Chapter 2 - Bumi yang Selamat

1143 Words
Kehidupan pun muncul. Sepasang manusia lahir dan tumbuh besar di tanah yang lembut dan tumbuh dewasa.     Saat sudah dewasa, wanita yang berada di Bumi menatap langit. Ia melihat kilatan cahaya dan guntur yang saling menyahut. Ia melihat hal tersebut sambil bertanya-tanya dalam hati, bagaimana ia bisa hidup di bumi dengan cuaca yang se-ekstrim itu. Ia seharusnya tahu bahwa saat ia masih bayi dan tidak sanggup untuk mengurus diri sendiri saja bisa hidup. Mengapa setelah dewasa, ia kebingungan dengan cara bertahan hidup?   Mungkit yang baru lahir dari setiap galaxy memang membutuhkan waktu untuk belajar. Mereka belum bisa memahami apa yang terjadi sebelumnya karena kesanggupan berpikir yang belum sempurna. Mereka hanya bisa sempurna jika memiliki anak dan mungkit-mungkit pun memenuhi Bumi. Kesempurnaan bisa dicapai dengan berkomunikasi dengan sesama mungkit dan menciptakan inovasi-inovasi yang terdapat di kepala mereka. Tapi, pria dan wanita yang baru lahir ini harus mencari tahu sendiri tujuan keberadaan mereka.   Sudah seratus lima puluh hari ia melihat langit hanya gelap dengan kilatan-kilatan petir tanpa adanya terang. Ia dan pria yang disampingnya hanya menatap langit dan mencoba bertahan. Mereka tidak tahu bahwa yang terjadi di langit adalah perang yang berlangsung antara penjaga Bumi dengan para Slayer yang sedang memperebutkan kehidupan yang sedang tercipta.        Hanya tersisa sepasang manusia yang mencoba bertahan hidup. Kegelapan telah melahap kehidupan manusia lain. Di hari ke seratus lima puluh satu, langit sudah tampak normal. Siang dan malam pun terjadi. Tetapi, itu masih belum cukup. Mereka memerlukan iklim yang baik untuk memberikan anak mereka makanan.    Banyak pertimbangan mereka yang membuat mereka tidak bisa memiliki anak, yaitu musim. Dalam sehari musim bisa berganti tiga kali. Dalam sebulan pernah tidak terjadi siang, yang ada hanya kegelapan. Kejadian yang ekstrim lagi adalah, dalam sejam bisa terjadi 10 kali pergantian siang dan malam.                                     Mereka berusaha menghitung waktu yang mereka gunakan dan mencari cara untuk mengatur agar Bumi tidak mengalami cuaca yang ekstrim. Meski keadaan belum begitu baik, tetapi mereka sudah merasa yakin untuk berkembang. Mereka pun memutuskan untuk memiliki anak di cuaca ekstrim seperti itu. Meski ada kecemasan yang terjadi tentang bagaimana kelak hidup putra ataupun putri mereka nantinya jika keadaan tempat tinggal mereka yang seperti saat ini tidaklah baik untuk di tinggali. Mereka mencoba melakukannya, tetapi tidak hamil-hamil juga. Sang pria pun mulai pandai berladang. Beberapa tumbuhan yang berbuah mulai tumbuh. Ia mulai menanam buah yang bisa memberi mereka makan. Untuk menanam buah tersebut, ia mencoba menanamnya di tempat yang lebih subur. Sayangnya, di dekat rumahnya, ia mencoba untuk menanam buah, tetapi tidak bisa tumbuh. Jadi ia pun mencari tanah lain yang sedikit lebih jauh dan akhirnya bisa.   Ia berkata kepada wanitanya, agar berpindah tempat. Tetapi, si wanita tidak ingin melakukannya. Jadi dengan terpaksa, ia harus berjalan cukup jauh untuk sampai di ladang. Saat pergi ke ladang, ia tidak bisa pergi dengan mudah. Saat hari tiba-tiba berganti siang, ia akan berjalan. Tetapi, ketika gelap, ia harus menunggu karena tidak ada cahaya yang menuntunku ke arah ladang miliknya.    Saat akan beranjak pulang menuju rumah wanitanya, sebuah batu jatuh ke kepala sang pria. Batu itu berwarna pelangi jika terkena cahaya dan akan bersinar terang ketika gelap. Sang Pria sudah membuktikannya selama di ladang karena hari ini siang dan malam berganti setiap satu jam. Saat terang ia menemukan batu itu dan dalam perjalanan pulang, langit menjadi gelap memberikan penerangan baginya. Biasanya Sang pria akan berhenti saat malam tiba dan melanjutkannya saat siang. Tapi, karena ada batu yang bisa bercahaya saat gelap, ia menggunakannya menjadi penerang selama perjalanan. Istrinya kebingungan mengapa ia bisa pulang saat malam tiba. Ia berteriak keras kepada istrinya karena batu itu sangat indah dan menceritakan apa yang terjadi di ladang.   "Lihatlah, aku menemukan batu." Ucap Sang pria.   "Dari mana kau temukan itu?" Tanya wanitanya keheranan melihat indahnya batu itu.   "Batu ini jatuh ke kepalaku, dari langit." Tunjuknya ke atas langit. Istrinya kebingungan, karena yang ia tahu bahwa hanya hujan saja yang bisa turun dari langit.   "Lalu apa yang terjadi?" Tanya wanitanya lagi.   "Batu ini bisa terang saat malam dan berwarna pelangi saat siang. Batu ini yang menuntunku pulang meski malam tiba." Jelas prianya. Sang wanita hanya diam dan berpikir.   "Apa yang harus kita lakukan dengan batu ini?" Ucapnya sambil membolak balikkan benda tersebut. Ia tidak mendapati manfaat apapun yang bisa dijadikan alat untuk mengatur  bumi sama sekali.   "Ini tidak berguna." Kata wanitanya, mencampakkannya ke luar rumah mereka. Sang pria langsung marah dan memungutnya kembali.   Ia kembali dan marah atas kelakuan wanitanya. "Untuk sekarang, kita bisa gunakan batu ini untuk menerangi jalan saat malam selama aku di ladang. Aku bisa pulang tepat waktu sekarang. " katanya dengan nada tinggi. Ia mengelus-elus batu itu seperti sedang mengelus anak bayi dengan lembut.   "Ya, kau benar. Itu akan membantumu di ladang juga saat malam tiba. " Jawab sang wanita yang sibuk membuat makanan untuk mereka. Nada suaranya menunjukkan kekesalan dan ia mencoba tidak lagi mengurusi  perdebatan itu.   Di kemudian hari, wanitanya berkata lagi, karena sebelumnya mereka tidak berhasil memiliki anak, "Sepertinya aku ingin mencoba lagi memiliki anak. Ini sudah saat yang tepat untuk memilikinya."    Tak berapa lama, istrinya pun hamil. Saat anaknya akan lahir, sang pria tak juga terlihat pulang. Ia seharusnya akan melahirkan sekarang, tetapi tidak ada yang membantunya. Ia mengharapkan sang pria akan membantunya, tetapi tak juga datang. Dengan peralatan seadanya, ia mencoba melahirkan anaknya seorang diri. Ia pun melahirkan sepasang anak yang manis yang diletakkannya di sebelahnya hingga ia merasa lebih baik.     Awalnya ia tidak bisa bergerak dengan mudah. Rasa nyeri yang ditimbulkan setelah melahirkan membuatnya tidak bisa mencari keberadaan prianya. Ia pun menunggu hingga keadaannya menjadi lebih baik dan bisa berjalan untuk mencarinya.   Saat keadaannya membaik, ia mencari prianya di ladang. Tetapi, yang ditemukannya hanyalah sandal yang dipakainya saat menuju ladang. Ia melihat tanaman pasangannya yang sudah mulai berbuah dan berpikir bahwa pasangannya pasti sudah mati meski tidak ada bangkai yang ditemukan.   Semenjak pasangannya hilang, keadaan Bumi berubah. Ia menjadi seorang ibu yang mengurus dua anaknya. Keadaan Bumi sudah menjadi lebih baik setelah anaknya lahir. Ia tampak senang karena hal tersebut. Tanah sudah menjadi lebih subur, siang dan malam teratur, hewan-hewan mulai bermigrasi dengan teratur, dan kehidupan anak dan ibu itu menjadi lebih baik. Meski ia masih bersedih atas kehilangan sang pasangannya, tetapi ia tetap bisa menikmati Bumi yang lebih baik untuk ditinggali. Ia bisa membesarkan anaknya dengan baik tanpa harus melalui langit yang tiba-tiba menggelap dan terang dengan cepat.   Semenjak itu, anak-anaknya tumbuh dengan baik dan mulai memenuhi Bumi dengan manusia. Perlahan, sedikit demi sedikit, manusia bertambah banyak dan Bumi bertambah menjadi semakin indah. Ibunya mereka pun meninggal dengan tenang karena manusia sudah bertambah banyak dengan cepat. Kedua anaknya hidup selama seribu tahun dan akhirnya mati dengan tenang.    Awal kehidupan yang tercipta di galaxy Bimasakti, akhirnya terwujud. Yang perlu sekarang adalah menjaga Bumi ini dari para Slayer hingga hari ramalan tersebut terjadi. Hari dimana ramalan tersebut terjadi adalah hari yang sama saat segel pelindung Bumi terbuka. Seseorang harus menyelesaikan hal ini dengan cepat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD