Christophen
Aku shock saat mendengar pengakuan Elisa tadi. Aku tidak percaya apa yang aku dengar tadi. Aku juga tetap berdiri mematung di tempatku berdiri seolah ada banyak paku yang menancap di kedua kakiku.
"Aku tahu pasti kamu akan terkejut dengan berita kehamilanku."
Akhirnya aku bisa menggerakan kakiku secara perlahan dan aku duduk di sofa. Aku menatap Elisa yang masih berdiri di depanku. Tanganku berkeringat dan mengelapnya dengan sapu tangan.
"Bagaimana bisa kamu hamil?"
"Itu pertanyaan bodoh yang pernah aku dengar. Pasti kamu sudah tahu bagaimana aku bisa hamil. Tentu saja aku tidur dengan seorang pria."
"Ya. Kamu benar. Aku terlalu terkejut mendengar ini."
"Aku mengerti."
"Siapa Ayah dari bayi itu?"
"Menurutmu siapa?"
"Kenapa kamu balik bertanya padaku? Seharusnya kamu yang paling tahu siapa Ayah dari bayimu dan yang jelas itu bukan bayiku. Kita pernah tidur bersama, tapi itu sudah lama sekali sekitar setengah tahun lalu, jadi tidak mungkin kamu hamil karena aku, jika aku yang membuatmu hamil pasti perutmu sudah membesar sekarang."
"Kamu memang bukan Ayahnya."
"Lalu siapa?"
"Aku tidak bisa mengatakannya. Ini rumit."
"Jika kamu ingin aku membantu, kamu harus memberitahuku siapa Ayah dari bayimu itu."
"Kamu bisa membantuku tanpa aku memberitahumu siapa Ayah dari bayi ini, yaitu dengan cara mengakui kalau ini afalah bayimu di hadapan orang tuaku dan saudara-saudaraku dan kita akan segera menikah."
"Apa kamu sudah gila menyuruhku berbohong pada semua orang. Aku tidak bisa melakukannya."
"Aku mohon, Chris. Kamu satu-satunya orang yang bisa membantuku."
"Tapi tidak dengan cara seperti ini. Kenapa kamu tidak menyuruh Ayah bayimu saja yang bertanggung jawab dan menikah denganmu?"
"Aku tidak bisa meminta dia menikahiku, karena dia sudah punya istri dan juga anaknya."
Aku kembali dibuat terkejut olehnya.
"Kamu berpacaran dengan pria yang sudah beristri?"
"Bukan begitu. Kami hanya melakukan hubungan satu malam dengannya. Saat itu hatiku sangat sedih, karena kamu tidak kunjung menerima cintaku. Pasti kamu sudah tahu kalau aku mencintaimu."
"Jadi kamu melampiaskan kesedihanmu dengan menerima ajakan seorang pria untuk tidur denganmu?"
Elisa mengangguk. "Aku sangat menyesal."
Aku mengembuskan napas panjang.
"Jadi orang tuamu belum tahu tentang kehamilanmu?"
"Iya dan sebentar lagi mereka akan tahu."
"Kamu sudah membuat masalahmu sendiri seharusnya kamu sudah tahu apa resikonya nanti dan siap mengambil tanggung jawab atas perbuatan yang kamu lakukan."
"Aku tahu. Saat ini aku bingung menghadapi orang tuaku. Mereka akan sangat marah padaku."
"Itu sudah pasti."
"Aku mencintaimu, Chris. Kita akan menjadi pasangan yang serasi dan kamu akan menjadi Ayah yang baik dan hebat."
"Saat ini aku belum bisa menjalani hubungan dengan wanita mana pun. Aku masih ada urusan yang masih belum aku selesaikan."
"Kamu sudah waktunya menikah dan aku ingin kita menikah."
"Maafkan aku tidak bisa."
Mata Elisa berkaca-kaca. Aku paling benci membuat wanita menangis, tapi aku tidak mungkin menikah dengannya di saat aku masih terkena kutukan.
"Apa ini karena Macaroon?"
"Eh."
"Apa kamu mencintai Macaroon?"
"Aku tidak ingin membahas hal ini."
"Tapi aku ingin tahu."
"Ini bukan karena Macaroon. Dia tidak ada hubungannya dengan keputusanku."
"Tapi kamu mencintainya."
Aku diam.
"Itu artinya kamu memang mencintai Macaroon. Aku sudah menduganya. Aku menyadari ketika kamu terlihat panik saat kita berciuman di bawah pohon apel dan kamu pergi berlari mengejarnya."
"Aku tidak ingin membicarakan ini."
"Aku akan memberimu satu hari untuk memberikan jawaban untukku."
"Itu tidak perlu, karena jawabanku tidak. Sebaiknya aku pergi saja."
Aku beranjak dari sofa dan berjalan menuju pintu keluar. Elisa tidak berusaha untuk menahanku pergi. Aku kembali naik kuda dan memacu kudaku. Setibanya dipeternakan, aku dikejutkan oleh kedatangan Macaroon, bahkan aku tidak mempercayai penglihatanku. Aku sangat merindukan gadis itu. Macaroon melihatku yang baru saja datang. Dia tersenyum.
"Hai!"sapanya.
"Hai! Apa kabarmu?"
"Aku baik."
"Aku juga baik, jika kamu ingin tahu."
Macaroon kembali tersenyum dan aku suka dengan senyumannya itu.
"Ada apa kamu datang ke sini? Apa Ibumu membutuhkan s**u?"
"Tidak. Bukan itu tujuanku datang ke sini."
"Baiklah. Kita ke rumahku dan kita bicara di sana."
"Tentu."
Aku berjalan di depan dan Macaroon berjalan di belakangku. Hansel yang membukakan pintu terkejut melihat Macaroon.
"Silahkan duduk! Aku akan segera kembali."
Aku pergi ke kamar untuk berganti pakaian dan Hansel sudah berada di depan pintu.
"Ada apa?"tanyaku.
"Kenapa Nona Macaroon ada di sini?"
"Aku tidak tahu tadi dia sedang menungguku. Kenapa?"
"Tidak apa-apa hanya saja ini tidak biasa. Amda tidak pernah mengundang seorang wanita di rumah biasanya Anda hanya menerima tamu wanita di peternakan saja."
"Jadi begitu. Macaroon berbeda dengan wanita lainnya. Dia istimewa."
Hansel mengangkat kedua alisnya, lalu tersenyum.
"Akhirnya Anda tertarik juga pada wanita setelah sekian lama."
"Kamu ini bicara apa? Siapkan teh untuk kami."
"Baiklah."
Hansel pergi ke dapur dan aku kembali ke ruang tamu.
"Maaf membuatmu menunggu."
"Tidak apa-apa."
"Kamu ingin membicarakan apa?"
Apa aku yang salah lihat atau tidak, Macaroon terlihat malu-malu.
"Chris, sebenarnya aku sudah lama ingin mengatakan hal ini, tapi aku selalu tidak ada keberanian untuk mengatakannya padamu dan sekarang aku akan mengatakannya padamu."
"Aku menunggu."
Tiba-tiba pintu depan rumahku terbuka dan membuat kami terkejut. Di depan pintu berdiri Elisa. Dia menatap kami berdua.
"Elisa, kenapa kamu ada di sini?"tanyaku.
"Apa aku menganggu pertemuan kalian?"
"Tidak."
"Bagus."
"Ada apa kamu tiba-tiba datang ke sini?"
Elisa melirik ke arah Macaroon dengan tatapan tidak suka. Aku menyadari hal itu.
"Aku datang ke sini, karena aku ingin mengembalikan ini padamu."
Aku melihat saputangan di tangan Elisa.
"Ini tertinggal di rumahku."
"Terima kasih sudah repot-repot mengembalikannya ke sini."
Elisa kemudian berbalik menemui Macaroon, lalu menatapku meminta penjelasan.
"Apa yang dilakukan Macaroon di sini?"
"Dia ingin mengatakan sesuatu hal yang penting."
"Oh ya. Katakan hal penting apa?"tanya Elisa.
Tiba-tiba Macaroon berdiri. "Chris, sebaiknya kita bicara nanti saja. Aku permisi pulang dulu."
"Baiklah."
Aku menatap kepergian Macaroon. Aku merasa tidak enak dengannya.
"Ada apa dengannya?"tanya Elisa.
"Dia mungkin merasa tidak nyaman olehmu."
"Sebenarnya kalian ada hubungan apa?"
"Kami tidak ada hubungan apa-apa. Sebaiknya kamu pulang saja. Aku menyuruh Hansel untuk mengantarmu pulang."
"Chris, tolong pikirkan permintaanku tadi ya. Aku yakin kita akan hidup bahagia. Jika kamu merasa belum mencintaiku, kamu bisa belajar mencintaiku dan aku yakin kamu akan mencintaiku."
Aku tidak menjawab apa-apa.
"Hansel,"panggilku.
"Ada apa, Sir?"
"Tolong antar Elisa ke rumahnya!"
"Baik."
Elisa dan Hansel telah pergi. Aku duduk di sofa dan mencoba mencerna apa yang terjadi tadi.