01 - Hampir telat.

1197 Words
  Ding Dong...   Ding Dong...   Suara alarm yang sangat nyaring cukup membuat seorang gadis yang masih asyik bergelung di bawah selimut tebal itu terusik dari tidur lelapnya.   Akh!!!   Gadis itu berteriak, kesal karena suara alarm tersebut membuyarkan semua mimpi indahnya. Padahal dalam mimpinya ia baru saja akan berdansa dengan pria tampan idamannya, tapi semua itu buyar karena alarm ponselnya berbunyi.   Drtt...   Drtt...   Drtt...   Tak lama setelah alarm di ponselnya mati, kini ponselnya malah bergetar sebagai pertanda kalau ada panggilan yang masuk. Dengan malas-malasan, gadis itu bergerak mendekati nakas, meraih ponselnya dengan tangan kanan.   Tanpa melihat siapa orang yang baru saja menghubunginya, gadis yang bernama Keira itu langsung menggeser ikon hijau pada layar ponselnya, menempelkan benda pipih tersebut di telinga kanannya dengan mata yang masih senantiasa terpejam.   "Ha—"   "Keira bangun!!!" Suara teriakan yang memekan telinga tersebut sukses membuat Keira terkejut.   "Apaan sih Jeng, berisik tahu," lirih Keira seraya mengusap telinga kanannya yang kini berdengung karena teriakan membaha Ajeng, teman kuliahnya.   "Bangun b*d*h, hari ini kita ada kelas pagi! Loe mau di marahin sama Pak Rangga!" Lagi-lagi Ajeng berteriak dan itu benar-benar membuat Keira kesal.   Keira berniat untuk balik mengumpat, tapi begitu otaknya mencerna semua ucapan Ajeng, matanya sukses membola. Dengan cepat, Keira menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lompat menuruni tempat tidur saat matanya melihat jarum jam di dinding kamar yang sudah menunjukan pukul 7 lewat 10 menit.   "Mampus! Gue telat!" Kali ini giliran Keira yang berteriak. Tanpa memutus sambungan telepon dengan Ajeng, Keira langsung melempar ponselnya ke tempat tidur, berlari menuju kamar mandi.   "Halo Kei, Keira!" Ajeng kembali berteriak tapi tak ada sahutan dari Keira, membuat Ajeng memilih untuk memutus sambungan teleponnya. Mungkin Keira sedang bersiap-siap, pikirnya.   15 menit berlalu dan Keira baru saja sampai di kelasnya. Tanpa sadar Keira menghela nafas lega karena ia belum telat, mungkin kalau ia mandi ia akan telat, karena itulah tadi ia tidak mandi, hanya sikat gigi dan membasuh wajahnya.   Sudah bisa di pastikan kalau ia akan di amuk oleh Dosennya kalau tahu ia sampai telat masuk di jam pelajarannya, mengingat dosen yang satu ini sangat tegas dan tak segan-segan menghukum mahasiswa atau mahasiswi yang telat datang mengikuti kelasnya.   Keira duduk di samping sahabat-sahabatnya yang mungkin sudah berkumpul sejak tadi.   "Bilang apa sama gue?" tanya Ajeng angkuh seraya melipat kedua tangannya di depan dadanya.   "Terima kasih," ujar Keira lirih, nyaris tak terdengar.   "Loe keknya enggak ikhlas banget sih Ra bilang terima kasih sama gue," ujar Ajeng ketus.   Keira memutar matanya jengah begitu mendengar ucapan Ajeng. "Iya terima kasih karena loe udah bangunin gue, puas loe?"   Ajeng sontak tertawa terpingkal-pingkal begitu mendengar jawaban Keira yang penuh dengan emosi, jangan lupakan raut wajah Keira yang judes.   Keira hanya mendengus begitu mendengar tawa renyah Ajeng, sedangkan Maudi dan Andhika hanya menggeleng begitu melihat tingkah Ajeng dan Keira.   Maudi mendekatkan wajahnya pada Keira, mengendusi badan Keira. "Loe pakai parfume apaan sih Ra? Wangi banget, gue suka wanginya."   Keira mengedikan bahu tanda tak tahu. "Enggak tahu Di, ini parfume pemberian Kakak gue."   "Keira, loe enggak mandi ya?" Kali ini giliran Andhika yang bertanya. Di antara mereka berempat, hanya Andhika yang berjesnis kelamin laki-laki. Entah kenapa, pria itu memilih bergaul bersama mereka ketimbang dengan anak laki-laki.   Bukan berarti Andhika berbelok dari jalan yang benar, karena pada kenyataannya, Andhika mempunyai seorang pacar, tapi fakultasnya berbeda dengan mereka.   Keira tersenyum manis dan teman-temannya sontak melotot.   "Jadi loe beneran enggak mandi?" tanya Ajeng memastikan. Keira mengangguk, sambil menyunggingkan senyum manis andalannya.   "Keira jorok ih!" Ketiga sahabatnya kompak berteriak dan kali ini giliran Keira yang tertawa.   Suasana kelas seketika berubah hening saat Dosen yang akan memberi mereka kuliah pagi mamasuki kelas. Namanya Rangga, salah satu dosen paling populer di kampus mengingat usianya yang masih tergolong muda, karena itulah beliau sangat di gandrungi oleh kaum Hawa dan sebagian kaum Adam juga kagum padanya.   Hari sudah beranjak siang, kini Keira dan sahabat-sahabatnya sudah berada di kantin untuk menikmati waktu istirahat mereka. Andhika dan Maudi sedang memesan makanan, sementara Keira dan Ajeng memilih tempat duduk.   "Keira." Ajeng menyenggol bahu Keira, Keira yang sedang fokus membaca buku hanya berdeham tanpa mempedulikan panggilan Ajeng.   Ajeng berdecak, kesal karena Keira mengabaikannya. Ajeng lantas merangkum wajah Keira, mengarahkan agar Keira menatap pria yang kini duduk tak jauh dari tempat mereka. "Itu Kei, ada Rafa tuh."   "Ck, kok dia ganteng banget sih." Keira berdecak kagum. Keira melepas kedua tangan Ajeng dari wajahnya lalu menopang dagu dengan kedua tangannya, fokus matanya terus tertuju pada Rafa yang sedang asyik berbincang dengan teman-teman kuliahnya.   Merasa di perhatikan, Rafa lantas menoleh, saat itulah tatapan matanya dan mata Keira beradu. Keira tersenyum dengan sangat manis, tapi Rafa sama sekali tidak tertarik untuk membalas senyuman Keira. Rafa balik menatap  Keira, ingin tahu, sejauh mana Keira tahan bertatapan dengannya.    Sahabat-sahabat Rafa mengikuti arah pandang Rafa, terkekeh saat tahu kalau adik tingkat mereka lah yang sedang Rafa perhatikan atau lebih tepatnya sedang Rafa tatap, bukan tatapan lembut yang Rafa berikan tapi tatapan tajam yang mengintimidasi.   "Loe naksir ya sama Keira?" tanya Cleo, seraya menyenggol bahu Rafa.   Rafa menoleh, menatap tajam Cleo. "Enggak!" bantahnya tegas.   "Terus, kenapa loe terus lihatin Keira?" Kali ini giliran Anggara yang bertanya dengan penuh nada menggoda.   "Gue pikir dia bakalan malu pas gue balik lihatin dia, tapi dia malah terus lihatin gue," jawab Rafa setengah kesal.   "Ck! Loe gak sadar atau memang enggak peka, jelas-jelas Keira suka sama loe." Kali ini giliran Sofia yang bersuara.   "Dia bukan tipe gue," sahut Rafa dengan santainya.   "Awas loe, nanti beneran jatuh cinta sama Keira tahu rasa loe," ujar Sofia bersungut-sungut.   "Enggak bakalan," sahut Rafa santai.   "Kenapa loe enggak tertarik sama Keira?" Anggara tentu saja penasaran, dengan alasan kenapa Rafa tidak menyukai Keira. Kalau saja ia  masih lajang, ia pasti juga akan sangat menyukai Keira, secara Keira itu cantik, pintar, ramah. Pokoknya paket komplit deh.   "Memangnya kenapa gue harus tertarik sama dia?" Bukannua menjawab pertanyaan Sofia, Rafa malah balik bertanya.   "Keira itu cantik, pintar, sopan lagi anaknya. Bahkan dia termasuk salah satu anak yang populer loh," jelas Sofia. Dengan gerakan tangan, Sofia meminta agar teman-temannya mendekat. "Bahkan, katanya salah satu Donsen kita juga suka loh sama Keira, ujarnya dengan nada berbisik, takut kalau ucapannya di dengar oleh anak-anak lain yang juga sedang berada si kantin.   "Siapa nama Dosennya?" tanya Cleo tidak sabaran.   "Pak Rangga," jawab Sofia pelan. Mata Cleo dan Anggara sontak membola begitu mendengar jawaban Sofia, tapi tidak dengan Rafa yang hanya menampilkan raut wajah datarnya.   "Loe yakin? Loe enggak bohong kan?" tanya Cleo memastikan.   "Enggak lah, tapi sayangnya Keira nolak Pak Rangga."   Mata Cleo dan Anggara lagi-lagi membola begitu mendengar jawaban Sofia. "Alasannya karena apa?" tanya Cleo penasaran dan tidak sabaran. Gila aja si Keira sampai menolak Rangga, padahal Rangga dan Rafa sama-sama tampan, meskipun ia akui kalau Rafa jauh lebih tampan dari pada Rangga.   "Karena dia," jawab Sofia seraya menunjuk Rafa dengan dagunya.   "Kok gue sih? Apa hubungannya?" tanya Rafa ketus.   "Keira nolak Pak Anggara karena dia sukanya sama loe," sahut Sofia tak kalah ketus. Sofia kesal karena Rafa seolah tak tahu kalau Keira itu menyukainya, tapi Sofia juga tak bisa memaksa Rafa untuk menyukai Keira karena hal itu hanya akan menyakiti perasaan Keira.   "Dan Sayangnya gue enggak suka sama dia," ujar Rafa santai. Sahabat-sahabatnya hanya menggeleng dan memilih untuk kembali menikmati makanan mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD