Christophen
Hansel menyambutku pulang dan dia terlihat cemas. Ia memberikan jalan untukku masuk.
"Ada apa? Apa ada masalah?"tanyaku.
"Tidak ada. Semalam aku mencemaskan Anda, karena tidak pulang."
"Sekarang aku sudah pulang. Semalam aku terjebak hujan deras di rumah Macaroon, jadi aku menginap di sana. Itu jika kamu ingin tahu."
Hansel nampak lega.
"Aku senang Anda sudah kembali."
"Aku akan mandi dan setelah itu aku akan pergi ke kota untuk suatu urusan."
"Apa aku boleh ikut?"
"Tidak. Kamu tetap di sini dan mengawasi peternakan. Aku tidak akan pergi lama dan akan segera kembali."
"Aku mengerti."
Aku masuk ke kamarku dan melepas semua pakaianku, lalu berendam dengan air hangat yang penuh dengan sabun. Berendam hangat membuatku agak rileks. Aku memejamkan mataku. Macaroon kembali terbayang lagi dipikiranku. Aku memang tidak bisa melupakan dia dan aku memang tidak sanggup berjauhan dengannya. Bersama dengannya membuat hatiku yang resah menjadi nyaman dan aku bisa melupakan masalahku sejenak.
Aku menyudahi berendamku dan membersihkan diri. Aku berganti berpakaian, lalu keluar kamar. Kudaku telah disiapkan oleh Hansel. Dia sedang membelai-belai kudaku. Dia melihat kedatanganku dan tersenyum.
"Kuda Anda telah siap."
"Terima kasih, Hansel."
Aku naik ke kuda dan memacu kudaku dengan cepat. Tiba di kota sepuluh menit kemudian. Keadaan di kota selalu ramai dan sibuk. Aku melihat toko antik Oakfield seperti yang dikatakan oleh Pamanku, Perry. Tujuanku memang ke toko itu, tapi sebelumnya aku akan pergi ke rumah Elisa untuk menanyakan kebenaran gosip yang diceritakan oleh ayah Macaroon. Aku kembali memacu kudaku dan meninggalkan keramaian kota. Aku memasuki kawasan perumahan pertanian. Ruma Elisa sudah terlihat yang berada tepat di tikungan jalan.
Aku turun dari kuda dan mengikat kudaku di batang pohon. Suasana rumahnya terlihat sepi. Aku jadi ragu apa Elisa ada di rumah. Seharusnya dia ada di rumah. Aku mengetuk pintu dan setelah menunggu agak lama, pintu baru dibuka. Dari balik pintu muncul seorang wanita setengah baya dengan rambut coklatnya yanh digulung ke atas.
"Selamat siang, Mrs. Werly!"
"Siang! Anda siapa?"
"Namaku Christophen Lutherford. Aku ke sini untuk menemui Elisa."
"Siapa yang datang, Bu?"tanya Elisa dari belakang ibunya dan dia terkejut melihatku datang. Dia segera menghampiriku.
"Chris."
"Maaf aku datang tiba-tiba."
Elisa menatap ibunya dan dia memberitahu ibunya yang membuatku dan ibunya terkejut.
"Ini Christophen, kekasihku."
Sang Ibu terkejut dan menatap kami secara bergantian. Aku tidak tahu kenapa Elisa berbohong. Awalnya tujuanku datang ke sink untuk mencari kebenaran gosip itu dan menyelesaikan masalahku dengan Elisa, tapi dia semakin merunyamkan masalah. Baru saja aku akan menjelaskan pada bahwa aku bukan kekasihnya, Elisa sudah kembali berbicara.
"Dia adalah Ayah dari calon bayiku."
Ibunya semakin terkejut dan shock. "Apa?"
"Iya ibu. Aku hamil dan Chris adalah bayinya."
Ibu Elisa hampir terjatuh kalau saja aku tidak cepat menahannya. Aku mendudukkannya di sofa. Aku menatap marah pada Elisa telah menciptakan kebohongan. Dia cepat-cepat menghindari tatapanku.
"Apa itu benar, Elisa?"
"Iya."
Ibunya terlihat sedih. "Jika Ayahmu tahu, dia akan sangat marah padamu. Kalau seperti ini citra dirimu akan menjadi rusak. Di luar sana banyak orang yang menggosipkan dirimu sebagai wanita nakal."
"Maafkan aku, Ibu!"
Ibu Elisa menatapku. "Jadi kamu adalah pria yang pergi ke penginapan bersama Elisa?"
Aku langsung kembali menatap Elisa.
"Iya,"jawab Elisa.
"Kamu harus menikahi Elisa."
Aku baru akan menjawabnya, tapi Elisa tidak memberiku kesempatan untuk bicara.
"Dia datang ke sini untuk meminta izin pada Ibu dan Ayah untuk menikah denganku."
Ibunya Elisa kembali memandangku dengan wajah sedih. "Apa itu benar?"
Elisa memberi isyarat padaku untuk menjawab iya, tapi aku tidak bisa meneruskan kebohongan Elisa.
"Sebenarnya aku datang ke sini untuk suatu yang lain."
Elisa nampak marah dan kesal. Ibu Elisa menjadi bingung.
"Aku ingin bicara dengan Elisa. Tolong tinggalkan kami berdua."
Setelah ibu Elisa pergi, aku langsung meminta penjelasan.
"Aku tahu kamu marah, karena sudah berbohong."
"Iya. Itu benar. Kamu harus mengatakan yang sebenarnya."
"Aku tidak bisa. Mereka akan semakin marah padaku."
"Kalau begitu aku saja yang memberitahu mereka."
"Jangan lakukan itu! Aku mohon."
Aku mengembuskan napas panjang.
"Aku merasa kasihan padamu. Aku ingin menolongmu."
"Kalau begitu menikahlah denganku, jika kamu ingin menolongku."
"Bukan seperti itu."
"Lalu bagaimana caranya?"
"Jangan berbohong, karena tidak akan menyelesaikan masalah. Lagi pula kedatanganku ke sini, karena ada hal lain."
"Hal lain apa?"
"Soal gosip tentang kamu pergi ke penginapan bersama seoramg pria dan pria itu adalah Pak wali kota."
Elisa terlihat sangat terkejut.
"Kenapa kamu berpikir pria itu adalah wali kota?"
"Karena ada beberapa orang yang mengatakan pria itu mirip wali kota. Apa itu benar?"
"Aku tidak bisa memberitahumu."
"Ayolah Elisa! Aku hanya ingin tahu kebenarannya."
"Jika kamu tahu kebenarannya apa yang akan kamu lakukan? Kamu tidak bisa berbuat apa-apa?"
Mata Elisa mulai berkaca-kaca.
"Aku akan membantu apa yang aku bisa. Kenapa kamu begitu takut untuk memberitahu siapa Ayah dari calon bayimu?"
"Dia mengancamku, jika aku memberitahu semua orang, dia akan menyakiti keluargaku, bahkan dia memyuruhku untuk memgugurkan kandunganku."
"Siapa?"
"Andreas Grueland."
"Bukankah dia adalah anak wali kota?"
"Iya."
"Pantas aja pria itu mirip wali kota. Apa Ayahnya tahu hal ini?"
"Sepertinya tidak. Dia tidak ingin siapa pun tahu termasuk orang tuanya."
"Kamu juga ikut bersalah dalam hal ini. Aku tidak bermaksud menyalahkanmu. Seharusnya kamu tidak melakukan hal terlarang itu. Ketika kamu melakukannya, kamu sudah tahu resikonya."
"Aku tahu dan aku bodoh. Aku menyesal."
"Tidak ada yang perlu kamu sesalkan, karena sudah terjadi."
"Sebentar lagi aku akan menjadi bahan gosip tentang perutku yang membesar. Aku hamil tanpa suami dan kamu satu-satunya yang bisa menolongku."
"Aku akan menolongmu, tapi tidak dengan menikahimu. Kita beritahu orang tuamu yang sebenarnya."
Elisa mengangguk. Dia pun memanggil ibu dan ayahnya. Elisa kemudian memberitahu orang tua yang sebenarnya. Mereka sempat marah dan hendak mengusir Elisa.
"Kamu sudah mengecewakan Ayah dan kamu bukan anak kami lagi. Pergilah dari sini!"
"Maafkan aku, Ayah!"
"Kamu sudah melanggar janjimu pada Ayah ketika Ayah mengizinkanmu kerja di bar. Kamu akan menjaga dirimu baik-baik, tapi kamu tidak melakukannya. Ayah benar-benar sangat kecewa padamu."
"Aku memang telah melakukan kesalahan besar dan aku akan memperbaiki kesalahanku ini."
"Apa yang akan kamu lakukan sekarang?"tanya ayah Elisa.
"Aku akan menemui Andreas Grueland dan memintanya untuk menikah denganku."
"Ayah tak yakin dia mau menikah denganmu."
"Aku juga tidak yakin, tapi aku akan mencobanya sekali lagi."
"Jika pria itu tidak mau bagaimana?"
"Aku akan membesarkan anak ini sendirian."
"Apa kamu sudah gila? Bagaimana pendapat orang-orang nanti?"
Elisa menatapku.
"Mr. Werly, aku memiliki rumah perkebunan di Goldpoint dan rumah itu tidak ada yang menempati hanya ada penjaga saja yang sesekali datang untuk membersihkan rumah itu. Elisa bisa tinggal di sana selama hamil. Itu pun jika kalian mengizinkan Elisa tinggal di sana untuk memghindari pembicaraan orang-orang."
"Tidak ada pilihan lain. Baiklah."
"Nanti hubungi aku saja setelah Elisa siap untuk pindah ke sana."
"Chris, terima kasih."
Aku mengangguk. "Saat ini hanya ini yang bisa aku bantu. Baiklah. Aku harus pergi untuk menemui seseorang."
Aku memacu kudaku menuju kota .