Pintar Sekali Bersandiwara

1208 Words
Harumi tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dirinya langsung masuk kedalam mobil menyusul Karama yang sudah duduk di bangku penumpang, membuat Harumi langsung duduk disamping Karama sambil memeluk lengan Karama dan menyandarkan kepalanya di bahu Karama, tapi Karama tidak bisa menghindar walaupun sebisa mungkin Karama menjauh, karena Harumi selalu menarik tangannya. "Mamah jadi teringat, jaman nya mamah masih muda kalau melihat kemesraan kalian seperti ini," ujar Widia saat melihat Karama dan juga Harumi, ketika Widia duduk di kursi depan bersebelahan dengan sopir yang sedang melajukan kendaraannya menembus kemacetan jalankan ibu kota, membuat Harumi hanya tersenyum manis ke arah Widia yang sedang menengok ke arahnya. "Oh ya? Mamah sudah menyiapkan tempat untuk kalian melakukan prewedding, jadi kalian bosok langsung menuju lokasi ya?" "Mah tapi aku…" "Siap mah, laksanakan," ujar Harumi memotong perkataan Karama. "Kemarin kamu sendiri ingin kita cepat-cepat menikah bukan?" bohong Harumi bertanya kepada Karama yang terlihat terkejut mendengar pertanyaan Harumi. "Oh so sweet banget kalian, pasti anak mamah ingin cepat-cepat menghalalkan kamu Harumi, takut nanti ditikung orang," ujar Widia sambil tersenyum tapi tidak dengan Karama yang memasang wajah datar sambil menatap Harumi yang menyandarkan kepalanya di bahu miliknya. Drrrttttt…. Ponsel Karama bergetar berkali membuat Harumi langsung menatap Karama, saat Karama enggan mengangkat ponselnya dan hanya menatapnya, membuat Harumi langsung mengambil ponsel Karama yang masih berada ditangannya dan Harumi langsung mengangkatnya. "Halo sayang, tadi aku datang lagi kerumah sakit, ternyata kamu sudah pulang, aku hanya ingin mengatakan kepadamu kalau aku masih sangat mencintaimu Rama, dan kita bisa menjalani semuanya dari awal, dan aku berjanji kepadamu aku tidak akan melakukan kesalahan lagi seperti dulu, percayalah padaku Rama, aku tahu kamu masih mencintaiku karena aku wanita pertama di dalam hidupmu yang kamu cintai, Rama bicaralah," ujar Saras dari balik telepon membuat Harumi yang mendengar langsung tersenyum. "Maaf bu anda salah sambung, kami tidak pernah kredit panci," ujar Harumi diakhiri menutup sambungan teleponnya. "Siapa sayang,?" tanya Widia setelah Harumi menutup sambungan teleponnya. "Sales panci mah," ujar Harumi sambil tersenyum berbeda dengan Karama yang menggeleng-gelengkan kepalanya, pasalnya Karama tahu siapa yang tadi menelepon dirinya. "Anak mamah benar-benar sudah mempersiapkan semuanya, mamah bangga kepadamu Rama, sampai urusan panci saja kamu sudah mempersiapkan," ujar Widia sambil tersenyum. "Harumi kamu sangat beruntung mendapatkan anak mamah, yang satu ini," "Jelas saja aku sangat beruntung bisa mendapatkan Kara yang begitu perhatian kepadaku mah," bohong Harumi menimpali perkataan Widia yang sedang tersenyum manis ke arah Harumi. "Kenapa kamu berbohong?" bisik Karama ditelinga Harumi saat Widia sudah fokus menatap jalanan di depannya. "Oh Kara apa yang kamu lakukan geli tahu, kita bisa melakukanya nanti setelah kita sudah resmi menjadi suami istri," ujar Harumi dengan volume nada agak kencang, tidak menjawab pertanyaan Karama yang ditunjukkan kepadanya, membuat Widia langsung menengok kebelakang lagi kearah Karama dan juga Harumi. "Ada apa sayang?" "Ini mah Kara ingin menciumku, aku tidak mau kita kan belum menikah," ujar Harumi membuat Karama langsung menghembuskan nafasnya kasar, karena lagi-lagi Harumi pintar sekali bersandiwara. "Sayang benar kata Harumi, kalian belum menikah, jarang loh ada wanita seperti Harumi yang bisa membentengi dirinya untuk tidak melakukan hal negatif sebelum menikah, harusnya kamu bangga sayang dengan Harumi calon istri kamu ini," "Mah Harumi itu…" "Tidak usah mengatakan apapun lagi aku tahu kamu sangat mencintaiku, aku juga sangat mencintaimu, aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan setelah nanti kita menikah Kara," ujar Harumi sambil tersenyum manis memotong perkataan Karama. "Mah yang Rumi katakan…" "Benar adanya," sambung Harumi lagi memotong perkataan Karama. "Kalian manis sekali sih sayang," "Tentu mah, bukanya hubungan yang sehat diawali dengan keharmonisan?" "Betul banget kamu sayang, tidak salah mamah menjodohkan kalian," ujar Widia sambil memegang tangan Harumi. "kenapa dengan muka kamu sayang seperti ada yang tidak beres?" tanya Widia kepada Karama saat Karama memasang muka datar. "Tanya saja pada Rumi!" "Oh kamu so sweet banget Kara, aku tambah cinta padamu," ujar Harumi sambil tersenyum manis ke arah Karama yang sedang memasang muka datar. "Ah kalian ini bikin iri mamah saja," Dan disepanjang perjalanan tidak ada yang berkata kembali saat Harumi merasakan kantuk dan beberapa kali menguap. "Sialan kenapa wanita itu lagi, aku tidak bisa membiarkan Rama menikah dengan wanita bar-bar itu," ucap Saras saat dirinya merasa kesal saat dirinya ingin berbicara pada Rama malah Harumi yang mengangkat teleponnya. "Bagaimana aku bisa menghasilkan uang kalau aku tidak kembali pada Rama yang sekarang sudah berkembang kembali perusahaannya, Ach sial! ini semua gara-gara laki-laki b******k itu, yang sudah meninggalkanku dan tidak memberiku uang sepeserpun, sial, sial, sial," umpat Saras sambil mondar mandir di dalam apartemen miliknya yang diberikan oleh laki-laki selingkuhannya hingga Saras tega meninggalkan Rama yang dulu masih menjadi suami sahnya. Hingga terdengar suara pintu pas kode yang ditekan seseorang, yang langsung masuk ke dalam apartemen. "Oh kamu, akhirnya kamu pulang juga? Kemana saja kamu?" ucap Saras bertanya pada laki-laki yang baru masuk ke dalam apartemen. "Aku minta uang, aku butuh perawatan, sudah lama aku tidak pernah mengunjungi salon, karena kamu tidak pernah memberikan uang kepadaku lagi," ujar Saras lagi pada laki-laki tersebut, tapi tidak dihiraukan oleh laki-laki tersebut yang langsung masuk kedalam kamarnya. "Peter! Berhenti, Peter!" ucap Saras saat tidak dihiraukan oleh Peter dan Saras langsung mengikuti Peter masuk kedalam kamarnya. "Peter!" "Diam! Jangan bicara lagi, aku tidak ingin mendengar keluhanmu, yang setiap hari hanya uang, uang, dan uang yang kamu butuhkan, aku menyesal telah memelihara kamu untuk melayaniku, tidak puas kamu sudah aku belikan apartemen seluas ini?" ucap Peter sambil menatap tajam kearah Saras."Dan satu lagi, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi, aku kesini hanya ingin mengambil barang-barang miliki," ujar Peter pada Saras membuat Saras langsung melayangkan tangannya tapi dengan cepat Peter langsung menampik tangan Saras yang ingin menampar nya. "Kamu itu wanita ular, dan sampai kapanpun kamu tetap ular, aku menyesal telah mengenalmu, dasar wanita sampah!" ujar Peter yang langsung meninggalkan Saras. "Peter…! Sialan kamu, dasar b******k!" teriak Saras tapi tidak dihiraukan oleh Peter yang langsung pergi dari apartemen, tempat dirinya dan juga Saras menikmati keindahan surga dunia tanpa ikatan pernikahan. "Hanya ada satu cara agar aku bisa mendapatkan uang untuk kehidupanku, yaitu dengan mendekati Rama lagi dan menyingkirkan wanita bar-bar itu" ucap sinis keluar dari mulut sexy Saras. "Kara Apa yang kamu lakukan kepadaku? Apa kamu telah menodaiku? Tega sekali kamu melakukan ini kepadaku, kamu pernah bilang kalau kamu tidak mencintaiku, kenapa kamu melakukan ini kepadaku?" "Laki-laki tidak perlu cinta untuk melakukan apa yang ingin dia lakukan saat nafsu sudah menyelimuti jiwanya," jawab Karama menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Harumi. "Jadi benar kamu telah meniduriku, hingga aku bisa tertidur di kamarmu seperti ini? Kara kamu tega sekali?" ucap Harumi saat dirinya tiba-tiba sudah berada didalam kamar Karama dengan tubuh yang di tutupi selimut. "Ngimpi! Untuk apa aku menyentuhmu," "Tapi kenapa tubuhku ditutup rapat selimut seperti ini? Apa kamu membuka semua bajuku?" ucap Harumi membuat Karama langsung menarik selimut yang menutupi tubuh Harumi. "Hehehe maaf," ujar Harumi sambil nyengir kuda saat Karama menarik selimut yang menutupi tubuh Harumi, dan Harumi masih lengkap menggunakan pakaiannya. "Tapi kenapa aku tidur di kamarmu?" "Kamu masih sama seperti dulu, kalau tidur itu sudah seperti orang mati! Saat di mobil kamu susah dibangunin jadi mamah menyuruh supir untuk mengangkatmu dan menidurkan dikamarku," jelas Karama pada Harumi. "Sayang sekali," "Apanya yang sayang sekali?" "Aku kira kamu tadi meniduriku, kenapa tadi kamu tidak meniduriku?" "Harumi...!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD