Chapter 69 - Penelitian Time Travel Chat

1626 Words
Hari sudah gelap. Prof. Rei menatap Wish yang tertidur pulas tanpa ada kekhawatiran. Ia menunggu istrinya pulang. Tetapi, tak ada tanda tanda kedatangannya. Ia berkali-kali keluar dari rumah melihat apakah ada tanda istrinya sudah kembali. Tetapi, tidak juga. Ia tidak bisa keluar mencarinya karena tidak ada yang menjaga Wish.  Ia mengingat-ingat kembali apa yang istrinya katakan.  “Tubuhku pasti semakin lama semakin habis karena aku bukan manusia. Bisa jadi aku mati atau menghilang. Jika orang tuaku mencariku, aku pasti kembali ke dunia itu. Entah apapun yang terjadi dengan ku, aku mau kau akan membesarkan anak kita dengan sepenuh hati!”  “Aku ingin meminta padamu, ketika anak kita lahir, tolong lindungi dia!” Ia berpikir apakah yang dikatakan Flos sudah terjadi. Dalam setahun, ucapannya menjadi kenyataan. Apakah ia sudah pulang ke dunianya, itu menjadi tanda tanya besar.  Prof. Rei terus menunggu istrinya hingga seminggu kedepan. Tak ada kabar sedikitpun darinya. Tak ada tanda-tanda bahwa ia masih berada di Bumi. Ia akhirnya merelakan bahwa istrinya tidak akan kembali lagi. Kondisi tersebut membuatnya menjadi sangat terguncang. Ia menjadi sering mabuk dan tidak pergi bekerja. Ia kadang tidak memperdulikan anaknya yang masih kecil. Kadang Wish menangis karena tidak diberi makan. Kadang Wish tidak dimandikan seharian. Prof. Rei sama sekali tidak memperdulikan anaknya. Emot memperhatikan hal itu. Ia akhirnya menampakkan diri dan masuk ke dalam rumah. Ia melihat botol-botol hijau bertebaran di ruang tamu dan ruang kerjanya. Ia mencari Prof. Rei dan melihatnya sedang tidur di kamarnya. Emot duduk tepat di kakinya dan Prof. Rei tersadar. Ia kaget karena wajah seram Emot yang samar-samar di dalam ruangan.  “Mengapa kau begini?” Ucap Emot. Prof. Rei mengangkat kakinya dan mendudukkan diri.  “Kau selalu muncul sesuka hatimu!” “Aku hanya ingin kau tahu bahwa kesedihanmu berakibat buruk pada anakmu!”  “Apa maksudmu?” “Kau tidak seperti dulu yang menginginkan kelahirannya. Kau harus lebih memperhatikannya dibandingkan dirimu. Lihatlah, anakmu tak terawat sama sekali. Baju yang kau pakaikan padanya sudah tiga hari tak diganti. Jika dia sudah dewasa kau bisa melakukan apapun sesuka hatimu. Tapi, dia masih berumur satu tahun.” Prof. Rei pun meneteskan air mata. Ia mengusap air matanya karena sudah berlimpah sangat banyak di wajah. Ia tidak bisa mengatakan apapun sebagai dalih. Perasaan sakit hatinya ditinggal Flos seharusnya tidak membuat anaknya ikut menderita.  “Jadi, apa yang harus kulakukan?” Kata Prof. Rei dengan isakannya. “Kau ingat cincin itu?” Prof. Rei melihat Emot dan mengangguk menjawab pertanyaannya. “Kau bisa menyusulnya ke sana. Kau punya wadah di pekerjaanmu. Mereka sedang dalam proyek penelitian time travel. Kau bisa mencalonkan diri menjadi ketua dan memakai energi dari batu itu!” Ucap Emot memberikan masukan. “Maksudmu,” Prof. Rei menangkap apa yang dikatakan Emot. “Aku bisa pergi ke dunia tempat Flos berada?” Emot tidak membenarkan itu secara gamblang. Ia mengalihkan nya dengan berkata, “Aku tidak tahu. Itu hanya saran saja.” Emot tidak ingin memperpanjang percakapan lagi. Ia merasa sudah cukup untuk mengajarkan Prof. Rei untuk mencintai dirinya dan juga anaknya. Ia langsung pergi. Semenjak itu Prof. Rei pun lebih bersemangat bekerja. Ia juga selalu memperhatikan Wish, anaknya. Sesuai dengan ucapan Emot, ia mencalonkan diri sebagai ketua dalam penelitian Time Travel. Tak berapa lama, ia berhasil terpilih menjadi pemimpin dalam penelitian itu. Karena penelitian ini rahasia, semua yang ikut andil dalam proyek ini diwajibkan untuk tinggal bersama di gedung PI (Penelitian Indonesia).  Akhirnya Prof. Rei dan Wish pindah meninggalkan rumah mereka di desa Sunyi dan tinggal di markas penelitian. Mereka yang tinggal di markas tersebut tidak boleh keluar dengan bebas. Ruang lingkup mereka hanyalah ruangan-ruangan markas saja. Mereka tidak bisa meminta libur dan pergi meninggalkan markas sesuka hati. Itu adalah perjanjian kerja yang harus disetujui oleh Prof. Rei.  Markas penelitian berada di lantai empat dan lima gedung PI. Seluruh ruangan yang berada di dalam markas berwarna putih saja. Yang menjadi penanda dari setiap ruangan adalah nama yang diletakkan di tiap ruangan.Dengan adanya nama nama itu, mereka bisa tahu dimana ruangan untuk penelitian dan dimana ruangan tempat tidur mereka. Sewaktu Prof. Rei bekerja, Wish Akan dititipkan kepada rekannya yang sedang beristirahat. Rekan-rekannya secara bergantian akan mengasuh Wish hingga Prof. Rei selesai bekerja. Jika tidak ada yang mengasuh, Wish akan diletakkan di ruangan bermain sampai sore.  Yang mereka kerjakan sekarang adalah penelitian tentang chat yang bisa melintasi waktu. Sebuah pesan yang dikirim melintasi waktu. Proyek ini dijalankan sebelum uji coba dilakukan pada manusia. Dengan melakukan penelitian menggunakan chat, mereka bisa mengetahui apakah time travel memang bisa dilakukan atau tidak. Jika chat berhasil dilakukan, maka mereka akan masuk kepada penelitian manusia yang bisa melintasi waktu.  Selama dua tahun Prof. Rei dan teman-temannya melakukan penelitian. Mereka membangun sebuah mesin besar, sebuah energi yang bisa mengirimkan pesan ke masa lalu. Memang penelitian ini tampak tidak berguna. Tetapi sebenarnya tidak. Pesan yang dikirimkan bisa berupa surat yang memberitahu seseorang untuk tidak melakukan kesalahan di masa lalu yang bisa mengubah sejarah. Pesan ini juga bisa berbentuk whisper atau bisikan, yang membantu seseorang memilih keputusan yang bijak atau pesan kasih sayang dari orang yang dicintai.  Prof. Rei pun pergi ke ruangannya. Ia berencana akan mengirimkan pesan ke masa lalu. Hari ini adalah hari yang penting karena mesin sudah selesai dirakit. Mereka akan melakukan uji coba untuk mengirimkan pesan ke masa lalu. Ia ditemani oleh rekannya bernama Andrew sekaligus sahabatnya.  “Kau sudah siap Drew?” Kata Prof. Rei yang sudah memegang alat untuk memasukkan pesan. Sedangkan Andrew berada di ruangan monitor untuk mengamati pesan yang akan dikirimkan. Jarak mereka berdua sekitar tiga meter. Jadi Prof. Rei harus berteriak keras agar Andrew bisa mendengar. “Siap!” “Aku hanya akan mengirimkan pesan asal. Kita akan kirimkan pesan tersebut ke tahun  Prof. Rei pun memasukkan pesan. “Siapakah anda? Balas jika menerima pesan ini!” Andrew langsung berkomentar dengan pesan itu. “Pesanmu seperti sedang mengancam!” Lalu ia tertawa kuat. “Tak ada lagi kata-kata yang bisa kupikirkan!” Kata Prof. Rei sambil memelas. “Baiklah..baiklah, selama itu terkirim dan mendapat balasan, itu yang terpenting!” Kata Andrew. Mereka pun mulai mengirimkan pesan tersebut.  “Sudah terkirim?” Tanya Prof. Rei. Andrew mengiyakannya. Ia memutar kursinya dan mendorongnya dengan kakinya. Ia ingin melihat monitor yang ada di depan Prof. Rei. Di dalam monitornya, pesan tersebut berhasil dikirim, tetapi ia tidak bisa memastikan siapa penerima pesan tersebut. Penerima pesan yang membalas hanya bisa dilihat dari monitor Prf. Rei saja. “Sudah dapat balasan?”  “Belum!” Kata Prof. Rei yang menjawab dengan menatap monitor miliknya. Sambil menunggu mereka pun bercerita. “Bagaimana keadaan Wish? Dia baik-baik saja?” “Aku sering kali meninggalkannya. Dia sedang ditemani oleh Jhon. Dia lagi tidak ada tugas hari ini! Untung saja semua yang ada di sini mau bergantian menjaga Wish. Huff…” Ucap Prof. Rei sambil menggelengkan kepalanya.  “Kau sangat beruntung mendapatkan anak yang lucu seperti Wish!” Kata Andrew. Prof. Rei tertawa. “Kau seharusnya sudah mulai memikirkan menikah!”  Andrew langsung cemberut. “Lebih gampang berbicara dibandingkan bertindak!” Ia tampak sangat tidak senang dengan perkataan Prof. Rei.  Saat sedang asik berbicara, sebuah pemberitahuan balasan mulai muncul. Prof. Rei dan Andrew menatap layar secara perlahan, sedikit demi sedikit.  “Apakah berhasil?” Kata Andre yang sedikit takut dengan ekspektasinya yang tinggi. “Berhasil?” Tanya Prof. Rei lagi. Mereka sama-sama melihat ke layar. Lalu wajah mereka yang awalnya senang, menjadi bingung. Mereka tidak mengerti pesan tersebut. ‘BXFWY HHDYR NHIOD PCJJB ULTA’ Mereka berdua saling menatap.  “Aku tidak mengerti dengan pesan yang masuk ini!” Kata Andrew. “Apakah ini sandi?” Kata Prof. Rei.  “Aku memikirkan hal yang sama!” Kata Andrew dan kembali ke monitornya. Ia melakukan pengecekan data dan mendapatkan hasil. “Pengiriman pesan yang dikirim melintasi waktu membuat huruf-huruf yang dikirim sebagai balasan menjadi berubah-ubah. Pasti ada pola dalam perubahan itu!” Kata Andrew. Prof. Rei mulai mengerti. Ia menatap lama huruf-huruf itu dan membayangkannya menjadi sebuah pesan. “Polanya seperti Enigma!” Ucap Prof. Rei berteriak. Ia langsung mencobanya. Ia mengambil kertas dan menggunakan ‘Rei’ sebagai kata kunci. Karena si pengirim adalah Prof. Rei, jadi secara otomatis Rei lah kata yang dibuat sebagai kata kunci.  “Benarkah?” Kata Andrew lagi. Ia tidak sabar mendengar hasil baik bahwa kemungkinan yang dikatakan Prof. Rei benar. Prof. Rei melihat Andrew perlahan. Ia membolangkan matanya seperti setan yang muncul dalam film horor.  “Kau menakutkan!”  “Memang benar! Yeay..” Kata Prof. Rei. Lalu mereka berdua berteriak keras. “Kita tinggal menambahkan pola enigma otomatis ketika pesan kita dibalas!” Kata Prof. Rei memberi usul. Andrew setuju dengan usulan Prof. Rei. “Apa isi pesannya?” Tanya Andrew “Saya Herman Willem Daendels. Siapa dia?” Kata Prof. Rei kepada Andrew.  “Coba kita cari informasi tentang nama itu! Sebentar!” Ucap Andrew. “Ada!” Teriak Andrew. Prof. Rei menuju meja Andrew dan melihat biodata Herman Willem Daendels. “Meester in de Rechten Herman Willem Daendels (lahir di Hattem, Republik Belanda, 21 Oktober 1762 – meninggal di Elmina, Pantai Emas Belanda, 2 Mei 1818 pada umur 55 tahun), adalah seorang politikus Belanda yang merupakan Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 1808 – 1811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Prancis.” Baca Andrew. “Wow.. kita berhasil. Kita mengirimkan pesan kepada seseorang yang berpengaruh di zaman dulu. Ini sangat luar biasa!” Ucap Prof. Rei.  Hari sudah mulai malam. Mereka harus kembali ke ruangan mereka masing-masing. “Kita akan beritahukan kepada Pak Wangsa besok. Besok akan menjadi hari yang baik!” Ucap Andrew dan mereka berpisah.  Prof. Rei pun pergi ke kamarnya. Ia melihat Jhon masih berada di sebelah Wish yang sudah tidur. “Makasih banyak sudah menjaganya!” Kata Prof. Rei kepada Jhon. Ia pun permisi pergi kembali ke kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD