Sore ini cuaca cerah, tidak hujan seperti kemarin. Tiara menunggu jemputan dari kantor, seperti yang dijanjikan oleh Steven.
Sebuah mobil berhenti di depannya,
Andrew ke luar dari dalam mobil, ia mendekati Tiara
"Mau pulang, aku antar ya," tawarnya
Tiara menggelengkan kepala.
"Tidak usah, terima kasih, Ndrew. Aku menunggu jemputan saja," tolak Tiara.
"Ya sudah, aku temani kamu menunggu jemputan, boleh ya?"
Tiara mengangguk.
'Tidak ada salahnyakan, cuma ngobrol saja. Lagi pula yang menjemput nanti supir kantor, bukan Om Bule sendiri.'
Baru saja Andrew membuka mulut ingin bicara, sebuah mobil berhenti di depan mereka
Mobil Steven.
Steven turun dari mobil, ia menatap Tiara, dan Andrew bergantian.
Tiara merasa gemetar melihat tatapan matanya
"Sore, Om"sapa Andrew, lalu ia menyalami Steven.
"Sore," jawab Steven singkat, ia menyambut uluran tangan Andrew
"Kita pergi sekarang!" katanya sambil meraih lengan Tiara
Tiara memandang Andrew
"Duluan ya, Ndrew, terima kasih," ucap Tiara. Andrew mengangguk, ia merasa sedikit bingung dengan sikap Steven yang terkesan memusuhinya.
Tiara melirik Steven yang diam saja.
Diremas jemarinya
Gugup....
Takut....
Itu yang ia rasakan saat ini.
Sampai di rumah, sebelum turun dari mobil, Steven mengambil dua paper bag dari jok belakang mobil.
"Jam tujuh, kita keluar. Pakai ini, dandan yang cantik," Steven menyerahkan paper bag pada Tiara.
Tiara mengambilnya dengan rasa penasaran, tentang apa isi paper bag yang diberikan Steven kepadanya.
Setelah ke luar mobil Steven tidak bicara apapun lagi. Mereka naik ke kamar, sebelum Steven masuk ke kamarnya, Tiara memanggilnya
"Om!"
Steven menoleh
"Om marah?" tanyanya
agak takut, wajah kekanakannya membuat Steven tidak tega juga melihatnya
"Kamu tau apa kesalahanmu?"suara Steven pelan tapi penuh tekanan.
Matanya tajam menatap Tiara
Tiara mengangguk
"Untuk sementara kita lupakan kesalahanmu, kamu mandi dulu, ingat jam tujuh, kamu harus sudah siap," kata Steven
"Kemana, Om?" tanya Tiara
"Nanti juga kamu akan tahu," jawab Steven sambil masuk ke kamar tidurnya.
Tiara juga masuk ke dalam kamarnya, lalu ia membuka dua paper bag yang diserahkan Steven
Satu paper bag, berisi satu kotak besar, dan satu kotak kecil.
Kotak kecil, isinya hp terbaru. Tiara membuka hp itu. Sudah ada sim cardnya. Nomer kontak nya juga sudah terisi. Ada nama ayahnya, kontak adik-adiknya. Kontak Emira, dan Pak ujang, lalu nomer telpon rumah juga.
Tiara tersenyum melihat nama kontak paling atas.
'AKU SUAMIMU'
'Pasti nomer Om Bule.
Ternyata Om Bule alay juga,' batin Tiara
Kotak kedua.
Sehelai gaun indah, berwarna biru muda. Tiara berdiri, lalu menempelkan gaun itu di depan tubuhnya. Panjang gaun berada di bawah lututnya.
Tas kedua.
Kotak yang pertama.
Sepasang wedges biru tua.
Kotak yang kedua.
Tas tangan, juga warna biru tua.
'Apa kami akan ke pesta?' tanya hati Tiara
Dilihatnya jam di atas meja.
Cepat Tiara masuk ke kamar mandi.
Takut telat, yang bisa membuat Steven mengamuk, kalau jam tujuh ia belum siap.
***
Steven, dan Tiara turun dari mobil, saat tiba di halaman sebuah rumah besar. Steven menarik tangan Tiara, ia meletakan tangan itu di atas lengannya. Tiara menatap Steven.
Ganteng luar biasa.
Gagahnya juga luar biasa.
Dengan stelan jas, celana kain, dan dasi kupu-kupu biru tua, ditambah kemeja biru muda. Di mata Tiara, Steven jauh lebih muda dari umurnya.
Tiara berpikir, mungkin karena Steven suka olahraga, tidak minum, minuman keras, tidak merokok juga, makanya awet muda.
"Ini acara apa, Om?" tanya Tiara
"Ulang tahun perkawinan orang tua Donna," jawab Steven.
'Oohh ... jadi rumah besar, dan indah ini rumah, Tante Donna. Benar-bebar sempurna. Cantik, dan kaya.'
Gumam hati Tiara
Steven membawa Tiara menemui tuan rumah.
"Hallo, Steven apa kabar?" wanita cantik bergaun hitam indah, memeluk Steven, dan mencium kedua pipinya. Steven balas mencium jemari wanita itu.
"Baik, Tante. Hallo, Om, apa kabar? Selamat ulang tahun perkawinan yang ke empat puluh, Om, dan Tante, semoga bahagia selalu?" Steven menyalami lelaki tua yang ada di sebelah wanita itu. Lelaki tua itu menyambut uluran tangan Steven, kemudian memeluknya.
"Terima kasih, Steve. Ini siapa?" lelaki tua itu menunjuk Tiara
"Ini Tiara, Papa. Anak angkat Steven."
Suara Donna menjawab dari belakang Tiara. Donna mengulurkan tangannya pada Tiara
"Hallo, Tiara, apa kabar?"
Tiara menyambut uluran tangan Donna.
"Baik, Tante," jawabnya.
'Tante Donna cantik sekali
Serasi berdampingan dengan Om Steven.'
Tiara menatap dua orang di depannya.
"Ooh ... baru tahu, kalau Steve punya putri angkat. Halo, Tiara. Senang berkenalan denganmu," Mamah Donna menyalami Tiara.
"Halo ... senang juga bertemu dengan ... eeh ...." Tiara bingung harus memanggil Mama Donna apa.
"Panggil saja Oma, dan Opa," Papah Donna memahami kebingungan Tiara, sambil menyalami Tiara juga.
"Eh ... ya, Oma, Opa, selamat ulang tahun perkawinan, semoga selalu bahagia," kata Tiara
"Terima kasih, Sayang. Oh ya, Steven, Tiara selamat menikmati pestanya ya. Om, dan Tante mau menemui tamu yang lain dulu, permisi," pamit Papah Donna.
"Oh ... ya, silahkan, Om, Tante," jawab Steven.
"Emira belum kembali dari Jogja, ya?" tanya Donna ke Steven
"Belum."
"Tiara kalo mau makan, atau minum ambil sendiri di sana ya. Tante pinjam Papah angkatmu dulu," kata Donna, sambil menarik Steven ke arah ruangan dalam.
Tiara bingung sendiri.
Ini pertama kalinya ia ke pesta.
'Kalau tahu akan ditinggal sendiri begini, mending engak usah ikut,' gerutunya di hati
Tiara berjalan ke arah meja hidangan.
Ditelitinya aneka hidangan yang memenuhi meja.
"Tiara!" suara seseorang di belakangnya mengagetkan Tiara.
Tiara berbalik
"Andrew!" suara Tiara terdengar sangat terkejut.
Andrew memandang Tiara dengan tatapan terpesona. Baginya, tampilan Tiara sederhana, tapi elegan. Itulah pujian Andrew di dalam hatinya
"Hay ... dengan siapa ke sini?" Andrew memandang sekitar Tiara.
"Dengan, Om Steven," jawab Tiara.
"Om Steven nya mana?" tanya Andrew lagi.
"Enggak tahu, tadi pergi sama Tante Donna. Kamu sendiri ke sini dengan siapa?" tanya Tiara
"Mama, dan Papa. Mamaku masih ada hubungan keluarga dengan Papahnya Tante Donna," jawab Andrew.
"Aku bosen di sini, aku ingin ke luar," kata Tiara.
"Ayolah ... kita ke luar, aku juga bosan," ajak Andrew.
Tiara mengikuti Andrew, ia masa bodoh, kalau nanti Steven marah.
'Salah sendiri meninggalkan aku, untung ada Andrew yang aku kenal, coba kalo engga, masa aku cuma jadi patung yang cuma bisa memperhatikan orang-orang.'
"Andrew!" seorang wanita memanggil Andrew.
"Mama, dan Papaku." Andrew berbisik pada Tiara, saat sepasang lelaki, dan perempuan setengah tua menghampiri mereka.
"Ma, Pa, kenalkan ini Tiara, teman kuliah ku."
Tiara menyalami mama, dan papa Andrew.
"Manis sekali kamu, Tiara. Beneran nih cuman temenan?" goda Mama Andrew. Godaan yang membuat wajah Tiara memerah.
"Mama jangan menggoda gitu, dong. Kasihan Tiara jadi malu." Papah Andrew menegur istrinya saat melihat wajah Tiara.
"Ini tadi kalian mau ke mana?" tanya Papa Andrew.
"Kami mau duduk di luar saja, Pa. Bosan di dalam," jawab Andrew
"Oh ... ya sudah ... pergilah!" kata Papa Andrew.
"Yuk Tiara," ajak Andrew.
"Permisi, Om dan Tante," pamit Tiara.
Mereka berjalan ke luar dari rumah besar. Mereka berhenti di gazebo yang ada di samping rumah, agak jauh dari ruangan pesta.
Cahaya lampu gazebo tidak terlalu gelap, tidak juga terlalu terang.
"Kamu tunggu di sini ya, aku ambil minum dulu," kata Andrew.
Tiara mengangguk, ia duduk di kursi yang ada di gazebo itu.
Andrew datang dengan nampan berisi dua botol air mineral, dan beberapa potong kue di dalam piring.
"Aku ambil dari kulkas di dapur, malas masuk ke ruang pesta," katanya sambil tersenyum.
"Kamu sering ke sini, Ndrew," tanya Tiara.
"Sering sih enggak, cuma sesekali, ketemu Tante Donna juga cuma sesekali. Diakan jarang pulang ke sini, katanya lebih suka tinggal di apartemennya."
"Oh ...."
"Tante Donna sepertinya punya hubungan spesial ya sama Om Steven?" Tanya Andrew.
Sebuah pertanyaan yang sangat tidak ingin dijawab Tiara.
"Mungkin," akhirnya dijawabnya juga.
"Kok mungkin? Emira nggak pernah cerita ya, tentang hubungan Ayahnya dengan Tante Donna?" tanya Andrew lagi.
"Nggak usah bahas itu ya, Ndrew. Nggak enak ngomongin orang, apa lagi orang itu sudah sangat baik dengan aku, dan keluargaku," pinta Tiara
"Oh ... oke, maaf ya. Buatmu, Om Steven itu pasti super hero mu ya. Aku sudah mendengar dari Dika, cerita tentang kenapa sampai Om steven menjadikan kamu anaknya," ucap Andrew.
'Ya, benar, dia super Heroku.
Dia memang sudah menyelamatkan hidupku, dan keluargaku, tapi dia juga sudah mengacak-acak pikiran, dan juga hatiku.'
Batin Tiara sedih
BERSAMBUNG
cara beli koin.
*klik top up
*pilih jumlah koin/full story' sekitar 500 koin.
*pilih cara bayar