Chapter 64 - Menggunakan Ramuan Mayda

2091 Words
Mr. Pella kembali ke tempat Mayda. Ia menanyakan tentang perkembangan ramuan yang bisa mengubah Rebel yang mendapat hukuman menjadi budaknya untuk dijadikan pelayan di sekolah.  “Aku sudah membuatnya. Ramuan ini tidak sulit untuk digunakan. Cukup dengan menyemprotkannya di udara dan yang menghirupnya akan mengikuti perintah tuan!” Ucap Mayda lalu diam. Ia sedikit merasa bersalah karena hal membantu Mr. Pella. Ia tidak bisa menolak perintahnya meski itu salah di matanya. Ia merasa hal itu salah karena Mr. Pella memperlakukan para Rebel seenaknya. Ia tentu tidak setuju akan hal itu. Rebel yang mendapatkan proses hukum tidak bisa hidup lama di Bumi. Proses hidup mereka memang singkat di Bumi, tetapi bukan berarti mereka bisa digunakan sesuka hati seperti itu. “Cukup menarik!” Kata Mr. Pella. Mulutnya sumringah dan mengambil botol yang dipegang oleh Mayda. Botol tersebut berbentuk seperti botol bekas minuman dan berkepala semprotan. Penggunaannya sudah langsung bisa dipakai saat itu juga. Dia bisa melihat di dalam botol tersebut ramuan berwarna biru terang. Ia menggoyangkan botol tersebut melihat reaksi air yang ada di dalam lalu tertawa.  “Ini sangat indah.” Kata Mr. Pella lagi. “Ramuan itu tidak hanya mengubah perasaan Rebel, melainkan juga bentuk mereka akan berubah seperti manusia yang sangat sempurna. Mereka akan sangat ganteng, tetapi mereka tidak akan bisa merasakan cinta. Hidup mereka seperti benda yang tidak berharga. Mereka akan hidup selama-lamanya tetapi mereka tidak bisa menikmatinya. Tuan, bisa menyuruh mereka melakukan apapun atau menetapkan peraturan yang spesifik untuk tidak dilakukan. Saat mereka menghirup ramuan itu, mereka tidak akan bisa kembali seperti semula!” Kata Mayda mencoba tegar. Mr. Pella mendengarkannya dengan baik. Ia tidak terlalu memikirkan efek samping dari ramuan tersebut. Ia hanya butuh pelayan dan pekerjaan mereka hanyalah melayani bukan untuk dijadikan pasukan berperang. Ia tidak terlalu memikirkan hal tersebut. “Aku hampir lupa. Aku memerlukan darah tuan agar Rebel-rebel yang menghirup udara tersebut bisa mengenali siapa tuan mereka.” Kata Mayda. Kemudian ia mengambil tangan Mr. Pella, menyucuk jari kelingkingnya hingga keluar darah dan menaruhnya di sebuah wadah. Ia mengambil kembali botol ramuan tersebut dan meninggalkan Mr. Pella. Ia masuk ke dalam ruangannya dan mencampurkan darah tersebut dengan ramuan menggunakan sebuah mantra. Ia tidak perlu menuangkan secara langsung darah tersebut ke dalam ramuan, melainkan dengan mantra darah tersebut menghilang dan bercampur dengan ramuan di dalam botol. Warna air di dalam botol pun berubah menjadi ungu pekat. Mayda keluar dari ruangan dan memberikan ramuan itu lagi kepada Mr. Pella. “Mungkin aku akan membutuhkan dua wadah seperti ini.” Ia ingat bahwa ia akan pergi dengan Tn. Smith. “Ada lagi wadahnya?”   Mayda melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Mr. Pella. Ia membagi ramuan itu menjadi dua. Suara mobil terdengar lalu membunyikan klakson. Tn. Smith tidak keluar dari mobil. Ia menunggu Mr. Pella keluar dari rumah Mayda. Mereka ingin cepat-cepat pergi agar tidak pulang saat malam tiba. Ia membawa mobil Suzuki Carry yang hanya bisa mengangkut dua orang penumpang saja. Sedangkan di belakangnya kosong yang berencana untuk mengangkut rebel-rebel yang sudah diberikan ramuan. Mr. Pella meninggalkan Mayda dan pergi naik ke mobil Tn. Smith. Mereka pun pergi menuju daerah tersebut. Tn. Smith telah berjanji kepada Mr. Pella bahwa ia akan membawanya ke tempat dimana para Rebel berkumpul. Menurut informasi yang didapat, sebelum menjadi manusia utuh, Rebel-rebel biasanya berkumpul di hutan di Wimberley, Texas. Mereka biasanya berkumpul di tengah hutan di dekat daerah itu. Di sana tidak terlalu banyak orang yang lewat, jadi lebih aman bagi rebel dengan masa hidup singkat untuk menghabiskan sisa hidup mereka. Mereka berjalan berjam-jam menuju tempat tersebut. Melewati banyak simpang dan tanah yang tandus. Beberapa kali pemandangan gersang berganti subur. Mereka mulai melihat rumput-rumput tipis terawat di kanan dan kiri mereka. Tak banyak rumah yang berada di tepi jalan. Jalan sudah mulai menyempit dan berabu. Mereka bisa melihat langit begitu biru dari kaca mobil depan. Tak ada manusia yang lewat. Untuk pertama kalinya mereka melihat truk yang berbelok ke arah tujuan mereka. Truk tersebut berwarna putih dan membawa dua buah kotak hitam dan tangga yang ditidurkan yang diapit oleh kota tersebut.  “Kita mengikuti mobil itu?” Tunjuk Mr. Pella. Ia hanya penasaran karena mobil tersebut adalah mobil pertama yang dilihatnya sewaktu berada di daerah Wimberley. Tn. Smith mengangguk. Mereka berbelok melewati jalan yang membelah sungai Blanco. Jalan tersebut hanya bisa dilalui oleh satu buah mobil saja. Lalu setelah melewati jalan yang membelah sungai, jejeran pohon terlihat berada di kanan dan kiri jalan. Mr. Pella menyandarkan tangannya di pintu kaca mobil dan menikmati angin yang menerpanya. Ia menikmati udara di daerah tersebut yang lebih cenderung hangat. Ia memastikan apakah Matahari bersinar dan tidak akan hujan. “Apakah masih jauh?” Tanya Mr. Pella melihat kepada Tn. Smith. “Saya kurang tahu, Tuan. Kita hanya tinggal menyusuri jalan ini saja. Dan jika ada banyak orang yang berkumpul, berarti itu adalah mereka. Di daerah ini tidak banyak orang yang berlalu lalang. Jadi mudah untuk mengenali mereka!” Jelas Tn. Smith yang sedang kesusahan karena jalan yang berliku-liku. Tn. Smith berharap mereka tidak akan melalui jalan ini lebih lama lagi dan jangan tiba di tujuan ketika hari sudah gelap. Mobil truk yang di depan mereka sudah tidak terlihat lagi. Tn. Smith menganggukkan kepalanya. Ia merasa supir truk tersebut sangat hebat karena dapat berjalan dengan kencang di jalan satu arah dan sempit tersebut. Kemudian matanya tidak sengaja melihat kaca spion mobil. Ia tidak sengaja memperhatikan mobil truk putih yang berada di depan mereka ternyata mengambil jalan berbelok. Ia pun berhenti. Ia merasa ada yang aneh dengan truk tersebut.  Tn. Smith pun memutuskan untuk mengikuti truk tersebut. Ada perasaan curiga bahwa truk tersebut bukan dari daerah itu. Ia mundur dan masuk ke jalan kecil berbatu dan berlubang.  “Mengapa kita melewati jalan ini?” Tanya Mr. Pella.  Th. Smith menjawab, “Aku merasa truk tersebut bisa mengantarkan kita kepada para Rebel yang bersembunyi.”  Mr. Pella menaikkan alisnya. Ia tidak bisa berkomentar lagi kalau jawaban Tn. Smith seperti itu.  Jalan yang mereka lewati semakin lama rusak. Jalan yang harusnya datar berubah menjadi tanjakan tinggi. Ia harus berusaha membuat mobil tersebut dapat naik dengan memilih tanah yang keras dan tidak memiliki lubang. Daun-daun berjatuhan menerpa kaca mobil. Sesekali ia harus berhenti untuk membersihkan daun yang menempel di kaca mobil mereka yang bertumpuk. Tn. Smith kemudian melihat truk putih tersebut berhenti di pinggir jalan. Ia melewati mobil tersebut dan melihat dari dalam mobil. Ia tidak melihat ada supir di dalam mobil tersebut.  Ia mengingat bahwa truk putih di depan mereka membawa dua kotak besar di belakang mobilnya. Sekarang, kotak itu hanya terlihat satu. Ia memberhentikan mobilnya dan mengecheck kemana supit-supir tersebut pergi. Ia permisi kepada Mr. Pella dan pergi keluar mobil. Ia melihat sebuah rumah di depan mobil tersebut berhenti. Rumah tersebut cukup jauh dari jalan tempat mobil diparkirkan. Ia berjalan di jalan setapak dengan rumput-rumput yang tinggi.  Tak jauh berjalan, ia langsung melihat dua orang manusia yang sedang mengangkat kotak hitam besar tersebut ke dalam rumah. Ia mengintip dari jendela dan melihat ada banyak orang di dalam. “Ini tempatnya!” Ucap Tn. Smith dengan gembira. Ia awalnya berpikir bahwa rebel-rebel tersebut akan berdiri di pinggir jalan dan berkerumun sehingga mudah ditemukan. Tetapi, ternyata mereka berada di sebuah rumah besar di tengah hutan.  Tn. Smith kembali kedalam mobil dan memberitahu Mr. Pella bahwa ia sudah menemukan tempat rebel-rebel tersebut berkumpul.  Mr. Pella langsung mengambil ramuan tersebut dan mereka pergi ke rumah tersebut. Mereka memastikan tidak seorang pun melihat keberadaan mereka. Karena jika ketahuan, tentu tidak akan ada yang mau dijadikan pelayan oleh Mr. Pella.  Mereka mengintip dari jendela, sama seperti yang dilakukan Tn. Smith tadi. Mereka melihat Rebel tersebut berjoget-joget dengan dentuman musik yang keras. Tapi, memang tidak terlalu terdengar ke luar karena tempat itu kedap suara. Mereka melompat, tertawa, berdansa, dan minum minuman keras. Tak ada yang sedih di dalam sana. Semua rebel tampak sangat menikmati kehidupan mereka. “Apa yang mereka minum itu?” Tanya Mr. Pella yang melihat tingkah mereka sangat aneh ketika meminum minuman tersebut. Ia melihat dua orang yang sedang mengangkat kotak hitam, membagikan botol-botol minuman kepada seluruh rebel di dalam ruangan itu. “Alkohol tuan! Mereka meminum minuman tersebut untuk menikmati keberadaan mereka yang singkat di Bumi. Mereka paling dua bulan kedepan akan mati. Jadi sebelum itu terjadi, mereka menghabiskannya dengan mabuk seperti ini!” Kata Tn. Smith. “Beginikah setiap hari?” Tanya Mr. Pella dengan heran. “Mung-kin!”  Tn. Smith tidak tahu jawaban pastinya. Ia juga baru tahu ternyata Rebel yang dicampakkan melalui proses hukum hanya berkumpul di satu tempat di Bumi dan tidak berpencar. “Kita bisa berpura-pura masuk dan menyemprotkan ramuan ini dimanapun di ruangan itu. Kita perlu memastikan bahwa kita tidak menghirup ramuan ini!” Ucap Mr. Pella. “Berapa lama kita harus menahan napas?” Tanya Tn. Smith. Ia tidak yakin bisa melakukannya. “Kita bisa melakukannya dengan plastik jika tidak sanggup lagi!” Mr. Pella memberikan ramuan yang sudah dibagi dua oleh Mayda dan mereka masuk ke dalam ruangan. Mereka mencoba menari-nari mengikuti gaya rebel-rebel tersebut dan memegang botol minuman di tangannya. Setelah itu mereka menyemprotkan di bawah tangan mereka ramuan tersebut. Mereka menari dan menyemprotkan baju-baju rebel agar siapa yang berada di dekatnya akan menghirup aroma ramuan tersebut.  Lima menit penyemprotan, mereka pun masuk ke dalam kamar mandi menunggu ramuan itu bekerja. Tn. Smith sangat sesak. Ia berkali-kali mengisi paru-parunya. Sedangkan Mr. Pella terbatuk-batuk. Ia menepuk-nepuk dadanya agar batuk yang dirasakan tidak terlalu sakit di dadanya. Ia mengorek-ngorek hidungnya untuk mengeluarkan aroma ramuan. Siapa tahu ada tersangkut di hidungnya.  “Kita akan keluar hingga ramuan itu bekerja dan semua orang pingsan!” Ucap Mr. Pella.  Mereka tidak lagi mendengar suara-suara dari dalam ruangan tersebut. Ini berarti mereka semua sudah pingsan. Mr. Pella pun membuka pintu kamar mandi dan mengecek ruangan. Tubuh Rebel-rebel itu pun tergeletak di lantai. Cahaya hijau keluar dari tubuh mereka. Wajah mereka yang rusak secara perlahan berubah dan menjadi lebih indah. Mereka tidak sadarkan diri selama setengah jam. Mr. Pella menunggu hingga rebel-rebel itu sadar lalu mengangkut mereka sebagian dengan mobil carry membawanya ke rumah mereka.  Tn. Smith kemudian harus kembali ke ruangan tempat itu karena mereka tidak bisa sekaligus di bawa menggunakan mobil.  *** Pekerjaan Mr. Pella dan rekan-rekannya semakin banyak. Di dalam bus mereka sibuk mengurus para Rebel yang sudah menjadi pelayan. Ada sekitar seratus orang yang sudah di antar Tn. Cat ke rumah Mr. Pella. Mereka tidak tahu harus menaruh pelayan-pelayan itu dimana lagi. Bahkan halaman mereka saja sudah tidak bisa menampung seratus pelayan tersebut.  Mr. Pella memesan sebuah kapal yang akan membawa seluruh pelayan tersebut ke lokasi pembangunan sekolah. Siang ini mereka akan dikirim Mr. Pella berangkat menuju pulau. Meski belum selesai, tetapi pelayan-pelayan tersebut setidaknya memiliki tempat untuk tidur.  Tiba-tiba Cat membawa seseorang ke dalam Bus. Ia terlihat kelelahan mengantarkan kedua orang itu ke hadapan Mr. Pella. “Aku ingin memperkenalkan mereka, tuan!” Tunjuk Cat kepada kedua manusia yang berada di sampingnya. Perkenalkan saya Mark Lalap, dan ini istri saya Rugin!” Kata Mark kepada Mr. Pella. “Mengapa mereka disini?”  “Mereka akan bertugas di kantin sekolah Tuan!” Jawab Cat. Mr. Pella lalu menyeretnya dari dua orang itu dan mengintrogasinya. “Apakah mereka manusia utuh?”  Cat mengangguk.  “Bagaimana bisa manusia tinggal di sekolah kita?” Kata Mr. Pella khawatir.  “Tak ada Rebel yang bisa masak seenak manusia, tuan. Jadi saya merekrut mereka untuk mengurus makanan murid-murid dan guru-guru nantinya!” Ucap Cat. “Bagaimana jika mereka tahu tentang rahasia kita?” Kata Mr. Pella. Cat sudah memikirkan hal itu matang-matang. “Wilayah kantin agak jauh dari sekolah dan kantor. Mereka juga akan sangat sibuk melayani ratusan murid-murid, tuan. Mereka juga tidak akan berkomunikasi dengan kita secara langsung. Segala urusan yang menyangkut kita akan diperantarai oleh para pelayan!” Jelas Cat dengan pelan. Mr. Pella paham dengan pemikiran Cat. Ia menginstruksikan agar sepasang suami istri tersebut juga ikut di angkut bersama kapal yang akan berangkat malam ini. Mereka kemudian mendekat kepada sepasang suami istri itu lagi, dan memberikan rincian tugas mereka. “Kalian diterima bekerja di sekolah ini. Tetapi ada syarat yang harus siap kalian terima. Pertama, kalian tidak boleh keluar pulau tanpa sepengetahuan kepala sekolah. Kedua, jika kalian merasa ada hal-hal aneh yang terjadi di sekolah, kalian pura-pura tidak tahu dan jangan coba mencari tahu. Yang ketiga, kalian tidak boleh berkeliaran di sekolah apalagi saat malam tiba. Semua wilayah kalian hanyalah di bagian kantin, ruang penyimpan makanan dan dapur sekolah!” Kata Mr. Pella kepada mereka berdua. Mereka mengangguk dan setuju. “Cat akan membawa kalian ke dermaga. Kalian bisa mengikutinya!” Kata Mr. Pella memberikan perintah.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD