu dollar tersebut, atau sepasang insan yang ingin hidup bahagia menggunakan uang tersebut? Tangannya kembali terjulur untuk mengambil beberapa berkas lainnya. Tumpukan tagihan rumah sakit dengan nominal yang sangat besar cukup membuatnya mengerutkan dahi. Dengan gaji yang pas pasan dan memaksakan hidup se miskin ini, ternyata si pegawai ini rutin membayarkan tagihan rumah sakit ibunya selama berbulan bulan. Atau tidak. ....Zale menggigit bibir bawahnya ketika melihat kelanjutan mengenai hal ini pada berkas berkas lainnya. Tidak. Ia ingin segera melakukan sesuatu, tapi dirinya tidak atau belum menemukan bukti kongkrit lainnya. Pada dua tahun kemarin, terlihat dari tagihan rumah sakit bahwa pria yang satu ini rutin membayar tanpa terlewat satu bulan pun. Namun, selama tiga bulan dirinya tidak digaji, ia tidak dapat membayarkan tagihan rumah sakit tersebut. Dan naasnya, sang ibu tewas tak tertolong karena biaya rumah sakit. Sejujurnya dengan ini, pegawai tadi bisa ditangkap mendadak untuk melakukan introgasi dengan tuduhan pembunuhan karena motif dendam, namun Zale memerlukan evidence lainnya yang lebih kuat. “apa yang kalian lakukan di rumahku?” suara serak terdengar ketika Zale sedang membaca temuannya. Sebuah buku tabungan yang rekening korannya menunjukkan bahwa si pemilik buku tersebut meminjamkan uang dalam jumlah yang besar kepada seseorang bernama Bernard. Peminjaman sejumlah besar uang. Pemotongan gaji selama tiga bulan. Perjudian. Hingga kematian sang ibu. Sejujurnya ini sudah cukup amis meskipun hanya tercium samar saja untuk saat ini. Ya. Pegawai tersebut, tahun lalu meminjamkan uang kepada tuan Bernard dengan detail pinjaman karena kehabisan modal. Si pria jangkung tadi tersenyum tipis. Tangannya sudah gatal ingin segera menggunakan borgolnya, namun lagi dan lagi alam bawah sadarnya mengingatkan bahwa mereka belum memiliki bukti yang cukup. Mungkin setelah ini, mereka hanya akan terus memperhatikan pegawai muda tersebut dari jauh jika ada gerak gerik yang mencurigakan. “Tidak. Kami hanya ditugaskan untuk melihat rumahmu karena kau adalah saksi penting. Namun ternyata tak ada yang bisa dilihat” bohongnya. Detik itu juga mereka berdua pamit untuk pulang ketika disadarkan dengan dering panggilan dari rekannya yang lain, Eric. “Ya, ada apa?” “Kau dimana?” “Tak jauh dari lokasi kejadian. Disebuah rumah dibelakang toko obat” “Kau sedang ada bersama pegawai itu kan? Tangkap dia. Aku sudah memiliki bukti langsung!!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD