"Apa aku harus melakukan ini? Demi Tuhan, itu pasti menyakiti dirinya." "Kamu harus bisa, Zefer." "Akan aku usahakan! " 'Yara, mungkin kehidupan setelah ini tidak seindah akananmu,' *** Aku menatap berkas dengan saksama. d**a kiri berasa retak membaca deretan kata membuat hatiku pilu. Bisakah aku melakukan ini? Tolong, ini demi kebaikan kita dan mengertilah. "Zefer," panggil Yara, spontan aku tutup dokumen itu dan menatap tajam dirinya. "Bisakah kalau masuk ke ruang kerjaku ketuk pintu!" hardikku. Yara terlihat menyesal dan meminta maaf dengan tulus. "Ada apa?" tanyaku dingin. "Aku, hanya mau memberikan minum. Dari tadi kamu tidak keluar makanya aku kesini buat kopi. Sekali lagi maaf," papar Yara atau dikenal Rosalicia. "Taruh saja!" datar itulah aku. Yara menar