Chapter 77 - Pertemuan Tn. Smith dan Tn. Pratja

1295 Words
Dunia sudah berubah semenjak virus yang menyebar di Bumi membunuh tujuh puluh persen penduduk dunia. Virus dapat dihentikan setelah tahun 1990. Dari tahun tersebut, manusia dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : Golongan Atas, Golongan pembantu dan Golongan b***k. Golongan-golongan ini dipisahkan berdasarkan kekayaan dan jenis pekerjaan mereka. Mereka juga hidup sesuai dengan tempat dimana golongan mereka terdaftar.  Tak hanya daerah tempat tinggal, pekerjaan dan juga pendapatan, pemerintah juga membedakan rakyatnya sewaktu menggunakan lembaga pelayanan dan pendidikan masyarakat. Rumah sakit, mall, pasar, fasilitas umum, sekolah juga dibedakan sesuai dengan golongan. Rumah sakit, sekolah, mall, dan tempat makan dan lain-lain dibagi berdasarkan golongan juga. Dan golongan pembantu dan b***k tidak boleh masuk menggunakan fasilitas golongan atas. *** January 2017  Daya dan Tn. Smith sedang menaiki Bus. Mereka sedang pergi mengunjungi daerah-daerah tempat para golongan b***k berada. Mereka berdua merupakan golongan tua. Golongan tua yang berhasil bertahan selama masa virus harus berpindah tempat. Mereka dulunya tinggal berpencar-pencar saat sebelum virus menyelimuti Bumi. Tetapi, setelah adanya virus, agar dapat bertahan mereka pergi menuju pulau Kuburan. Pulau tersebut adalah tempat manusia-manusia yang telah mati, di buang. Manusia-manusia yang sudah mati terlalu banyak, mereka tidak bisa lagi dikubur satu persatu. Jadi semua yang mati diasingkan ke pulau tersebut. Mereka pun akhirnya harus pindah karena mereka tidak ingin bekerja sama dengan pemerintah karena takut dibunuh diam-diam. Pemerintah tidak ingin ada orang-orang yang nantinya memberontak karena kasta yang mereka buat. Jadi orang-orang yang selamat hidup melewati masa virus dan bukan bagian dari pemerintah dan manusia kaya akan menjadi b***k mereka selama beberapa waktu. Tn. Smith juga memiliki trauma tersendiri dengan kejadian tersebut. Istrinya merupakan salah satu yang tewas akibat dari wabah tersebut. Untunglah anaknya tidak tewas. Ia harus membesarkan mereka seorang diri. Untuk bisa tetap makan, Tn. Smith masih membuka Homeschooling dan bekerja sama dengan Mr. Pella. Dengan begitu, ia bisa tetap membantu kaumnya dan juga ketiga anaknya.  Mereka yang ikut dalam homeschooling tidak lagi banyak. Mereka pun menargetkan kaum b***k karena pendidikan yang mereka terima tidak sebanyak pendidikan milik Golongan Atas. Golongan pembantu dan golongan b***k, tak bisa mengecap pendidikan tinggi. Jadi ini salah satu kondisi yang tepat untuk bersekolah di sekolah milik Mr. Pella. Tn. Smith dan Daya memutuskan untuk mencari anak-anak dari golongan pembantu dan juga b***k yang cukup untuk bisa bersekolah di sekolah Gifted. Mereka menuju daerah yang disebut Danau Hijau. Ada banyak karyawan perusahaan dari golongan Pembantu yang sedang melakukan kerja lapangan ke sana. Jadi ia mencoba peluang ini untuk mendekati mereka.  Tn. Smith dan Daya harus hati-hati. Mereka tidak ingin salah mencari orang dalam menawarkan sekolah. Mereka tidak ingin dicap sebagai teroris yang sedang membentuk pasukan pemberontak. Mereka akan curiga jika sekolah yang mereka tawarkan berada di pulau yang jauh dari penduduk normal tinggal. Maka dari itu, mereka akan memeriksa biodata si target lalu mencoba merayunya agar anaknya mau bersekolah di Gifted International School.  Butuh banyak sekali bahan pertimbangan untuk mau menggunakan jasa homeschooling ini. Terutama dari biaya yang dikeluarkan untuk bimbingan dan juga biaya selama bersekolah di Gifted. Tetapi, Tn. Smith berpikir bahwa selama mereka mau berkorban untuk anaknya seperti yang sering dilakukannya, pasti orang tua akan selalu berusaha untuk mewujudkannya. Tentu, pengetahuan mereka terbatas. Dengan bersekolah di sekolah yang tidak memandang kasta adalah sebuah kesempatan yang langkah. Lagian, anak-anak mereka juga tidak bisa secara otomatis masuk meski mereka mau. Anak mereka juga harus jenius dan lulus dalam wawancara sekolah.  Mr. Pella sebelumnya mengingatkan bahwa, untuk tahun ini, ia harus memastikan murid-murid yang bergabung dengan bimbingan belajarnya haruslah anak yang berumur tiga belas tahun dan tidak boleh lebih, karena untuk tiga tahun kedepan dan seterusnya mereka hanya menerima anak yang berumur enam belas tahun sebagai murid angkatan pertamanya. Menurut Mr. Pella di tahun 2020 nanti, semua keturunan istimewa memiliki anak dengan rata-rata umur enam belas tahun. Menurutnya juga, dari yang dipelajarinya, bahwa pintu dunia waktu akan terbuka saat itu. Jadi mulai sekarang, ia sudah mulai mempersiapkan apa-apa saja yang akan ia lakukan untuk menyerang dunia waktu. Tn. Smith pun mengikuti apa yang dikatakan Mr. Pella.  Tn. Smith dan Daya pun sampai di tempat yang mereka tuju. Ia melihat ada banyak pria-pria memakai jas dengan ponsel di tangan mereka. Banyak yang berkumpul saling berdiskusi dan yang lainnya duduk sendiri menunggu teman-temannya. Daya menatap Tn. Smith dengan tatapan, siapa yang akan kita ajak terlebih dahulu. Tn. Smith membuka catatannya dan melihat foto targetnya. Ia melihat ada kesempatan, karena targetnya duduk di ujung sendirian. Ia memberikan tanda kepada Daya untuk mendekatinya. Mereka pun pergi. Tetapi, ternyata hasilnya nihil. Belum lagi membicarakan maksud kedatangan mereka, ia sudah langsung menolak. “Ia memperlakukan kita seperti seorang pengemis.” Kata Daya. Mereka pun pergi lagi ke target berikutnya, dan ia tidak mau menyekolahkan anaknya hingga setinggi itu. Mereka masuk ke target ketiga, dan ia memiliki alasan yang lain, yaitu ia memiliki uang, tapi anaknya bukanlah anak yang rajin dan pintar. Mereka menjumpai orang-orang sesuai dengan list yang ada, dan tidak ada yang berminat untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah elit di luar pemerintah. Hari ini mereka tidak mendapatkan hasil yang baik. Tn. Smith merasa sesak buang air kecil. Ia berlari ke kamar mandi yang disediakan oleh cafe-cafe di sekitar situ. Kemudian, karena begitu kencangnya berlari, ia menyenggol seorang pria dan hampir terjatuh. Tak melihat wajah pria itu, ia langsung berdiri tegak lagi dan masuk ke dalam kamar mandi. Tn. Smith dan Daya menunggu Bus untuk pulang. Kali ini mereka tidak bisa menuntut banyak. Mereka duduk di kursi tiga bus. Daya langsung mengambil tempat untuk duduk di dekat jendela, dan dirinya duduk di sebelahnya. Tiba-tiba ada pria yang duduk di sebelah mereka berdua. Ia adalah pria yang ditabrak tadi saat di kamar mandi. Pria tersebut sedang berbicara lewat telepon dengan istrinya.  “Ayah akan berusaha mencari sekolah yang lain, ibu tenang saja!” Ucapannya dari sebagian di telepon. Tn. Smith tahu bahwa ia sedang berbicara dengan istrinya. Lalu ia mematikan telepon itu.  Tn. Smith tahu bahwa pria tersebut pastilah sedang mencari sekolah untuk anaknya. Ia langsung memberikan brosur sekolah Gifted kepadanya, lalu memperingatkannya, “Brosur ini bisa jadi milikmu, tapi jangan buang sembarangan!” Ia mengatakannya dengan berbisik pelan. Pria itu mengambil brosur tersebut dengan kerutan di jidatnya. Ia penasaran isi dalam brosur tersebut. “Ini yang ku cari!” Ucapnya tiba-tiba. Senyumannya sangat lebar seperti sedang bertemu dengan cinta pertamanya. “Tn. Harto Pratja. Saya boleh berkenalan dengan Anda?” Kata Tn. Pratja memulai. “Saya Tn. Smith!” Jawabnya. Mereka pun bersalaman. Tn. Smith tidak ingin salah target sehingga membahayakan kehidupannya. “Apakah benar anda merasa bahwa brosur itu yang anda butuhkan?”  Tn. Pratja mengangguk. Lalu ia bercerita dengan berbisik menyandarkan bahunya ke bahu Tn. Smith dengan lebih dekat.  “Aku ingin menyekolahkan anakku di sekolah khusus orang pintar!” Ucapnya lalu melihat Tn. Smith tampak kebingungan. Ia pun menjelaskan lagi. “Kami mencoba menyekolahkan anak kami di sekolah golongan atas, tetapi ternyata terlalu sulit. Ia sudah tiga kali dikeluarkan karena terlalu pintar. Sekolah tersebut tidak ingin diekspos pemerintah. Jika ketahuan ayahnya adalah golongan pembantu, maka bisa sangat berakibat fatal.” Tn. Smith menyembunyikan rasa senangnya. Ia tidak ingin seolah-olah yang membutuhkan mereka, melainkan sebaliknya. Ia kemudian bertanya dengan lembut, “Berapa umur anakmu?” Ia berharap umur anak pria tersebut cocok. “Tiga belas tahun!”  Tak terbendung lagi rasa senangnya. Ia ingin meloncat dan berteriak di atas mobil Bus yang berjalan. Tetapi, ia harus terlihat profesional.  “Kalau begitu, bolehkah aku bertemu dengannya?” Tanya Tn. Smith. “Tentu, aku sangat senang karena sudah berjanji akan menyelesaikan masalah ini. Dan ternyata bertemu dengan tuan sekaran!” Tn. Smith melihat Daya. Ia kemudian berkata, “Kau pulang dulu saja, karena ada murid yang harus kau ajar bukan?”  Daya mengangguk. Ia mengikuti perintah Tn. Smith. Lalu ia pun mengikuti Tn. Pratja melihat putranya. Yang sebenarnya adalah putra angkatnya, Wish.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD